TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Tips Kurangi Tersinggung saat Ditegur di Kantor, Sadar Kesalahan

Sudah seharusnya, gak mungkin salah dibiarkan

ilustrasi suasana kerja (pexels.com/Kampus Production)

Saat kamu masih berstatus karyawan baru, bagaimana perasaanmu ketika mendapat teguran dari sesama staf maupun atasan? Meski teguran cenderung menimbulkan rasa kurang nyaman dan bersalah, seharusnya gak sampai bikin dirimu marah. Apalagi tegurannya memiliki penyebab yang jelas, tetapi kamu seperti gak terima.

Bahkan gara-gara sebuah teguran saja, dirimu dapat selamanya membenci seseorang. Ada perasaan tersinggung yang hebat atas setiap teguran yang kamu dapatkan. Sikap begini dapat merugikanmu karena bisa mendorongmu untuk sering resign dari berbagai tempat kerja.

Rasanya kamu gak dihargai di mana pun. Padahal, mustahil juga untuk siapa pun bekerja selama sekian puluh tahun dalam hidupnya tanpa pernah kena teguran. Dirimu mesti lebih santai dalam menerima teguran dari berbagai pihak dengan menerapkan lima tips kurangi tersinggung saat ditegur di kantor berikut ini. 

1. Sadari bahwa semua kesalahan perlu ditegur

ilustrasi teman-teman kerja (pexels.com/Alena Darmel)

Kalau kamu tidak suka kesalahanmu ditegur oleh orang lain, lalu menurutmu bagaimana mereka seharusnya menyikapi hal tersebut? Apakah mereka harus membiarkannya saja seakan-akan tak terjadi kekeliruan apa pun? Bila itu yang dilakukan, kesalahan yang mestinya segera diperbaiki malah akan terus berlanjut dan menjadi makin besar.

Hal-hal yang tidak tepat harus dihentikan dan diperbaiki. Teguran merupakan langkah paling awal supaya kamu sadar betul letak kesalahanmu. Tak cuma kesalahanmu kok, yang kena teguran. Semua orang di kantor juga bakal ditegur saat melakukan kekeliruan. 

Orang yang menegur juga dapat siapa saja, tak melulu atasanmu. Malah teguran langsung oleh atasan sebaiknya dicegah biar penilaian kinerjamu tidak buruk. Kamu harus berterima kasih jika ada teman yang cepat-cepat menegurmu setiap berbuat salah sebelum hal tersebut sampai ke telinga atasan.

Baca Juga: 4 Tanda Bos Sedang Memanipulasimu, Waspada Pokoknya!

2. Fokus pada sikap dan hasil kerja yang perlu diperbaiki

ilustrasi teman kerja (pexels.com/Sanket Mishra)

Alih-alih terlalu memikirkan siapa yang menegurmu dan caranya, lebih baik kamu fokus pada kesalahan yang mesti diperbaiki. Itulah akar masalahnya sehingga jangan membiarkan pikiranmu melebar ke mana-mana. Apa yang dipikirkan bakal sangat memengaruhi perasaanmu.

Berkonsentrasi pada sikap atau hasil kerja yang kurang tepat menghindarkanmu dari baper. Dirimu cukup memikirkan apa yang sekarang harus dilakukan untuk memperbaiki keadaan. Jangan panik karena teguran satu kali menandakan kamu masih punya begitu banyak kesempatan buat melakukan perbaikan. 

Kalau dirimu telah ditegur berkali-kali oleh penyebab yang sama dan masih saja mengeyel, baru ini menjadi ancaman untukmu. Bukan tidak mungkin kamu akan dijatuhi sanksi tegas terkait kesalahan berulang tersebut. Tapi sejauh dirimu menanggapi teguran dengan profesionalitas, masalah biasanya tak berkembang dan mudah dibereskan.

3. Kamu juga boleh menegur orang lain asal alasannya jelas

ilustrasi teman kerja (pexels.com/Alena Darmel)

Ketidaksukaanmu pada teguran juga bisa disebabkan oleh kamu sendiri merasa gak pernah menegur siapa pun. Maka teguran dari orang lain terasa sebagai gangguan. Dirimu yang merasa tak pernah mengusik orang lain menjadi sebal. 

Dalam pekerjaan tak bisa seperti itu. Perlu atau tidaknya teguran diberikan tergantung dari ada atau gaknya kesalahan. Kalau kesalahannya jelas, siapa pun boleh saling memperingatkan. Apabila kamu tak memanfaatkan hakmu untuk menegur orang lain yang bersalah, itu urusanmu.

Namun, tentu dirimu tidak bisa meminta semua orang membebaskanmu berbuat apa saja. Daripada kamu uring-uringan saban kena tegur, lebih baik membiasakan diri untuk juga menegur orang lain apabila mereka melakukan kesalahan. Bukan buat membalas dendam, melainkan menjalankan fungsi rekan kerja untuk saling memperingatkan dengan cara yang baik demi kepentingan bersama.

4. Jangan murung dan membatasi komunikasi setelah ditegur

ilustrasi teman-teman kerja (pexels.com/Mikhail Nilov)

Teguran memang tidak diharapkan karena menandakan adanya kesalahan yang telah kamu lakukan. Kalau bisa pasti dirimu ingin selalu bertindak dengan tepat. Namun, tentu saja hal seperti ini gak bisa terus-menerus dilakukan manusia bahkan seandainya kamu adalah karyawan terbaik di kantor. 

Saking wajarnya orang yang bekerja mendapatkan teguran, untuk apa lagi dirimu memasang wajah murung? Apalagi sampai kamu memutus komunikasi dengan orang yang baru saja menegurmu mengenai sesuatu. Jika itu dilakukan, dirimu menyerupai anak-anak yang sedang mengambek.

Belajarlah untuk bersikap biasa-biasa saja terhadap teguran yang datang dari berbagai pihak. Kamu cukup lebih serius ketika menyimak tegurannya dan melakukan perbaikan. Selebihnya santai lagi termasuk dalam kamu berinteraksi dengan orang yang tadi menegurmu. 

Tak ada yang dapat menghindari teguran selama masih bekerja dengan orang lain. Bahkan pemilik usaha saja harus bersikap amat terbuka pada teguran klien. Raut murung dan enggan menjalin komunikasi lagi dengan orang yang menegur hanya mempersempit ruang gerakmu dalam bekerja.

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Penulis fiksi maupun nonfiksi. Lebih suka menjadi pengamat dan pendengar. Semoga apa-apa yang ditulis bisa memberi manfaat untuk pembaca. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya