TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

8 Bahaya Tersembunyi dari Arogansi dalam Kepemimpinan

Tegas dan percaya diri boleh, tapi jangan arogan

ilustrasi seseorang menjelaskan sesuatu kepada orang-orang lainnya (unsplash.com/@austindistel)

Pada umumnya, orang menganggap bahwa seorang pemimpin yang tegas dan percaya diri adalah kualitas yang diidamkan dalam kepemimpinan. Namun, terlalu percaya diri juga bisa menjadi racun bagi seorang pemimpin loh. Terutama ketika itu berubah menjadi perilaku sombong atau arogan. Nah, apa saja sih bahaya yang tersembunyi dari arogansi dalam kepemimpinan? Ini dia delapan bahayanya yang perlu kamu tahu.

1. Hilangnya keterbukaan 

ilustrasi tiga orang sedang melihat ke satu laptop (unsplash.com/@wocintechchat)

Seorang pemimpin yang arogan cenderung menjadi kurang terbuka terhadap sudut pandang dan saran dari orang lain. Mereka merasa bahwa mereka sudah tahu segalanya dan tidak ingin mendengar pendapat orang lain, bahkan meskipun pendapat orang lain tersebut lebih baik untuk organisasi.

Hilangnya keterbukaan dapat mengakibatkan dampak buruk bagi organisasi secara keseluruhan. Ketika seorang pemimpin tidak terbuka terhadap sudut pandang atau saran dari orang lain, maka mereka dapat membuat keputusan yang berpotensi merugikan organisasi.

2. Menciptakan atmosfer yang tidak nyaman 

ilustrasi sekumpulan orang melakukan pertemuan (unsplash.com/@wocintechchat)

Pemimpin yang arogan dapat membuat bawahannya merasa tidak nyaman dan takut untuk berbicara dengan mereka. Seorang pemimpin yang arogan cenderung berperilaku seolah-olah mereka berada di atas orang lain dan tidak memperhatikan perasaan atau pandangan bawahannya. Mereka mungkin memperlakukan bawahan dengan tidak sopan atau bahkan meremehkan kinerja mereka.

Terciptanya atmosfer yang tidak nyaman dapat mengakibatkan dampak negatif yang signifikan pada performa dan motivasi bawahannya. Para bawahannya mungkin merasa tidak dihargai atas kerja keras yang telah mereka lakukan. Hal ini tentu bisa mempengaruhi produktivitas dan kepercayaan antara pemimpin dan bawahannya.

3. Tidak menyadari kelemahannya 

ilustrasi pria dan wanita sedang mendengarkan pria lainnya berbicara (unsplash.com/@mapbox)

Seorang pemimpin yang terlalu arogan cenderung mengabaikan kelemahan mereka sendiri atau organisasi yang dipimpinnya. Mereka mungkin merasa bahwa mereka tidak memiliki kelemahan apa pun. Mereka cenderung memaksakan kehendak mereka dan tidak mau menerima masukan dari orang lain.

Sikap seperti itu tentu bisa merugikan organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Kelemahan dalam suatu organisasi yang tidak diatasi dapat menyebabkan masalah yang lebih besar di masa depan, seperti merosotnya kinerja atau bahkan kegagalan dan kebangkrutan.

Baca Juga: 5 Kisah Kepemimpinan Khalifah Harun Ar Rasyid, Bisa jadi Panutan

4. Mengurangi kolaborasi dalam tim 

ilustrasi sekumpulan orang menumpuk tangan mereka (unsplash.com/@hannahbusing)

Arogansi dapat menghalangi kemampuan seseorang untuk berkolaborasi dengan orang lain. Seorang pemimpin yang arogan mungkin merasa bahwa ide mereka adalah yang terbaik dan tidak membutuhkan kontribusi dari bawahannya. Mereka mungkin cenderung memutuskan segala sesuatunya sendiri tanpa meminta pendapat terlebih dahulu dari rekan-rekan di organisasinya.

Sangat mungkin terjadi dengan kurangnya kolaborasi dalam tim dapat menghambat kinerja organisasi tersebut. Kolaborasi antara bawahan dan pemimpin penting dilakukan untuk memastikan keberhasilan organisasi atau perusahaan. Kolaborasi memungkinkan orang-orang dalam tim untuk berbagi ide, bekerja sama memecahkan masalah, dan memaksimalkan potensi kreatif yang ada dalam organisasi tersebut.

5. Memperburuk hubungan dengan bawahan 

ilustrasi tiga wanita sedang bekerja dengan laptopnya masing-masing (unsplash.com/@cowomen)

Seorang pemimpin yang arogan cenderung mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan perasaan atau masukan dari bawahannya. Beberapa dari mereka juga mungkin memperlakukan bawahannya dengan sikap merendahkan atau memerintah dengan memaksa. Ini tentu bisa mengarah pada ketidakpuasan, konflik, dan akhirnya meningkatkan intensitas pergantian karyawan di perusahaan.

Sementara itu, memperbaiki hubungan dengan bawahan dapat membantu meningkatkan kinerja perusahaan dan pastinya menciptakan lingkungan kerja yang positif. Selain itu, hal ini juga dapat membantu meningkatkan kepercayaan dan kepuasan bawahan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan performa organisasi atau perusahaan.

6. Mengorbankan kinerja organisasi 

ilustrasi tiga pria sedang berdiskusi (unsplash.com/@austindistel)

Ketika seorang pemimpin memperlihatkan arogansinya, ia cenderung berfokus pada tujuannya sendiri daripada kinerja organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Mereka mungkin memprioritaskan ego mereka sendiri atau memaksakan kehendak kepada bawahannya, meskipun itu tidak sejalan dengan visi misi perusahaan atau organisasi.

Hal ini tentu dapat menyebabkan pemimpin tersebut mengabaikan masalah penting atau memilih solusi yang kurang optimal hanya karena keputusan tersebut mendukung tujuannya sendiri. Dalam jangka panjang, jika masih terus seperti ini, organisasi ataupun perusahaan tidak bisa maju dan berkembang karena tidak sesuai dengan tujuan awal.

7. Menimbulkan rasa tidak aman 

ilustrasi seorang wanita menunjukkan sesuatu di kertas kepada wanita lainnya (unsplash.com/@amyhirschi)

Seorang pemimpin yang arogan dapat menimbulkan rasa tidak aman bagi bawahannya. Hal ini tentu bisa mengakibatkan ketegangan bagi bawahannya. Pemimpin yang arogan dapat membuat bawahannya takut membuat kesalahan atau bahkan takut bicara jujur karena mereka takut akan mendapat hukuman atau diperlakukan dengan kasar.

Dampak buruk ini tentu bisa berpengaruh besar pada kinerja perusahaan. Bawahan yang takut berbicara jujur atau mengemukakan pendapat bisa menghambat kemampuan organisasi untuk memecahkan masalah atau mengambil keputusan terbaik. Selain itu, rasa tidak aman juga sangat berdampak pada produktivitas bawahannya.

Baca Juga: 5 Alasan untuk Tidak Membalas Tindakan Arogan dengan Sikap Serupa

Verified Writer

Lutfia Afifah

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya