TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Penyebab Turunnya Rasa Bangga pada Pekerjaan, Beda dari Awal Bekerja

Kurang puas, tapi tak selalu ingin resign

ilustrasi bekerja setengah hati (pexels.com/ArtHouse Studio)

Perasaanmu pada apa pun bisa berubah dari positif ke negatif atau kuat ke lemah dan sebaliknya. Tidak terkecuali pada pekerjaan yang dahulu begitu dibanggakan. Perubahan rasa dari sangat membanggakannya menjadi biasa saja atau bahkan malu dapat membawamu ke rasa ragu.

Apakah ini artinya kamu gak mensyukuri pekerjaan tersebut? Ataukah seharusnya kamu berhenti bekerja saja? Rasa bangga yang tidak lagi sekuat dulu mesti disikapi dengan hati-hati, agar tak membawamu pada keputusan yang keliru.

Jika perasaan gak bangga, sampai bikin kamu amat tersiksa, berarti ada penyebab yang serius dan perlu dicarikan solusinya. Namun, bila perasaan tersebut hanya datang dan pergi tergantung apa yang sedang terjadi, bertahan di pekerjaan tersebut bukan masalah. Sebagus apa pun suatu pekerjaan, rasa bangga dapat menurun karena enam hal berikut.

1. Sudah lama menggelutinya

ilustrasi pria bekerja (pexels.com/GERSON FERREIRA)

Ada dua kemungkinan setelah kamu bertahun-tahun bekerja di bidang bahkan kantor yang sama. Kamu bisa makin hari makin bangga, tetapi dapat pula rasa bangga itu justru terus menurun. Tidak berarti kamu berubah dari suka menjadi benci dengan bidang kerjanya.

Penurunan rasa bangga ini semata-mata lantaran kamu sudah begitu terbiasa dengan pekerjaan tersebut. Dahulu ketika kamu baru memulainya, rasanya penting sekali untuk menunjukkannya pada semua orang. Kamu merasa amat beruntung dapat bekerja di bidang itu dan pada suatu kantor.

Akan tetapi, setelah bekerja menjadi makanan sehari-hari rasanya pun berubah biasa saja. Meski kamu masih menyukai pekerjaan tersebut dan sama sekali gak ingin pindah kerja, secara emosi sudah lebih tenang. Kamu menikmati setiap kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan tanpa perlu menepuk dada lagi di hadapan orang-orang. 

2. Pekerjaannya kurang menantang

ilustrasi pria bekerja (pexels.com/Jonathan Borba)

Pekerjaan yang penuh tantangan memang bisa bikin capek. Butuh keberanian yang tinggi serta kemauan untuk terus belajar hal-hal baru. Rasanya dapat seperti tiadanya waktu buat beristirahat barang sejenak karena tantangan yang baru keburu menghampiri.

Meski begitu, pekerjaan yang minim tantangan juga tak lebih menyenangkan. Akan ada saatnya kamu justru menjadi bosan kemudian kehilangan rasa bangga atas pekerjaan tersebut. Tugas-tugasnya terasa terlalu mudah, hanya diulang-ulang, serta semua orang mungkin dapat melakukannya.

Gak dibutuhkan keahlian khusus buat mengerjakannya. Saat kamu bersama kawan-kawan yang ramai menceritakan tantangan dalam pekerjaan masing-masing, kamu hanya bisa mendengarkan. Kamu tak memiliki cerita seru dalam menghadapi serta menaklukkan berbagai tantangan.

3. Penghasilan pas-pasan

ilustrasi melempar dokumen (pexels.com/cottonbro studio)

Faktor penghasilan juga memengaruhi rasa banggamu pada suatu pekerjaan. Sebesar apa pun ketertarikanmu pada suatu pekerjaan, minimnya pendapatan bisa bikin kepalamu kurang tegak. Ada rasa malu ketika berada di tengah orang-orang berpenghasilan lebih tinggi.

Sedikitnya pendapatan juga bikin kamu sibuk memikirkan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Bila dahulu kamu memulainya dengan rasa bangga, itu karena dirimu belum merasakan besarnya kebutuhan hidup dibandingkan penghasilan yang diperoleh. Sampai beberapa bulan pertama, rasa bangga masih mendominasi.

Namun, selanjutnya baru kamu mulai gak nyaman dengan pemasukan yang tidak membuat hidup lebih terjamin. Pekerjaannnya memang menarik minatmu serta bermanfaat untuk kehidupan.

Namun, kurangnya penghasilan menjadi kelemahannya yang berdampak langsung pada kehidupanmu, serta rasa bangga dalam melakoninya. Belum lagi bila banyak orang yang mengejek, pasti kamu tambah gak bangga dengan pekerjaan itu.

Baca Juga: 3 Tantangan Memutuskan Konversi Hobi Jadi Pekerjaan Utama, Siap?

4. Pendidikan lebih tinggi dari syarat sebuah posisi

ilustrasi pria bekerja (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Ketika baru mencari pekerjaan, pasti kamu melamar lowongan-lowongan kerja yang syarat pendidikannya sesuai dengan jurusan dan jenjang pendidikanmu. Bila kamu sarjana, maka dirimu mencari pekerjaan dengan syarat S1. Hanya saja, terkadang memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan pendidikanmu juga gak mudah.

Tidak mungkin untukmu melamar posisi yang memerlukan pendidikan lebih tinggi. Jelas itu membuatmu gak akan dipanggil untuk ikut tes kerja. Pilihannya hanya bersabar menunggu berjodoh dengan pekerjaan yang syarat pendidikannya cocok atau banting setir ke posisi-posisi lain dengan kualifikasi pendidikan di bawahnya.

Masih dengan contoh kamu lulusan S1, tetapi melamar posisi yang diperuntukkan untuk diploma bahkan SMA. Atau, sedikitnya pekerjaan yang mensyaratkan ijazah terakhir S2 membuatmu akhirnya memakai titel S1 saja. Walau pekerjaan diperoleh, tentu ada perasaan agak malu dan seperti menyia-nyiakan pendidikan yang telah ditempuh.

5. Gak ada perkembangan karier

ilustrasi pria di depan komputer (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Ketika kamu mulai bekerja, bayangan dalam kepala begitu jelas. Kamu mengawalinya dari posisi yang biasa saja dan akan terus naik ke posisi yang lebih prestisius. Gaji pun bakal otomatis mengikuti, sehingga kamu pasti merasa makin puas dan bangga.

Namun, kamu terbentur pada realitas yang berbeda. Tahun demi tahun dijalani, gak ada tanda-tanda karier mengalami perkembangan. Kamu bahkan mulai takut bakal menua di posisi yang itu-itu saja dan dengan tingkat kesejahteraan yang nyaris tak berubah.

Sementara itu, di luar sana teman dan saudaramu sudah mencapai posisi yang lebih tinggi dalam pekerjaan masing-masing. Sekalipun awalnya kamu merasa optimis dengan pekerjaan sendiri, kini malah terasa tidak ada lagi yang bisa dibanggakan. Di tengah karier yang suram, mengingatnya saja dapat terasa menyakitkan apalagi untuk membicarakannya.

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Penulis fiksi maupun nonfiksi. Lebih suka menjadi pengamat dan pendengar. Semoga apa-apa yang ditulis bisa memberi manfaat untuk pembaca. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya