TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Faktanya, Sering Kerja Lembur Gak Menjamin Kamu Cepat Naik Jabatan Lho

Justru berdampak buruk

de.123rf.com

Seberapa sering kamu berpikir bahwa profesionalisme itu berarti bekerja sampai larut malam bahkan hingga akhir pekan? Seberapa sering juga ketika jam kerja sudah selesai, tapi atasanmu masih belum pulang, lalu kamu merasa bersalah kalau pulang lebih dulu?

Budaya kerja seperti ini masih ada tak hanya di Indonesia, tapi di berbagai negara. Tentu yang paling brutal adalah Jepang. Seperti dikutip dari Fortune, negara tersebut sampai punya istilah karoshi yang berarti kematian yang disebabkan keseringan lembur. Para karyawan di Jepang bekerja hingga 78-80 jam setiap minggu.

Baca Juga: Di Perancis, Balas Email Kantor Setelah Jam Kerja Adalah Ilegal

Masih ada anggapan kerja lembur sama dengan bersikap profesional.

wordstuck.co.vu via giphy.com

Dalam sebuah artikel di The New Yorker pernah disebutkan semakin berkembangnya paradigma "overwork is a credential of prosperity" di mana kerja melebihi jam seharusnya itu penting untuk mengukur profesionalisme yang kemudian dijadikan indikator apakah seseorang itu profesional. Singkatnya, waktu dijadikan alat ukur seberapa produktif seseorang meski tak ada korelasi yang valid diantara keduanya.

Ada sebutan bagi para pekerja yang sering lembur. Mereka adalah seorang work martyr atau martir kerja. Mereka rela untuk mengorbankan apapun untuk menyelesaikan pekerjaan meski sampai melebihi jam kerja yang ditentukan. Para martir kerja ini merasa penting untuk terlihat memberikan seluruh jiwa raga untuk tugas-tugas mereka walaupun tak menyukai apa yang dikerjakan.

Keseringan kerja lembur justru memiliki dampak buruk.

popkey.co via giphy.com

Tak sedikit yang melakukan marathon kerja selama hampir seminggu penuh bahkan ketika seharusnya beristirahat atau menghabiskan waktu dengan keluarga. Mereka tak ingin kelihatan mengeluh di depan teman-teman kerja, apalagi atasan. Rupanya, ini justru punya dampak buruk bagi kesehatan dan produktivitas itu sendiri.

Dikutip dari BBC, pakar manajemen waktu sekaligus penulis buku 168 Hours, Laura Vanderkam, menjelaskan bahwa "Otakmu punya keterbatasan dalam bekerja". Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa bekerja melebihi batas itu sangat buruk untuk kita.

Ia mencontohkan bahwa pekerja yang terlalu sering lembur punya kecenderungan lebih banyak melakukan kesalahan dibandingkan mereka yang bekerja tepat waktu. Pangkalnya adalah kelelahan. Jika sudah kelelahan, maka pekerja tak bisa memberikan ide dan energi terbaiknya untuk menyelesaikan persoalan.

Selain itu, kerja lebih dari 40 jam per minggu berpotensi menimbulkan berbagai gangguan kesehatan seperti insomnia, depresi, diabetes, melemahnya daya ingat, bahkan gangguan jantung. Harvard Business Review juga menjelaskan perusahaan pun akhirnya menanggung dampak buruk juga. Contohnya, semakin banyak jumlah karyawan absen, mengundurkan diri, serta meningkatnya asuransi kesehatan yang harus dibayar.

Baca Juga: Prinsip Keren Orang Denmark yang Bikin Mereka Jadi Manusia Paling Bahagia di Dunia!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya