Belakangan ini, diskusi di media sosial sedang ramai membahas pandangan tentang mapan versus independen. Topiknya bermula dari pernyataan seorang selebritas yang menyebut bahwa di Indonesia ada banyak perempuan independen, tapi laki-laki mapan masih sedikit. Hal ini memunculkan berbagai komentar, termasuk cibiran seperti, "Gaji UMR aja bilangnya independen". Komentar ini seolah menyindir perempuan yang merasa mandiri dengan gaji pas-pasan, sementara laki-laki dengan gaji sama dianggap belum mencapai standar "kemapanan".
Diskursus ini sebenarnya menggambarkan betapa perbedaan pandangan antara independen dan mapan masih terasa bias di Indonesia. Ada banyak faktor yang memengaruhi cara seseorang memandang dua hal ini, mulai dari budaya, sejarah perjuangan perempuan, hingga konstruksi sosial yang menempatkan laki-laki pada posisi dimana mereka dituntut jadi provider atau untuk menjadi pencari nafkah utama. Dalam artikel ini, akan dibahas lebih dalam kenapa standar ini terbentuk dan apa yang bisa kita pelajari dari fenomena ini.