ilustrasi hybrid work (pexels.com/Yan Krukau)
Seperti pada bahasan sebelumnya, banyak pekerja merasa hybrid work lebih nyaman untuk dilakukan. Pekerjaan merasa lebih bisa menjalankan work-life balance, mengurangi burnout, serta lebih produktif. Meskipun demikian, tetap banyak tantangan dalam menjalani perubahan ini.
Perusahaan yang menerapkan hybrid work harus siap mengadopsi banyak teknologi, menyediakan peralatan yang memadahi, serta sistem yang sesuai agar proses kerja berjalan lancar. Selain itu, keamanan aliran data perusahaan juga harus dipikirkan dengan matang. Perusahaan juga harus memberikan pelatihan dan acara tatap muka pendukung untuk mempererat hubungan antar karyawan maupun antara karyawan dan perusahaan.
Sedangkan dari sisi pekerja, tentunya harus siap menguasai berbagai teknologi yang mendukung hybrid work. Pekerja juga harus menerapkan disiplin tinggi agar produktivitas tetap terjaga.
"Menyusun pedoman tentang bagaimana tim dapat menyusun rencana hibrida yang sesuai dengan filosofi dan kebijakan organisasi membutuhkan kerja keras dan pengambilan keputusan yang berulang," ungkap Ben Wigert, direktur riset dan strategi manajemen kerja di Gallup, dikutip dari Business Insider.
Sistem kerja hybrid ternyata banyak disukai pekerja milenial dan gen Z. Sistem ini dinilai lebih memberikan kebebasan, namun tetap mendukung produktivitas kerja. So, apakah kamu juga tertarik bekerja secara hybrid?