TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Hal Buruk Saat Pemimpin Lari dari Tanggung Jawab, Kinerja Menurun!

Timbul ketidakpuasan dan konflik

ilustrasi orang kantor (pexels.com/Mikhail nilov)

Seorang pemimpin memang menempati jabatan hierarkis tertinggi dalam struktur organisasi. Tapi bukan berarti bisa bertindak sewenang-wenang. Karena banyak terjadi fenomena pemimpin melimpahkan seluruh tanggung jawab kepada bawahan.

Sebagai seorang pemimpin, tidak seharusnya memiliki kebiasaan seperti ini. Melimpahkan seluruh tanggung jawab kepada bawahan bukan merupakan solusi. Sebaliknya, terjadi hal buruk yang tidak diinginkan. Sebagai seorang pemimpin, apa kamu menginginkan hal tersebut?

1. Ketidakjelasan peran dan tanggung jawab

ilustrasi orang kantor (pexels.com/TimanMiroshnichenko)

Tugas seorang pemimpin bukan hanya mencatatkan namanya di lembar kertas. Tapi harus memiliki peran dan tanggung jawab yang pasti. Karena kemajuan suatu organisasi ditentukan oleh peran serta pimpinannya.

Jika seorang pemimpin melimpahkan seluruh tanggung jawab kepada bawahan, akan terjadi simpang. Pembagian peran dan tanggung jawab berakhir kacau. Bawahan mungkin akan bingung dengan tugas dan tanggung jawab mereka, sehingga pekerjaan tidak terorganisir secara rapi.

2. Sering terjadi tumpang tindih dalam melaksanakan tugas

ilustrasi orang kantor (pexels.com/Thirdman)

Tugas seorang pemimpin bukan hanya memerintah bawahan. Kamu harus turut andil dalam menyelesaikan pekerjaan. Beberapa tugas mungkin bisa dilimpahkan kepada bawahan. Namun demikian, ada tugas tertentu yang hanya bisa diselesaikan oleh seorang pemimpin.

Menjadi persoalan rumit ketika pemimpin justru melimpahkan seluruh tanggung jawab kepada bawahan. Akibatnya, sering terjadi tumpang tindih dalam melaksanakan tugas. Satu tanggung jawab diperebutkan oleh banyak orang sehingga tidak kunjung selesai.

Baca Juga: 7 Alasan yang Bikin Good Talent Resign, Team Leader Harus Peka!

3. Kinerja mengalami penurunan

ilustrasi kelelahan (pexels.com/Cottonbro studio)

Ketika kinerja organisasi mengalami penurunan, bisa mempengaruhi tujuan bersama. Banyak hambatan muncul tanpa ada solusi yang pasti. Tinggal menunggu waktu saja, organisasi akan bubar dengan sendirinya.

Penurunan kinerja bisa dipengaruhi oleh sistem kepemimpinan dari atasan. Termasuk seorang pemimpin yang melimpahkan seluruh tanggung jawab kepada bawahan. Tanpa arahan dan koordinasi yang jelas, bawahan tidak mungkin mencapai potensi maksimal. Apalagi menyelesaikan pekerjaan yang tidak sesuai kompetensinya.

4. Organisasi didominasi oleh kepentingan pihak tertentu

ilustrasi orang kantor (pexels.com/Fauxels)

Tercapainya tujuan bersama ditentukan oleh peran serta pemimpin. Tidak terkecuali dengan ketegasan diri dalam mengorganisir beban kerja. Keterampilan ini wajib dimiliki oleh kamu yang menduduki posisi hierarkis tertinggi dalam jabatan struktural.

Dan menjadi suatu masalah saat pemimpin melimpahkan seluruh tanggung jawab kepada bawahan. Bisa dipastikan organisasi didominasi oleh kepentingan pihak tertentu. Tujuan bersama dikorbankan demi ambisi dan pencapaian sesaat.

5. Terjadi kesalahan akibat kecerobohan

ilustrasi kelelahan (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Kesalahan bisa memicu terjadinya kegagalan. Tapi yang pasti, kesalahan terjadi juga ada penyebabnya. Barangkali berasal dari kecerobohan mereka yang masih diliputi kebingungan. Kondisi terburuk ini wajib diwaspadai.

Menjadi peringatan keras bagi seorang pemimpin yang melimpahkan seluruh tanggung jawab kepada bawahan. Satu kecerobohan kecil bisa memicu kesalahan skala besar. Tentunya menimbulkan hambatan yang mengganggu tujuan bersama. Keberhasilan terlihat mustahil.

6. Keberadaan seorang pemimpin tidak dianggap nyata

ilustrasi orang kantor (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Ketika seorang pemimpin disegani, seluruh bawahan bisa bersinergi mewujudkan keberhasilan. Mereka dengan penuh kesadaran menunjukkan totalitas dalam bekerja. Tapi lain halnya ketika seorang pemimpin melimpahkan seluruh tanggung jawab kepada bawahan.

Keberadaan seorang pemimpin tidak dianggap ada. Ketika di depan, mungkin bawahan masih bisa menampilkan sikap baik. Namun di balik itu, justru dijadikan bahan lelucon. Bahkan keberadaannya tidak benar-benar dihormati.

Baca Juga: 5 Tanda Atasan yang Tidak Kompeten Dalam Bekerja, Hati-hati!

Verified Writer

Mutia Zahra

Let's share positive energy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya