Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi rekan kerja (pexels.com/fauxels)

Intinya sih...

  • Hindari kontak fisik yang tidak perlu untuk menghindari kesalahpahaman

  • Jangan terlibat dalam kehidupan pribadi rekan kerja agar tetap profesional

  • Jaga batasan dengan tidak pergi berdua saja untuk urusan selain pekerjaan

Pergaulan di tempat kerja seharusnya berfokus pada urusan pekerjaan. Sekali pun ada interaksi yang intens, itu adalah bagian dari keperluan untuk menyelesaikan suatu tugas besar. Kendati begitu, tidak dapat dimungkiri bahwa pertemuan yang hampir terjadi setiap hari itu sering kali menimbulkan perasaan lain yang lebih dari sebatas rekan kerja. Akhirnya, banyak yang mengalami jatuh cinta hingga menjadi pasangan. Sayangnya, terkadang situasinya gawat, yaitu suka dengan seseorang yang statusnya tidak lajang atau malah sudah berkeluarga.

Guna menghindari terjadinya hal-hal semacam itu, diperlukan kesadaran untuk saling menetapkan batasan. Harapannya, interaksi di tempat kerja menjadi murni untuk urusan pekerjaan semata, sehingga tidak khawatir akan mendatangkan masalah-masalah yang tidak perlu di kemudian hari. Nah, batasan berikut ini dapat diterapkan pada rekan kerja supaya profesionalitas tetap terjaga.

1. Hindari melakukan kontak fisik yang tidak perlu

ilustrasi seseorang yang sedang ditenangkan dengan disentuh bahunya (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Selain kata-kata, kontak fisik juga bisa mewakili perasaan atau pemikiran seseorang. Tidak heran, sering kali seseorang tidak perlu mengatakan sesuatu, cukup dengan menunjukkan gestur tertentu, seperti menyentuh atau memeluk, dia sudah bisa berkomunikasi dengan orang lain. Masalahnya, jenis gerakan dirasa berkaitan erat dengan hubungan yang lebih dari sekadar teman. Jika hal ini diterapkan kepada rekan kerja, maka bisa menimbulkan kesalahpahaman yang merugikan.

Oleh sebab itu, berusahalah untuk menghindari kontak fisik yang tidak perlu. Sebagai contoh, kamu tidak usah menyentuh lawan bicara saat sedang mengobrol santai atau berjalan beriringan. Batasi kontak fisik sekadar untuk berjabat tangan atau high five karena itu masih dikategorikan wajar untuk interaksi dengan rekan kerja.

2. Usahakan untuk tidak terlibat dalam kehidupan pribadi rekan kerja

ilustrasi dua orang yang sedang mengobrol (pexels.com/fauxels)

Tidak dapat dimungkiri bahwa terkadang rekan kerja yang dirasa sefrekuensi memang bisa sekaligus jadi teman dekat. Keuntungan dari relasi seperti ini adalah punya kebebasan untuk menceritakan hal-hal diluar urusan pekerjaan, seperti kehidupan pribadi, sehingga diharapkan akan menciptakan kelegaan. Namun, di sisi lain, ini dapat berbalik menjadi masalah yang akan mengancam profesionalitas.

Supaya kamu tetap bisa menjadi sosok yang profesional, usahakan untuk tidak terlibat dalam kehidupan pribadi rekan kerja. Kendati kalian dekat, tidak perlu sampai menawarkan diri jadi teman curhat atau menanyakan berbagai hal pribadi. Kalau orang itu yang datang sendiri dan ingin curhat padamu, kamu bisa menolak dengan tegas atau sekadar menjadi pendengar tanpa ada niat untuk mencampuri permasalahannya.

3. Jangan pergi hanya berdua saja untuk urusan selain pekerjaan

ilustrasi rekan kerja (pexels.com/MART PRODUCTION)

Jika saat ini kamu masih lajang, perlu sering-sering mengingatkan diri bahwa tidak semua rekan kerjamu berstatus sepertimu. Ada yang sudah punya pasangan, bahkan banyak juga yang telah berkeluarga. Kendati berinteraksi intens murni untuk urusan pekerjaan, tidak menutup kemungkinan hal ini dapat membuat orang terdekat rekan kerjamu jadi salah paham dan berpikir negatif tentangmu, lho!

Oleh karena itu, kamu wajib menjaga batasan dengan cara menolak pergi hanya berdua saja untuk hal-hal diluar urusan pekerjaan, seperti makan siang atau sekadar jalan-jalan sejenak saat waktu istirahat. Dengan begini, kamu bisa menghindari munculnya anggapan-anggapan miring yang merugikan. Hasilnya, profesionalitas tetap terjaga, sehingga citra diri akan selalu positif, bukan begitu?

Interaksi dengan rekan kerja memang sebaiknya dibatasi agar tidak lebih dari urusan pekerjaan. Hal ini bertujuan untuk menghindari munculnya kesalahpahaman yang dapat menghancurkan citra diri, bahkan sampai mengancam keberlangsungan karier yang dibangun dengan susah payah. Langkah ini diharapkan akan membuatmu tetap profesional, sehingga mampu menjalankan tugas dengan sebagaimana mestinya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team