Melihat Sukses Hanya dari Hasil Akhir Pekerjaan Adalah Kebiasaan yang Buruk
Meskipun pekerjaanmu berhasil mencapai target, bukan berarti apa yang kamu lakukan pasti benar.
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Hasil akhir adalah tolak ukur yang sering digunakan untuk menilai keberhasilan seseorang. Kamu dikatakan berhasil di kantor jika hasil akhir pekerjaanmu mencapai target. Dietmu berhasil jika berat badanmu turun sesuai dengan yang kamu targetkan sebelumnya, dan sebagainya.
Dari pemikiran tersebut, apakah semua bentuk keputusan, metode, dan proses yang ternyata berhasil membantumu mencapai target bisa dikatakan keputusan yang tepat.
Well, tidak juga. Memang, dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari, hasil akhir adalah hal yang penting. Namun, menjadi result-oriented, atau mengukur keberhasilan hanya dari hasil akhir bukanlah hal yang bagus.
Kamu Bisa Saja Tetap Mencapai Target Walaupun Jelas Melakukan Kesalahan
Oke, ayo kita ambil kalimat “kalau hasil akhir sesuai target, berarti kamu melakukan hal yang benar”.
Pekerjaanmu bisa saja tetap mencapai target dan dianggap “berhasil” meskipun prosesnya berantakan dan kamu mengambil banyak keputusan yang buruk. Sebaliknya, meskipun kamu melakukan pekerjaanmu dengan proses yang benar serta pengambilan keputusan yang tepat, kamu bisa saja gagal.
Ketika sedang berusaha mencapai target, ada banyak faktor yang tidak bisa ditebak atau dikendalikan, tapi bisa mempengaruhi keberhasilanmu. Faktor ini bisa mulai dari keberuntungan, campur tangan orang lain, atau eksplitasi terhadap sesuatu yang tidak semestinya. Faktor ini bisa membuatmu berhasil, atau malah gagal mencapai hasil yang diinginkan, terlepas dari benar tidaknya keputusan dan proses yang kamu ambil.
Misalnya, pensi tahunan sekolah yang kamu pimpin terancam gagal karena tidak ada sponsor yang tertarik dengan tawaran dan strategimu, sehingga acaramu kekurangan dana. Karena desperate, kamu akhirnya menggunankan strategi darurat (atau “andalan”), yaitu meminta sumbangan dana dari teman sekolah atau orang tuanya. Kebetulan, di sekolah ada anak kelas tiga yang memang kaya, dan bersedia memberikan bantuan dana dalam jumlah besar.
Berkat dana tersebut, pensi sekolahmu berjalan dengan sukses. Namun, apakah secara keseluruhan pensimu berhasil? Sama sekali tidak. Strategimu dalam menarik sponsor gagal dan timmu sebenarnya tidak bisa mengumpulkan dana yang cukup. Kamu hanya beruntung ada yang mau menyumbangkan dana sukarela dalam jumlah besar untuk menutupi kegagalanmu.
Sekali lagi, hanya karena kamu berhasil mencapai hasil akhir yang diinginkan, bukan berarti kamu sudah melakukan hal yang benar. Sebaliknya, meskipun kamu sudah melakukan hal yang benar, bisa saja sesekali kamu gagal.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.