5 Strategi agar Gak Kena Ghosting Perekrut, Simak yuk!

Tahun baru membawa harapan baru bagi banyak profesional di Indonesia. Namun, proses pencarian pekerjaan kini semakin menantang. Data LinkedIn mengungkapkan bahwa hampir 6 dari 10 atau 59 persen pencari kerja mengaku pernah di-ghosting oleh perekrut, dan tidak mendapat respons apa pun setelah mengirimkan lamaran atau menghubungi tim perekrut.
Tren ini menunjukkan bahwa para profesional Indonesia perlu mengubah strategi mereka dalam mencari dan mendapatkan pekerjaan pada tahun 2025. So, buat kamu yang ingin mencari pekerjaan tahun ini, yuk, cek berbagai strategi agar tidak di-ghosting lagi oleh perekrut!
1. Mampu beradaptasi

Menghadapi pasar tenaga kerja saat ini memang sulit. Namun, dengan kemauan untuk beradaptasi, kamu bisa mendapatkan lebih banyak peluang untuk mengembangkan karier. Maka, kamu perlu menonjolkan soft skills, seperti kemampuan beradaptasi dan komunikasi, selama proses perekrutan.
Jadi, mulai luangkan waktu untuk membangun skills tersebut, salah satunya dengan LinkedIn Learning Courses, seperti Building Career Agility and Resilience in the Age of AI dan Landing a Job as a Skills-First Candidate, yang tersedia secara gratis hingga 31 Maret 2025.
Adapun di Indonesia, hampir 7 dari 10 (69 persen) pencari kerja terbuka terhadap peran-peran di industri atau bidang baru. Bagi yang ingin beralih atau mengeksplorasi peluang baru, laporan Jobs on the Rise terbaru dari LinkedIn menawarkan insights menarik tentang pekerjaan yang paling cepat berkembang di Indonesia selama tiga tahun terakhir.
Peringkat tahun ini mengungkap adanya peningkatan posisi untuk pekerjaan yang berfokus pada teknik keamanan, perjalanan, dan pekerjaan di sektor pelayanan karena, seperti banyak negara lain di dunia, sektor bisnis di Indonesia sudah kembali normal pasca pandemi. Adapun tiga pekerjaan dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia adalah Konsultan Perjalanan, Ahli Keamanan Siber, dan Analis Pusat Operasi Keamanan.
2. Selalu update profil LinkedIn

Data LinkedIn mengungkapkan sebanyak 8 dari 10 (80 persen) perekrut mengatakan bahwa mereka menerima lebih banyak lamaran dibandingkan tahun lalu. Ini mengakibatkan 29 persen dari mereka menghabiskan waktu hingga tiga hingga lima jam dalam sehari untuk menyeleksi lamaran. Namun, mereka melaporkan bahwa, dari lamaran yang diterima, tidak ada satupun yang benar-benar memenuhi kualifikasi.
Maka, penting untuk memastikan profil LinkedIn kamu selalu updated, terutama di tengah pasar tenaga kerja yang kompetitif saat ini. Halaman profil sering kali menjadi tempat pertama yang dilihat oleh perekrut untuk menemukan talenta dan mempelajari kandidat.
Agar terlihat menonjol, pastikan untuk mencantumkan skills kamu di bagian pengalaman. Profil yang mencantumkan lima atau lebih skills bisa dilirik hingga 5,6 kali lebih banyak oleh perekrut dan menerima InMail dari perekrut 24 kali lebih banyak.
3. Fokus pada pekerjaan yang cocok

Gunakan fitur job match baru di LinkedIn untuk memahami secara cepat bagaimana skills dan kualifikasi kamu cocok dengan suatu lowongan pekerjaan. Fitur ini membantu kamu untuk mengidentifikasi posisi yang paling cocok dan kemampuan yang harus ditingkatkan dengan lebih mudah.
Dengan demikian, kamu sebagai pencari kerja bisa fokus mencari pekerjaan dengan peluang yang lebih besar untuk mendapatkan tanggapan. Cukup dengan sekali klik, kamu bisa mendapatkan info lengkap dari kualifikasi apa saja yang dimiliki dan tidak miliki, sehingga kamu bisa memutuskan apakah perlu melamar pekerjaan tersebut atau tidak.
Sementara itu, pelanggan premium juga akan mendapatkan panduan tambahan dengan alat bantu bertenaga AI dari LinkedIn untuk memperbaiki CV, surat lamaran, dan melihat pekerjaan yang lebih cocok untukmu.
4. Lakukan pencarian dengan aman

Rata-rata, profesional di Indonesia menghabiskan waktu hingga empat jam per minggu untuk mengirim sebanyak lima lamaran pekerjaan. 42 persen profesional percaya bahwa semakin banyak lamaran yang dikirimkan, semakin besar peluang mereka mendapat pekerjaan. Anggapan ini paling banyak berasal dari Gen Z (45 persen) dan Milenial (43 persen).
Namun, kenyataannya strategi ini justru menjadi bumerang. Sekitar 4 dari 10 (43 persen) profesional di Indonesia mengaku telah mengirim lebih banyak lamaran dari biasanya, tetapi tidak mendapatkan balasan. Maka, periksa terlebih dulu profil perusahaan yang ingin dikirimkan lamaran.
Agar kamu bisa lebih tenang dan percaya diri saat mencari peluang berikutnya, kamu bisa melihat lencana verifikasi pada lowongan pekerjaan yang telah diverifikasi, yang kini jumlahnya mencapai setengah dari seluruh lowongan di LinkedIn.
5. Temukan peluang baru

Telusuri berbagai posisi yang sedang tren di Jobs on the Rise dari LinkedIn dan insight berharga seperti posisi yang sedang dibuka, peluang bekerja secara remote, keahlian yang paling umum untuk tiap posisi, dan kota yang paling banyak merekrut. Ini bertujuan untuk membantu kamu mendapatkan pekerjaan berikutnya.
Serla Rusli, LinkedIn Career Expert mengatakan, di tengah persaingan job market yang kompetitif, para pencari kerja seringkali ingin melamar sebanyak mungkin untuk setiap posisi yang ada, dengan harapan peluang mendapatkan pekerjaan semakin besar.
Namun, mengirimkan lamaran terlalu banyak justru tidak akan berhasil, dan bisa membuat mereka kecewa saat menerima respon yang minim atau bahkan “di-ghosting” oleh para perekrut. Riset terbaru LinkedIn menunjukkan, 56 persen pencari kerja berharap mereka memiliki cara yang lebih efisien untuk memastikan mereka memiliki skills yang dibutuhkan.
"Dengan semakin banyaknya orang yang mencari pekerjaan tahun ini, para profesional di Indonesia harus bisa beradaptasi, mengambil pendekatan baru dan lebih strategis dalam melamar pekerjaan yang sesuai dengan skills sehingga mereka dapat tampil lebih menonjol," ungkapnya dalam rilis yang diterima oleh IDN Times.
Nah, itulah beberapa strategi agar tidak di-ghosting oleh perekrut. Selalu update dan meningkatkan skill menjadi fokus saat mencari kerja di tahun ini. Ikuti tipsnya dan tetap semangat, guys!