Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bekerja
ilustrasi bekerja (pexels.com/Ivan Samkov)

Intinya sih...

  • Amati pola pekerjaan yang paling menguras pikiranDi tahap awal karier, perhatikan tugas-tugas yang membuat pikiran aktif dan memberi petunjuk tentang kekuatan alami seseorang.

  • Evaluasi lingkungan kerja, bukan hanya posisinyaKenali lingkungan kerja ideal dan faktor yang memengaruhi kenyamanan serta performa di posisi entry-level.

  • Gunakan entry-level sebagai fase eksperimen amanManfaatkan fase ini untuk mencoba berbagai peran kecil dan catat perubahan cara berpikir serta bekerja.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Banyak orang mengira kebingungan arah karier itu tanda salah pilih pekerjaan. Padahal, kebingungan justru sering muncul karena seseorang baru mulai benar-benar mengenal dunia kerja. Posisi entry-level bukan titik akhir, melainkan ruang observasi: tempat melihat bagaimana sistem kerja berjalan, bagaimana diri sendiri bereaksi terhadap tekanan, dan bagaimana minat berubah saat berhadapan dengan realita.

Masalahnya, fase ini sering dilewati dengan autopilot. Datang kerja, pulang, gajian, lalu ulang lagi tanpa sempat refleksi. Tanpa sadar, waktu habis tapi kita gak tau lagi jalan ke arah mana. Padahal, jika dibaca dengan jeli, posisi entry-level menyimpan banyak petunjuk penting tentang jalur karier yang paling masuk akal untuk jangka panjang. Untuk kamu yang lagi bingung, ini dia strategi menentukan arah karier dari posisi entry-level!

1. Amati pola pekerjaan yang paling menguras pikiran

ilustrasi pusing (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Di tahap awal karier, hampir semua pekerjaan terasa melelahkan. Namun, ada perbedaan besar antara lelah secara fisik dan lelah secara mental. Perhatikan tugas-tugas yang membuat pikiran aktif, memaksa berpikir, menganalisis, atau menyusun strategi. Tugas seperti ini sering kali memberi petunjuk tentang kekuatan alami seseorang.

Jika suatu pekerjaan membuat waktu terasa berjalan cepat meski melelahkan, itu pertanda adanya kecocokan. Sebaliknya, jika ada tugas tertentu yang selalu dihindari karena terasa hampa dan tidak bermakna, itu juga sinyal penting. Arah karier jarang muncul dari satu momen besar, tetapi dari pola kecil yang berulang setiap hari.

2. Evaluasi lingkungan kerja, bukan hanya posisinya

ilustrasi makan siang dengan teman sekantor (pexels.com/fauxels)

Banyak orang menyimpulkan gak cocok dengan suatu bidang, padahal yang sebenarnya bermasalah adalah lingkungan kerja. Faktor seperti gaya kepemimpinan atasan, budaya tim, hingga sistem penilaian kinerja sangat memengaruhi kenyamanan dan performa. Posisi entry-level adalah waktu yang tepat untuk mengenali lingkungan kerja ideal. Apakah kamu lebih berkembang di bawah arahan yang terstruktur atau justru di suasana fleksibel? Apakah nyaman bekerja dengan target ketat atau lebih efektif dalam ritme stabil? Jawaban atas pertanyaan ini akan sangat menentukan arah karier ke depan.

3. Gunakan entry-level sebagai fase eksperimen aman

ilustrasi bekerja (pexels.com/olia danilevich)

Alih-alih menjadikan entry-level sebagai ajang pembuktian diri semata, fase ini sebaiknya dimanfaatkan untuk mencoba berbagai peran kecil. Ikut proyek lintas divisi, menawarkan bantuan di luar jobdesk, atau belajar skill tambahan dari rekan kerja bisa membuka perspektif baru. Dari proses ini, akan terlihat bidang mana yang membuatmu berkembang dan mana yang hanya menguras energi. Eksperimen di tahap awal jauh lebih aman dibanding mencoba banting setir saat tanggung jawab sudah semakin besar.

4. Catat perubahan cara berpikir dan bekerja

ilustrasi menulis catatan (unsplash.com/Luke Southern)

Perkembangan karier gak selalu terlihat dari jabatan. Perhatikan perubahan cara berpikir: apakah lebih terstruktur, lebih cepat mengambil keputusan, atau lebih peka membaca masalah. Posisi entry-level adalah fondasi pembentukan pola kerja yang akan terbawa bertahun-tahun. Dengan mencatat skill dan pola berpikir yang berkembang, arah karier menjadi lebih jelas. Pilihan selanjutnya bukan lagi berdasarkan tren, melainkan berdasarkan kemampuan nyata yang sudah terbentuk.

5. Terima bahwa arah karier bisa berubah

ilustrasi customer service bank (pexels.com/Khwanchai Phanthong)

Salah satu tekanan terbesar di awal karier adalah tuntutan untuk segera punya kepastian soal arah karier. Padahal, perubahan arah bukanlah tanda kegagalan. Justru kemampuan mengubah arah berdasarkan pengalaman nyata menunjukkan kedewasaan profesional. Selama setiap langkah memberi pembelajaran dan skill baru, perubahan arah tetap bernilai. Karier yang sehat dibangun dari keputusan sadar, bukan dari ketakutan terlihat salah pilih.

Menentukan arah karier dari posisi entry-level bukan soal menemukan jawaban instan, melainkan tentang membaca pengalaman dengan jujur. Dengan refleksi yang konsisten, posisi entry-level bisa menjadi fondasi kuat untuk karier yang berkelanjutan dan relevan dengan diri sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorAgsa Tian