Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kebiasaan yang Terlihat Biasa padahal Termasuk Emotional Cheating

ilustrasi laki-laki dan perempuan berbincang (pexels.com/Katerina Holmes)
ilustrasi laki-laki dan perempuan berbincang (pexels.com/Katerina Holmes)

Tidak semua pengkhianatan dimulai dari niat buruk. Ada yang berawal dari percakapan ringan, candaan singkat, atau perhatian kecil yang dianggap wajar. Lambat laun, kebiasaan itu berubah jadi kedekatan emosional yang membuat seseorang lupa batas antara ramah dan terikat.

Banyak orang mengira emotional cheating hanya terjadi jika ada rasa cinta di luar hubungan. Padahal, bentuknya bisa sangat halus dan tampak seperti interaksi biasa. Kalau kamu ingin tahu apakah hubunganmu masih sehat atau sudah melewati batas, yuk baca lebih lanjut dan kenali kebiasaan yang sering dianggap sepele ini.

1. Curhat terlalu sering ke orang yang bukan pasangan

ilustrasi pasangan
ilustrasi pasangan (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Berbagi cerita memang bagian dari hubungan sosial, tapi ketika kamu mulai lebih nyaman bercerita pada orang lain daripada pasanganmu, di situlah emotional cheating dimulai. Kamu mungkin tidak menyadarinya, tapi rasa aman yang kamu rasakan bisa berubah jadi keterikatan. Semakin sering kamu mencari telinga yang lain, semakin besar jarak antara kamu dan pasanganmu.

Curhat yang terlalu pribadi menciptakan ruang khusus yang seharusnya hanya ada di antara kamu dan pasangan. Dari sana tumbuh rasa percaya yang perlahan bergeser. Hubungan yang awalnya terbuka bisa berubah menjadi dua arah yang berbeda tanpa kamu sadari.

2. Mulai menyembunyikan kedekatan emosional

ilustrasi pasangan bertengkar
ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/RDNE Stock project)

Saat kamu mulai merasa perlu menyembunyikan obrolan, pesan, atau momen dengan seseorang, itu tanda ada sesuatu yang salah. Kamu mungkin bilang ke diri sendiri bahwa dia hanyalah teman, tapi hatimu tahu bahwa hubungan itu punya makna lain. Rahasia kecil seperti ini bisa menjadi awal rusaknya kepercayaan dalam hubungan.

Perilaku menyembunyikan ini menunjukkan bahwa hubungan itu sudah melebihi batas wajar. Jika kamu takut pasanganmu tahu, berarti kamu sudah tahu sendiri bahwa ada yang tidak seharusnya terjadi. Hubungan yang sehat tidak perlu dua sisi cerita yang berbeda.

3. Mencari validasi ke orang lain

ilustrasi perempuan sedang berbincang
ilustrasi perempuan sedang berbincang (pexels.com/Fox)

Kamu mungkin tidak sadar, tapi keinginan untuk selalu dipuji oleh orang lain bisa menjadi bentuk emotional cheating. Saat kamu mulai menunggu-nunggu komentar positif atau perhatian dari orang tertentu, sebenarnya kamu sedang membiarkan hatimu bergantung pada pengakuan di luar hubungan. Lama-kelamaan hal ini bisa membuatmu merasa lebih dihargai oleh orang lain dibanding pasangan sendiri.

Perhatian dari luar memang menyenangkan, tapi jika itu membuatmu menilai pasangan lebih rendah berarti ini arahnya sudah tidak wajar. Hubungan yang kuat dibangun dari saling mengapresiasi, bukan mencari siapa yang lebih peka atau lebih memuji. Validasi yang benar selalu tumbuh dari tempat yang aman, bukan dari luar yang menyanjung sesaat.

4. Flirting halus yang sering dianggap ramah

ilustrasi perempuan sedang berbincang
ilustrasi perempuan sedang berbincang (pexels.com/RDNE Stock project)

Sekadar bercanda atau menggoda ringan sering dianggap bentuk keakraban. Namun, kalau kamu tahu perhatian itu membuat hatimu berdebar, maka itu bukan lagi sekadar ramah. Flirting kecil bisa jadi jembatan menuju keterikatan yang lebih dalam tanpa kamu sadari.

Kamu mungkin menganggapnya hal biasa, tapi intensitas komunikasi bisa mengubah arah hubungan. Semakin sering kamu mencari momen interaksi, semakin besar peluang hatimu berpindah tanpa sempat kamu cegah. Sikap yang awalnya terasa ringan bisa berubah jadi beban saat kamu harus memilih antara kesetiaan dan kenyamanan.

5. Membandingkan pasangan dengan orang lain

ilustrasi pasangan bertengkar
ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/Timur Weber)

Membandingkan pasangan dengan orang lain tampak seperti refleksi, padahal bisa melukai hubungan yang sudah kamu bangun. Saat kamu mulai merasa orang lain lebih sabar, lebih perhatian, atau lebih menyenangkan, kamu sedang membuka ruang bagi pengkhianatan emosional. Pikiran seperti ini membuatmu fokus pada kekurangan pasangan dan lupa pada hal-hal yang dulu membuatmu jatuh cinta.

Cinta yang sehat tidak tumbuh dari perbandingan, tapi dari penerimaan. Setiap hubungan punya cara sendiri untuk bertahan dan tidak semua kesempurnaan yang kamu lihat di luar benar adanya. Berhenti membandingkan adalah langkah awal untuk menjaga hati tetap jujur pada pasanganmu.

Emotional cheating tidak selalu datang dengan niat, tapi selalu berakhir dengan kehilangan. Ia lahir dari hal-hal kecil yang tidak dijaga, dari perhatian yang dibiarkan tumbuh di tempat yang salah. Cinta yang dewasa bukan tentang menghindari godaan, tapi tentang memilih untuk tetap hadir dan menjaga yang sudah ada.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febrianti Diah Kusumaningrum
EditorFebrianti Diah Kusumaningrum
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Plus Minus Kamar Mandi di Dalam Kamar Tidur, Privat Tak Selalu Aman

31 Okt 2025, 21:42 WIBLife