Ilustrasi sakit (Pixels.com/Andrea Piacquadio)
Alasan pertama mengapa hustle culture itu toksik yaitu karena hustle culture dapat berdampak buruk terhadap kesehatan, baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental. Mengejar produktifitas tanpa memperhatikan kondisi tubuh, mengabaikan waktu tidur, mengabaikan jam makan, dan tidak ada waktu untuk bersantai sedikit pun akan mempengaruhi sistem metabolisme yang tidak menutup kemungkinan membawa tubuhmu pada kondisi buruk.
Penelitian pada 2018 yang dipublikasikan di Current Cardiology Reports, mengambil sampel subjek dari Eropa, Jepang, Korea Selatan, dan China. Hasilnya, mereka yang bekerja lebih dari 50 jam per minggu ditemukan memiliki peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular, seperti infark miokard (serangan jantung) dan penyakit jantung koroner. Selain itu, mereka yang gila kerja akan rentan mengalami cedera.
Selain masalah fisik, pekerjaan yang tidak henti akan berpengaruh terhadap kondisi fisik. Lelah, cemas, tekanan akan membuatmu stres dan frustasi. Kondisi diri yang stres, depresi terdapat kemungkinan berpengaruh terhadap kondisi fisik yaitu peningkatan tekanan darah dan detak jantung. Kamu terus mengejar produktifitas, sedangkan tubuhmu semakin lemah. Lalu, untuk apa semua hasil produktifitas itu bila kamu tidak bisa menikmati karena tubuhmu tidak sehat?