TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Alasan Ragu Merambah Bisnis Online, Offline Sudah Untung?

Bisakah bertahan di tengah persaingan usaha?

ilustrasi pemilik kafe (pexels.com/Tirachard Kumtanom)

Sekarang kamu bisa dengan mudah membeli apa saja secara online.  Tinggal pilih produk yang diinginkan dan membayarnya, maka belanjaanmu akan diantarkan ke rumah. Dirimu juga dapat membayarnya nanti dengan uang tunai alias COD.

Meski bisnis online telah menjamur dan tampaknya menjanjikan keuntungan yang besar, tetap ada beberapa pelaku usaha yang gak mau meluaskan pangsa pasarnya dengan mencobanya. Mereka bertahan dengan cara penjualan secara offline. Tidakkah mereka khawatir bakal kalah dalam persaingan usaha yang kian ketat?

Sedikit banyak kecemasan tentu ada, tetapi mereka punya alasan tersendiri buat bertahan di jalur offline saja. Generasi yang lebih senior bukan satu-satunya pelaku bisnis yang masih agak susah untuk menjajal peruntungan di bisnis online. Pebisnis muda pun dapat ragu untuk memulainya. Berikut ada enam alasan ragu merambah bisnis online.

1. Tidak mengikuti perkembangan teknologi informasi

ilustrasi pedagang makanan (pexels.com/JAMIE DIAZ)

Teknologi informasi berkembang dengan begitu pesat. Tidak semua orang dari generasi yang berbeda-beda dapat mengikutinya. Alih-alih merasa tertarik dan terbantu oleh hadirnya berbagai media sosial dan marketplace, sebagian orang menganggap keduanya membingungkan.

Bahkan bisnis online dipandang sebagai ancaman atas cara mereka berusaha selama ini yang telah mapan. Jika pun mereka ada sedikit ketertarikan, sulit untuk mempelajari dan mencobanya sendiri. Harus ada bantuan dari orang yang lebih mengerti tentang penggunaan teknologi informasi.

Mereka juga harus lebih diyakinkan tentang manfaat berbisnis online dengan melihat langsung keberhasilan banyak orang. Tanpa pendampingan dan motivasi yang terus-menerus dari orang lain, mereka tidak tergerak untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai teknologi informasi yang bisa membuat usaha kian berkembang. Meski ini berarti lama-kelamaan bisnis mereka dapat kalah bersaing.

Baca Juga: 5 Alasan Kenapa Penulis Freelance Tidak Boleh Memelihara Rasa Malas 

2. Tanpa online pun, usaha sudah menguntungkan

ilustrasi makanan tradisional (pexels.com/Quang Nguyen Vinh)

Beberapa orang tampaknya tidak terlalu tertarik untuk mengejar keuntungan yang lebih besar dengan merambah ke bisnis online. Mereka merasa puas dengan keuntungan yang diperoleh dari menjalankan bisnisnya secara offline. Bagi mereka, sepanjang usaha yang dijalankan dengan cara tersebut sudah mampu menopang kehidupannya dan pekerja dengan baik maka tak perlu ngoyo.

Malah mereka khawatir kalau-kalau merambah ke bisnis online akan membuat permintaan tidak terkendali. Mereka takut gak bisa melayani dengan baik dan mengecewakan banyak orang. Itu akan berpengaruh buruk pada reputasi usahanya.

Jika suatu saat mereka melihat tanda-tanda kemunduran bisnis gara-gara tak mengikuti tren serba online, barulah mereka mencobanya. Usaha yang tetap ramai walau hanya dijalankan dengan cara lama begini biasanya sudah mempunyai pelanggan yang sukar berpaling ke usaha lain yang sejenis. Pelanggan tak keberatan untuk datang langsung ke toko atau kedainya.

3. Takut tertipu

ilustrasi kasir (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Interaksi tanpa tatap muka dan hanya melalui chat atau pesanan di aplikasi dapat membuat sebagian orang ketar-ketir. Satu sisi pembeli cemas tertipu oleh penjual abal-abal. Di sisi lain, pedagang yang belum terbiasa dengan sistem online juga takut merugi oleh ulah pembeli palsu atau keisengan mereka. 

Apalagi kalau pembayarannya di belakang, beberapa orang sangat khawatir pemesan membatalkan transaksi tersebut dengan menolak membayarnya. Apa pun alasannya, penjual menjadi rugi. Risiko ini dapat diminimalkan dalam transaksi secara offline.

Pada transaksi tersebut lebih jelas siapa penjual dan siapa pembeli. Pemesanan partai besar pun biasanya hanya dilakukan oleh pelanggan sehingga rasa saling percayanya lebih kuat. Ada pedagang, pembeli, produk, serta uang dan transaksi selesai saat itu juga. Tidak ada kekhawatiran macam-macam.

4. Mengkhawatirkan ulasan dan rating yang buruk

ilustrasi melayani pelanggan (pexels.com/Kampus Production)

Ulasan yang positif dan rating yang tinggi tentu akan sangat membantu sebuah bisnis lebih dikenal serta dipercaya oleh masyarakat. Namun, bagaimana dengan ulasan yang buruk serta rating yang jeblok? Itu dapat merusak bisnis dalam sekejap bahkan bila diberikan oleh orang yang tak bertanggung jawab.

Bukannya menceritakan pengalamannya yang asli, seseorang justru menjelek-jelekkan produk. Ulasan serta rating tersebut dapat dilihat oleh semua orang serta memengaruhi keputusan mereka buat mencobanya atau gak. Meski ada orang yang tidak memercayainya sebelum membuktikan sendiri, pasti banyak pula yang memilih untuk mengurungkan niatnya membeli.

Bisnis yang sudah mapan dan punya reputasi yang diakui banyak orang barangkali tak terlalu mengkhawatirkan 1 atau 2 review serta rating di bawah rata-rata. Akan tetapi, bisnis yang baru dirintis bisa gagal berkembang gara-gara ulasan dan rating yang buruk. Maka pebisnis pemula lebih suka memantapkan diri dulu dalam transaksi offline daripada langsung mencoba usaha online yang berpotensi menguntungkan, tetapi kritiknya juga kejam.

5. Agar menjadi cirinya

ilustrasi suasana kedai (pexels.com/HONG SON)

Ternyata ada pula pebisnis yang justru ingin menjadikan tiadanya layanan online sebagai cirinya. Mereka percaya bahwa kekuatan ciri penting buat bikin orang lain lebih mengingat jasa atau produk yang mereka tawarkan. Keunikan hanya menjalankan usaha secara offline dapat menjadi daya tarik tersendiri.

Dengan seakan-akan menolak sistem online, mereka bisa terlihat sebagai usaha yang kuat dan memiliki pelanggan setia. Mereka tak takut digempur oleh para pesaing yang ramai-ramai merambah ke bisnis online. Justru dengan bertahan pada bisnis offline, apa yang ditawarkan dapat dianggap lebih eksklusif.

Mereka tak mau mengikuti arus persaingan usaha secara daring. Sudah terlalu banyak pelaku bisnis yang berkecimpung di sana. Mereka memutuskan buat mengelola pasarnya sendiri yang tidak juga berpaling ke lain tempat meski dapat diakses dengan lebih mudah.

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Penulis fiksi maupun nonfiksi. Lebih suka menjadi pengamat dan pendengar. Semoga apa-apa yang ditulis bisa memberi manfaat untuk pembaca. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya