TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Kalimat Bahasa Indonesia Ini Sering Diucapkan, Ternyata Kurang Tepat

Siapa yang pernah?

ilustrasi bercakap-cakap (pexels.com/mentatdgt)

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia di dunia ini. Dengan bahasa, maka kita dapat memahami apa yang diucapkan oleh orang lain, begitupun sebaliknya.

Namun, ada juga beberapa kalimat dalam bahasa Indonesia yang sering kita dengar atau ucapkan, tetapi ternyata salah dan dapat menimbulkan ambiguitas bagi pendengarnya. Berikut ini beberapa di antaranya.

1. "Peserta yang membawa ponsel harap dimatikan!"

ilustrasi ujian (unsplash.com/Nguyen Dang Hoang Nhu)

Orang yang sudah sering mendengar kalimat tersebut, tentu secara otomatis akan langsung mematikan ponselnya atau mengubah nada deringnya menjadi mode senyap. Kalimat tersebut memang lazim digunakan dan memberikan pemahaman yang sesuai antara pembicara dan pendengar. Ketika pendengar mendengar perintah tersebut, mereka akan segera melakukan tindakan yang dimaksudkan oleh pembicara, yakni menonaktifkan ponsel mereka.

Namun, jika kita perhatikan kembali kalimat tersebut secara cermat, ternyata maksudnya berbeda, lho. Kalimat itu justru mengandung perintah untuk mematikan peserta yang membawa ponsel. Lah, kok jadi terdengar horor, ya?

2. "Bagi para siswa diharapkan untuk berkumpul di lapangan."

ilustrasi pengumuman (unsplash.com/Jeremy Yap)

Kalimat ini sering juga kita dengar di lingkungan sekolah. Biasanya setelah mendengar perintah tersebut, tanpa basa basi, para siswa bergegas berkumpul di lapangan untuk menunggu instruksi selanjutnya. Ketika kita mencermati kembali struktur kalimat tersebut, maka kita akan menemukan ketidakjelasan fungsi subjek di dalamnya.

Kalimat yang benar seharusnya, “Para siswa diharapkan untuk berkumpul di lapangan!" Berdasarkan kalimat tersebut, maka kita pun dapat memahami bahwa ‘para siswa’ menduduki fungsi sebagai subjek. Dengan begitu, makna kalimat pun akan menjadi lebih jelas.

Baca Juga: 9 Nama Benda Bahasa Indonesia Serapan dari Bahasa Belanda, Mau Tahu?

3. "Kepada (nama), disilahkan memberi sambutan."

ilustrasi pembawa acara (pexels.com/fauxels)

Sama kasusnya dengan kalimat pada nomor dua. Kalimat di atas mengandung ketidakjelasan fungsi subjek di dalamnya. Lazimnya, kita mendengar kalimat tersebut saat melakukan presentasi, ketika moderator mempersilahkan penyaji untuk menjelaskan materi. Misalnya, penyaji itu bernama Fulan, maka moderator akan mengatakan, “Kepada Fulan, disilahkan”. Tidak terdengar aneh memang, karena perintah tersebut jelas ditujukan kepada Fulan, dan Fulan pun dapat memahaminya dengan baik.

Jika kita melihat dari segi struktur kalimat, maka kalimat itu justu tidak memiliki subjek yang jelas. Seharusnya kata ‘kepada’ dalam kalimat tersebut dihilangkan untuk menghadirkan subjek yang berterima.

4. "Jam berapa, Pak/Bu?"

ilustrasi jam tangan (unsplash.com/Jaelynn Castillo)

Dalam situasi formal ketika sedang melaksanakan ujian, peserta ujian biasanya tidak diperbolehkan membawa ponsel ke meja kerja. Hal ini tak masalah jika terdapat jam dinding di ruangan, karena peserta ujian dapat mengetahui sisa waktu dalam mengerjakan soal. Namun, lain halnya jika tidak ada jam dinding dalam ruangan tersebut. Kondisi demikian lazimnya menuntut peserta ujian untuk bertanya secara langsung kepada pengawas ujian dengan mengajukan pertanyaan, "Jam berapa, Pak/Bu?"

Pengawas ujian pun akan menjawab sesuai maksud penanya dengan menyebutkan waktu saat itu. Padahal, jawaban atas pertanyaan seperti itu lebih tepat menunjukkan harga sebuah jam, bukan waktu. Jika ingin menanyakan waktu, akan lebih tepat dengan pertanyaan, "Pukul berapa, Pak/Bu?"

Verified Writer

Riani Shr

Menulis adalah salah satu upaya menyembuhkan yang ampuh.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya