TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Sikap Buruk Bawahan terhadap Atasan, Jangan Ditiru!

Cobalah melihat dari sisi yang berbeda

ilustrasi berdiskusi (pexels.com/ Kampus Production)

Dalam dunia kerja, terjalin hubungan internal antar sesama karyawan atau bawahan dengan atasan. Dinamika hubungan antara bawahan dengan atasan pun sering menjadi topik pembahasan yang menarik untuk disoroti.

Namun pada kenyataanya, tidak hanya perilaku buruk atasan yang bisa mengganggu suasana kerja. Jika mau melihat lebih dalam lagi, tidak sedikit bawahan yang bersikap negatif terhadap atasan. Berikut tujuh sikap yang biasa ditunjukkan bawahan terhadap atasan dan tidak patut  ditiru.

1. Pura-pura baik

ilustrasi rekan kerja (pexels.com/ Anna Shvets)

Kamu pasti banyak menemui karakter karyawan yang pura-pura baik terhadap atasannya. Ada berbagai alasan mengapa seseorang melakukan hal itu. Salah duanya adalah karena gap jabatan dan merasa takut. Padahal semestinya lebih baik jika bersikap apa adanya dengan tetap bersikap pofesional yang sopan.

Sesuatu yang tak bersumber pada keikhlasan biasanya juga akan terbongkar. Lambat laun atasan akan menyadari sikap tak tulus yang ditunjukkan oleh bawahannya. Jika sudah begini hubungan kerja pun sulit berjalan baik.

Baca Juga: 5 Tindakan Bijak saat Dimarahi Atasan soal Aduan Rekan Kerja

2. Gibah di belakang atasan

ilustrasi suasana di kantor (pexels.com/ Alena Darmel)

Bagi beberapa bawahan, acara makan siang akan lebih seru jika berhasil mengajak semua rekan kerja membicarakan habis-habisan kejelekan sifat atasan. Bahkan tak jarang menjadikannya bahan olok-olokan atau hiburan. Tak disadari bahwa kasak-kusuk tentang rumor yang belum tentu kebenarannya akan berpotensi menjadi fitnah.

Jika sebuah gosip bertemu denga rasa tidak suka akan menjadi pembicaraan yang ditambah-tambahi oleh bumbu prasangka. Bagaikan bensin tersambar api, pasti akan membesar sebelum sempat dihentikan.

3. Sering mengharap hadiah dari atasan

ilustrasi menerima hadiah (Pexels.com/ Rodnae Production)

Tak jarang bawahan yang beranggapan bahwa atasannya sudah seharusnya  sering memberi bawahannya hadiah atau apa pun yang bersumber dari pengeluaran pribadinya dengan alasan kalau gaji atasannya besar. Jika tidak, ia akan mencap atasannya sebagai orang pelit.

Sikap seperti ini sebenarnnya tidak pantas, karena memberi hadiah yang tak ada hubungannya dengan prestasi kerja bukanlah hal yang wajib untuk dilakukan atasan. Berapa pun gaji atasan, tentu bukanlah urusan bawahan untuk memaksanya menjadi donator. Lagipula tak ada orang yang tahu pasti seberapa besar beban yang harus ditanggung atasan dalam kehidupan pribadi dan keluarganya.

4. Menghakimi urusan pribadi atasan

ilustrasi berdiskusi (pexels.com/ Christina Morillo)

Hubungan kerja antara atasan dan bawahan seharusnya bersifat profesional. Meski begitu, tak sedikit bawahan yang merasa perlu mengomentari bahkan menilai urusan pribadi atasan dari sudut pandangnya sendiri.

Memang setiap orang punya hak untuk beropini. Namun, alangkah baiknya menyimpan sendiri opini tentang kehidupan pribadi orang lain termasuk atasan. Membicarakan dengan rekan kerja lain tentang urusan pribadi atasan bisa berpotensi menjadi ajang penggiringan opini yang berbahaya.

Rekan kerja lain yang tak tahu kebenarannya akan ikut-ikutan memandang negatif kepada atasan. Mereka juga tak jarang merefleksikannya dalam sikap tak simpatik saat berhadapan dengan atasannya. Ini tak adil buat atasanmu, bukan?

5. Menganggap atasan bisa segalanya

ilustrasi berdiskusi (pexels.com/ Fauxels)

Saat banyak masalah dalam pekerjaan, kadang-kadang ada bawahan yang berpendapat bahwa hanya atasan yang harus memikirkan jalan keluarnya. Baginya sudah cukup jika ia sudah mengerjakan bagiannya saja tanpa berusaha membantu. Dalam pandangannya, atasan sudah seharusnya menanggung beban kerja yang berat karena sudah mendapatkan gaji yang besar.

Walau pendapat yang seperti itu tak sepenuhnya salah, tapi ia sering lupa bahwa masing-masing punya jobdesc yang berbeda. Seharusnya ia sadar bahwa atasannya mempunyai tugas dalam fungsi struktural untuk memimpin bawahan dan bukan harus selalu ikut mengerjakan pekerjaan bawahan yang memiliki tugas fungsional.

6.  Lupa kalau atasan juga manusia biasa

ilustrasi diskusi di kantor (pexels.com/ Rebrand Cities)

Saat atasan berbuat salah dengan segera bawahan akan menyebarkan hot news ini ke seluruh penjuru kantor. Baginya, atasan itu tidak boleh salah sedikit pun. Ia lupa bahwa atasan juga manusia biasa yang mungkin saja melakukan kesalahan.

Bagi bawahan seperti ini, kesalahan atasan adalah kesempatan untuk menjatuhkan kredibilitas atasan. Sehingga saat ia dan atasan terlibat konflik ia akan dengan mudah membuat orang lain percaya itu semua kesalahan atasannya yang tidak kredibel.

Baca Juga: 5 Tips Menyiasati saat Berkonflik dengan Bawahan Sendiri di Kantor

Verified Writer

Dream Praire

Menulis, membaca, officer. IG :@Dream_Praire

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya