Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi mengontrol emosi
ilustrasi mengontrol emosi di kantor (pexels.com/Antoni Skhraba Studio)

Intinya sih...

  • Kenali sinyal emosi untuk mengontrol reaksi

  • Ubah cara merespon dengan diam sejenak

  • Latih empati terhadap orang lain, jangan fokus pada ego

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Dunia kerja tidak selalu tentang kemampuan teknis atau hanya kepintaran saja. Lebih dari itu, kemampuan mengontrol emosi di tengah tekanan pekerjaan ternyata jauh lebih penting. Seseorang dengan emotional intelligence yang baik akan lebih tenang dan fokus ketika suasana kantor sedang panas.

Faktanya rasa stres, kritik dari atasan, hingga drama kantor bisa terjadi kapan saja tanpa diminta. Oleh karena itu, kamu harus punya strategi cerdas agar tidak mudah terbawa suasana. Yuk, simak empat cara cerdas mengontrol emotional intelligence di kantor berikut ini!

1. Kenali terlebih dahulu sinyal emosi agar bisa mengontrol reaksi

ilustrasi wanita berusaha tenang (pexels.com/Yan Krukau)

Sebelum emosi meledak karena drama kantor sebaiknya kenali dahulu sinyal emosi yang muncul. Misalnya tangan terasa dingin, nafas jadi sesak, atau bahkan jantung berdetak lebih cepat. Dengan mengenali sinyal tersebut kamu akan lebih mudah untuk menghentikan reaksi berlebihan sebelum terlambat.

Kamu bisa melakukannya dengan hal sederhana seperti minum air terlebih dahulu atau tarik napas dalam. Hal ini alan akan membuatmu lebih tenang dari sebelumnya. Sebab masalah kerja terkadang menjadi berantakan bukan karena emosi melainkan reaksi spontan tanpa adanya kontrol.

2. Ubah caramu merespon dengan diam sejenak sebelum tersulut emosi

ilustrasi seorang wanita berusaha tenang di tempat kerja (pexels.com/Kaboompics.com)

Jika dihadapkan dengan situasi yang membuat jengkel pasti hampir sebagian orang ingin melampiaskan rasa kesal tersebut. Namun dalam dunia kerja, reaksi spontan dapat membuatmu menyesal di kemudian hari. Oleh karena itu uqbahlah caramu merespon dengan diam sejenak.

Diam di sini bukan berarti kalah. Jangan biarkan emosi menguasai dirimu sendiri. Maka dengan memberi jeda sebelum bereaksi secara tidak langsung kamu sedang memberi waktu untuk otakmu berpikir. Dengan seperti ini kamu melakukan sesuatu berdasarkan logika bukan hanya emosi sesaat.

3. Latih empati terhadap orang lain, jangan terlalu fokus pada ego

ilustrasi percakapan antar rekan kerja (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Di tempat kerja kamu akan bertemu banyak orang dengan berbagai macam karakter. Ada yang mungkin perfeksionis, santai, atau bahkan susah diajak kerja sama. Tak jarang hal ini terkadang membuat kita merasa tersinggung atau tidak dihargai.

Padahal bisa jadi orang tersebut tidak bermaksud untuk membuatmu sakit hati melainkan mereka juga punya tekanan lain yang tidak diketahui. Di sinilah pentingnya rasa empati, karena dengan seperti ini kamu akan mencoba memahami posisi orang lain dan melihat situasi lebih luas.

4. Wujudkan keseimbangan antara pekerjaan dengan diri sendiri

ilustrasi wanita sedang olahraga (freepik.com/freepik)

Ada banyak orang yang kehilangan kendali emosinya bukan karena tidak sabar, melainkan mereka lelah secara fisik dan mental. Kecerdasan emosional yang baik tidak akan bisa tumbuh jika kamu terus merasa capek bahkan tidak memiliki waktu untuk diri sendiri. Jadi di sinilah penting sekali untuk menjaga keseimbangan antara kerja dan waktu pribadi.

Setelah bekerja full time untuk mengejar target cobalah beri ruang dirimu untuk recharge. Sesederhana dengan tidur cukup, olahraga ringan, atau hanya sekadar diam tanpa memikirkan pekerjaan. Tubuh dan pikiran yang tenang dapat membuat pikiranmu lebih jernih dan mampu mengontrol emosi dengan baik.

Cara cerdas mengontrol emotional intelligence di kantor tidak berarti kamu harus menekan semua perasaan. Namun, di sinilah arti penting untuk mengelolanya dengan bijak. Orang yang cerdas secara emosional bukan berarti tidak pernah marah, melainkan mereka tahu kapan harus berbicara dan mengontrol agar tidak gampang tersulut emosi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team