TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Gak Selalu Hobi, Ini Arti Passion yang Sebenarnya ala Rene Suhardono

Bersyukur atau bersabar!

IDN Times/Febriyanti Revitasari

Passion adalah hal yang amat seksi ketika kita membicarakan soal pilihan karier seseorang. Kebanyakan orang menganggap karier yang baik adalah sesuai passion, yang mana sesuai hobi atau hal-hal yang dicintai. Dengan begitu, seseorang akan lebih mencintai kariernya dan juga berprestasi.

Tapi, apakah benar demikian yang disebut passion? Untuk mencari tahu kebenarannya, berikut arti passion yang sebenarnya ala Rene Suhardono, seorang career coach, pembicara publik, dan penulis yang kerap kali membahas soal tema tersebut.

1. Di awal sesinya, Rene menjelaskan jika passion dan ambisi itu adalah dua hal yang sangat jelas berbeda

IDN Times/Febriyanti Revitasari

Bila berbicara soal passion, orang-orang akan mengaitkannya dengan karier, keinginan, dan hobi. Namun Rene menjelaskan jika semuanya itu berbeda. "Ambition is act of becoming, passion is state of appealing," tutur Rene dalam event "BukaTalks: Passion, Purpose, Value" yang diselenggarakan BukaLapak di Plaza City View 14 Januari lalu.

Untuk mempermudah, Rene menggambarkan contohnya dengan sebuah percakapan. "Kamu hobinya apa? Musik. Sudah buat berapa aransemen? Sudah kolaborasi?" gambarnya. Dari sini, kita tentunya paham bahwa passion juga harus menghasilkan suatu perubahan selain karya. "Tidak ada hubungannya kamu mau jadi apa dengan passion," tegasnya.

2. Passion itu pada prinsipnya siklus bersyukur pada apa yang kita punyai saat ini atau bersabar

IDN Times/Febriyanti Revitasari

"Kamu bisa bersyukur gak sama apa yang kamu jalani sekarang? Kalau gak bisa, bersabar. Kalau gak bisa bersabar, bersyukur. Gitu terus saja muter," jawab Rene ketika mendapatkan pertanyaan dari salah satu peserta acara. Terkadang, kita perlu menjalani waktu hingga cukup lama sampai menyadari mengapa segala sesuatunya terjadi.

Ia lantas mencontohkan film "Keluarga Cemara". Sosok Abah yang tak punya pekerjaan lagi ternyata ada alasannya, yaitu agar banyak meluangkan waktu demi keluarga. "Kembali lagi, yang penting bagaimana kita memfokuskan diri dan memanfaatkan waktu," pesan pria yang mengisi acara dengan kemeja kotak-kotak tersebut.

Baca Juga: Bekerja Sesuai Passion, 5 Hal Ini Akan Terpancar dari Dirimu, Lho

3. Percaya atau tidak, perusahaan tidak peduli apakah pekerjaan yang kita lamar sesuai dengan passion kita. Yang dipedulikan adalah karya & kerja

IDN Times/Febriyanti Revitasari

Pria berpembawaan kocak ini, menjelaskan jika kita harus mulai melupakan passion karena tak semua orang peduli soal passion. "Perusahaan gak peduli sama passion, tapi sama karya dan kerja kita," tegasnya. Daripada kita terus-terusan menerawang jauh apakah harus tetap bertahan atau pergi karena passion, lebih baik memahami diri sendiri dan mengenali sekitar kita. 

"Apa pun yang terjadi di hidupmu saat ini, apa yang tidak kamu sukai, itu ditujukan khusus untukmu. Pertanyaannya, kamu hanya akan komplain atau melakukan sesuatu?," tanyanya. Maka langkah terakhir yang harus kita sadari adalah turut bertindak dan mengambil peran. 

4. Selama ini, orang merasa tersesat pada pilihan pekerjaannya karena tidak tahu sedang ada di mana dan siapa dirinya sendiri

IDN Times/Febriyanti Revitasari

"Orang tersesat bukan karena tidak tahu mau ke mana. Tapi karena mereka tidak tahu dia ada di mana dan dia siapa," ungkap pria yang dulu pernah bekerja di bank swasta tersebut. Selama ini, orang sangat mudah menggambarkan dirinya ingin menjadi apa karena melihat orang lain. 

Permasalahannya adalah ketika seseorang tidak bisa "googling" dirinya sendiri saat ia mudah mencari tahu soal orang lain. Ini tak akan memecahkan apa pun. Satu pesan yang Rene sampaikan dan sekaligus mengkoreksi kesalahan yang sempat ia sampaikan soal passion adalah, "Menemukan passion itu tidak praktis dan berpotensi menyesatkan," tandasnya.

Baca Juga: Kisah Melisa Irene: 3 Tahun Lulus, Jadi Petinggi Perusahaan Investasi

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya