ilustrasi wanita menulis to do list (pexels.com/juditpeter)
Bagi anak laki-laki dari suku Kulawi di Sulawesi Tengah, peralihan dari masa remaja ke masa dewasa ditandai dengan upacara rakeho, yaitu tradisi meratakan gigi bagian atas dan bawah. Upacara ini bertujuan untuk memohon keselamatan dan menghindari berbagai masalah di masa depan, seperti perceraian setelah menikah. Biasanya, upacara rakeho dilaksanakan di tempat yang sunyi, misalnya di bawah pohon besar, di luar desa, atau di rumah yang terpencil. Waktu pelaksanaan tidak ditentukan secara ketat dan dapat dilakukan, misalnya, setelah musim panen berakhir.
Beberapa perlengkapan yang diperlukan dalam upacara ini meliputi tikar, bantal, baju, celana pendek, cawat dari kulit kayu, kikir besi, air hangat, ketan putih, dan telur. Upacara dipimpin oleh seorang topekeho, yaitu dukun yang memiliki keahlian khusus dalam mengikir gigi, dan dibantu oleh empat orang tadulako. Sebelum prosesi dimulai, tadulako bertugas memakaikan baju, cawat kulit kayu, dan celana pendek kepada anak yang akan mengikuti upacara. Topekeho kemudian menyuapi anak tersebut dengan ketan putih dan telur sebagai lambang permohonan keselamatan kepada Tuhan.
Setelah itu, si anak dibawa ke lokasi upacara tanpa didampingi orang tua, sebagai simbol keikhlasan orang tua melepas anaknya memasuki kedewasaan. Di tempat upacara, mata si anak ditutup kain, lalu ia dibaringkan di atas tikar. Topekeho membacakan mantra sambil mempersiapkan kikir besi untuk memulai proses pengikiran gigi, dimulai dari gigi atas lalu ke gigi bawah. Selama proses ini, tadulako memegangi tangan dan kaki si anak untuk menahan gerakan karena rasa sakit yang ditimbulkan. Setelah pengikiran selesai, si anak diberi air hangat untuk berkumur dan parania mavau, sejenis rumput, untuk digigit-gigit guna mengurangi rasa sakit.
Usai upacara, si anak dikembalikan kepada orang tuanya. Selama tiga hari setelah upacara, anak tersebut tidak diperbolehkan makan makanan keras dan hanya boleh mengonsumsi bubur. Jika pantangan ini dilanggar, mulut anak dapat mengalami pembengkakan dan proses penyembuhannya bisa berlangsung lebih lama.
Soal:
1. Di mana upacara rakeho dilaksanakan?
(A) Di tempat yang sepi
(B) Di tempat yang gelap
(C) Di tempat yang ramai
(D) Di tempat yang terang
2. Siapa yang menyuapi si anak sebelum upacara dimulai?
(A) Ibunya
(B) Tadulako
(C) Topekeho
(D) Bapaknya
3. Apa yang dikenakan si anak pada saat upacara?
(A) Celana kulit, baju, dan cawat
(B) Celana pendek, baju kulit, dan cawat
(C) Celana pendek, baju, dan cawat kulit
(D) Celana, baju pendek, dan cawat kulit
4. Simbol permohonan keselamatan anak dalam rakeho terdapat pada ....
(A) pengantaran anak ke tempat upacara
(B) penyediaan kelengkapan upacara
(C) pemberian makan kepada anak
(D) pemakaian baju kepada anak
5. Pernyataan manakah yang sesuai dengan isi bacaan?
(A) Rakeho bermakna ‘keselamatan dan keikhlasan’
(B) Selama upacara si anak harus diawasi orangtuanya
(C) Parania mavau merupakan obat penyembuh sakit gigi
(D) Ada pantangan yang harus dipatuhi si anak setelah upacara