TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Alasan Orang Enggan Bekerja di Bawah Tekanan

Sebaiknya pembuka lowongan menjelaskan artinya

ilustrasi tekanan pekerjaan (pexels.com/Antoni Shkraba)

Intinya Sih...

  • Persyaratan siap bekerja di bawah tekanan membuat sebagian calon pelamar mundur dari rencana mendaftar.
  • Tekanan dalam pekerjaan bisa berupa tugas berat, atasan galak, sanksi keras, dan perlakuan kurang manusiawi.
  • Calon pelamar menginginkan penjelasan yang jelas terkait arti tekanan dalam persyaratan lowongan kerja.

Siap bekerja di bawah tekanan sering menjadi salah satu syarat di berbagai lowongan kerja. Sebagian calon pelamar menganggapnya sebagai hal yang biasa sehingga langsung saja mengirimkan berkas lamarannya. Namun, beberapa orang seketika berpikir panjang bahkan akhirnya mundur dari rencana mendaftar jika telah tercantum syarat seperti itu.

Mengapa mereka melakukannya? Apakah ini berarti mentalnya sebagai calon karyawan kurang kuat? Keengganan mereka untuk bekerja di bawah tekanan bisa dipahami dengan menyimak ulasan berikut ini. Memang sudah saatnya pihak yang mencari karyawan mengganti kalimat 'siap bekerja di bawah tekanan' dengan kalimat lain yang lebih positif dan jelas maknanya.

1. Tak tahu dengan pasti seperti apa tekanan yang dimaksud

ilustrasi tekanan pekerjaan (pexels.com/Yan Krukau)

Segala sesuatu yang menimbulkan stres bisa disebut sebagai tekanan. Baik itu tugas yang terlalu banyak, atasan yang galak, hari libur serasa hari kerja, sanksi yang keras untuk setiap kesalahan sekecil apa pun, maupun perlakuan lain yang kurang manusiawi. Membayangkan berbagai kemungkinannya saja sudah menimbulkan rasa tidak nyaman.

Apalagi jika mereka harus benar-benar mengalaminya setiap hari. Terus bekerja rasanya berat sekali. Namun, resign pun gak bisa sembarangan. Untuk menghindarkan diri terjebak dalam kemungkinan terburuk dari makna tekanan yang dimaksud oleh pemberi kerja, lebih baik gak melamar.

Kalau pihak yang memerlukan karyawan menjelaskan maksud tekanan, barangkali itu dapat menghilangkan ketakutan mereka. Wajar bagi siapa pun enggan menyetujui sesuatu yang tidak jelas artinya bagi mereka. Bila mereka telanjur melamar pekerjaan yang mensyaratkan siap bekerja di bawah tekanan dan ternyata gak kuat, mereka juga yang disalahkan.

2. Pernah punya pengalaman yang buruk terkait tekanan pekerjaan

ilustrasi membicarakan pekerjaan (pexels.com/cottonbro studio)

Mereka yang sudah memiliki pengalaman kerja dan merasa pernah dirugikan baik dalam hal kesehatan fisik maupun mental gara-gara tekanan dalam pekerjaan tentu berusaha mencegah terulangnya hal tersebut. Dahulu mereka masih lugu dan terlalu bersemangat sehingga melamar setiap lowongan yang ada. Syarat siap bekerja di bawah tekanan tidak dipikirkan dengan baik bahkan dipandang amat positif sebagai tantangan yang bakal meningkatkan kemampuan kerja mereka.

Akan tetapi, setelah menjalaninya sendiri ternyata benar-benar gak mudah. Satu kalimat itu saja menimbulkan banyak masalah. Baik beban kerja maupun tekanan mental dari atasan sangat besar. Ada perasaan bahwa mereka cenderung diperlakukan semena-mena dengan dalih mereka telah siap bekerja di bawah tekanan.

Pengalaman kerja yang buruk memberi mereka pelajaran buat lebih berhati-hati ke depannya. Jika lowongan kerja sudah mencantumkan syarat siap bekerja di bawah tekanan tanpa penjelasan apa pun, mereka lebih suka melewatkannya. Mereka hanya mencari lowongan dengan syarat pendidikan dan kemampuan kerja yang sesuai dengan pengalaman.

