Faktanya, Sering Kerja Lembur Gak Menjamin Kamu Cepat Naik Jabatan Lho
Justru berdampak buruk
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Seberapa sering kamu berpikir bahwa profesionalisme itu berarti bekerja sampai larut malam bahkan hingga akhir pekan? Seberapa sering juga ketika jam kerja sudah selesai, tapi atasanmu masih belum pulang, lalu kamu merasa bersalah kalau pulang lebih dulu?
Budaya kerja seperti ini masih ada tak hanya di Indonesia, tapi di berbagai negara. Tentu yang paling brutal adalah Jepang. Seperti dikutip dari Fortune, negara tersebut sampai punya istilah karoshi yang berarti kematian yang disebabkan keseringan lembur. Para karyawan di Jepang bekerja hingga 78-80 jam setiap minggu.
Baca Juga: Di Perancis, Balas Email Kantor Setelah Jam Kerja Adalah Ilegal
Masih ada anggapan kerja lembur sama dengan bersikap profesional.
Dalam sebuah artikel di The New Yorker pernah disebutkan semakin berkembangnya paradigma "overwork is a credential of prosperity" di mana kerja melebihi jam seharusnya itu penting untuk mengukur profesionalisme yang kemudian dijadikan indikator apakah seseorang itu profesional. Singkatnya, waktu dijadikan alat ukur seberapa produktif seseorang meski tak ada korelasi yang valid diantara keduanya.
Ada sebutan bagi para pekerja yang sering lembur. Mereka adalah seorang work martyr atau martir kerja. Mereka rela untuk mengorbankan apapun untuk menyelesaikan pekerjaan meski sampai melebihi jam kerja yang ditentukan. Para martir kerja ini merasa penting untuk terlihat memberikan seluruh jiwa raga untuk tugas-tugas mereka walaupun tak menyukai apa yang dikerjakan.
Baca Juga: Prinsip Keren Orang Denmark yang Bikin Mereka Jadi Manusia Paling Bahagia di Dunia!