3. Ingin lebih didorong, bukan ditekan

ilustrasi tekanan pekerjaan (pexels.com/Yan Krukau)

Tekanan dapat dibayangkan sebagai beban berat yang berada di atas kepala. Itu sesuatu yang bisa jadi sangat membahayakan siapa pun yang ada di bawahnya. Ketika beban itu terus diturunkan, orang tersebut akan celaka.

Maka kalimat siap bekerja di bawah tekanan dapat dirasakan sebagai ancaman serius oleh sebagian calon pelamar. Mereka tidak bisa berkembang bila berada dalam situasi seperti itu. Sedikit bergerak saja susah, apalagi membuat kemajuan dalam karier.

Kebutuhan terbesar mereka adalah motivasi atau dorongan. Kalau pemberi kerja ingin mereka lebih produktif misalnya, dorong mereka agar mampu mencapainya. Posisi pendorong berada di belakang orang yang didorong. Mereka masih memiliki keleluasaan untuk mengikuti dorongan itu atau menolak.

Baca Juga: 4 Tips Tetap Tenang di Tengah Tekanan Kuliah, Jangan Sampai Stres!

4. Mengesankan kondisi tidak berdaya karyawan di bawah kuasa pemberi kerja

ilustrasi bekerja (pexels.com/Norma Mortenson)

Tekanan apa pun tidak timbul begitu saja dalam diri seseorang. Hal-hal di luar diri sangat berpengaruh terhadap perasaan tertekan seseorang. Termasuk dalam hubungan kerja dengan adanya pihak yang mempekerjakan serta dipekerjakan.

Dengan mencantumkan syarat multitafsir seperti siap bekerja di bawah tekanan, ini bisa membuka pintu lebar-lebar untuk pemberi kerja bebas melakukan apa saja pada karyawannya. Bahkan bila itu sudah melebihi porsi tanggung jawab karyawan, semua dapat diatasnamakan sebagai tekanan seperti yang tercantum dalam persyaratan awal bagi calon pelamar. Bila dibayangkan, posisi karyawan lemah sekali sedangkan pemberi kerja memiliki kekuasaan tak terbatas atas diri mereka.

Orang yang mencari pekerjaan memang terdesak oleh kebutuhan. Namun, menukar kebebasan dan kesetaraan mereka sebagai sesama manusia dengan uang juga bukan hal yang diinginkan. Mereka bukan tidak mau bekerja keras, tetapi penting sekali memperjelas batasan pekerjaan itu agar nantinya tak melebar ke mana-mana dan menjadi sumber tekanan yang gak ada habisnya bagi mereka.

5. Berjiwa bebas

ilustrasi bekerja (pexels.com/Antoni Shkraba)

Orang yang berjiwa bebas tidak suka diatur dan diarahkan untuk melakukan ini itu. Kalau mereka dihadapkan pada banyak aturan, jiwanya pasti terdorong untuk melakukan pemberontakan. Apalagi ketika mereka coba ditekan oleh orang lain, perlawanannya akan lebih kuat.

Mereka bisa bersikap anti dengan persyaratan untuk siap bekerja di bawah tekanan. Alih-alih tunduk di bawah tekanan, mereka malah terkesan menantang siapa pun yang berani menekan mereka. Kalau sulit bagi mereka menemukan lowongan pekerjaan tanpa syarat ini, mereka memilih bekerja lepas atau menciptakan lapangan kerja sendiri.

Mereka yang berjiwa bebas bukannya gak mau bekerja sama dengan siapa pun. Mereka tahu bahwa kerja sama dapat membantu perkembangan kemampuan diri bahkan menghasilkan lebih banyak uang ketimbang sepenuhnya bekerja sendirian. Tapi posisinya harus benar-benar setara sebagai mitra, bukan siapa berhak menekan siapa.

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Penulis fiksi maupun nonfiksi. Lebih suka menjadi pengamat dan pendengar. Semoga apa-apa yang ditulis bisa memberi manfaat untuk pembaca. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya