6 Tips Menerima Proyek buat Penulis Lepas, Gak Bisa Sembarangan

Mayoritas pekerja lepas hidup dari satu proyek ke proyek lain, termasuk penulis lepas. Maka adanya tawaran menulis pasti membuatmu senang. Kamu telah membayangkan tambahan penghasilan dari menerima proyek tersebut.
Namun sekalipun dirimu sangat tertarik, jangan gegabah menerimanya. Kehati-hatian tetap diperlukan agar kamu tidak kecewa di kemudian hari. Lakukan enam hal ini untuk memastikan seseorang serius dengan proyek menulis yang ditawarkannya.
1. Memastikan kredibilitas pihak yang menawarkan proyek menulis
Terkesan kurang kerjaan, tetapi memang terkadang ada beberapa orang yang seperti ingin mempermainkanmu saja. Proyek menulis yang ditawarkannya ternyata berhenti di tengah jalan tanpa ada alasan yang jelas.
Kamu tak bisa menghubunginya, hak-hakmu tidak dipenuhi, dan nasib tulisanmu gak jelas. Hindari peristiwa seperti ini dengan memeriksa dulu kredibilitas pihak yang menawarimu proyek menulis. Cek siapa dia, nama media atau penerbitnya, serta rekam jejaknya.
2. Tanyakan detail tulisan yang diinginkan
Order tulisan gak sesimpel memesan makanan yang ada di daftar menu. Perlu perincian agar kamu tahu betul tulisan yang diinginkan oleh pemberi proyek. Dia gak bisa hanya memintamu menulis artikel parenting misalnya, tanpa penjelasan lebih lanjut.
Tanyakan artikel parenting untuk anak usia berapa? Berapa jumlah kata dalam 1 artikel? Apakah kamu perlu mencantumkan hasil riset terkait? Bila ia tidak bisa menjawabnya, barangkali proyeknya gak serius.
3. Pastikan tentang publikasi tulisan tersebut nantinya
Tulisanmu tidak mungkin hanya akan disimpan oleh orang yang mengajakmu bergabung dalam sebuah proyek. Pasti karyamu bakal dipublikasikan. Peringatan buat kamu agar tak terlalu senang dulu mendengar janji tulisanmu akan diterbitkan.
Jangan mau cuma disuruh menyetorkan tulisanmu tanpa kejelasan akan dimuat di mana, dalam bentuk apa, dan kapan perkiraan waktu tayangnya. Tak kalah penting, apakah pada tulisan yang dipublikasikan nanti namamu tercantum sebagai penulisnya atau tidak? Dapatkah kamu menggunakan tulisan itu buat keperluan lain atau akan menjadi miliknya untuk selamanya?
4. Tenggat pengerjaan jangan terlalu mepet
Pemberi proyek harus paham bahwa menulis bukan pekerjaan yang bisa dikebut dalam waktu sesingkat mungkin. Terlebih jika temanya sulit, tulisannya panjang, bahkan kamu perlu terjun ke lapangan dulu untuk wawancara dan sebagainya.
Gak usah terlalu sedih jika akhirnya kamu harus melepas proyek yang ditawarkan karena tenggatnya tidak masuk akal. Apalagi kamu masih punya tanggung jawab pada proyek menulis yang lain. Jangan biarkan satu proyek mengacaukan pekerjaanmu yang lain.
5. Gak usah malu menanyakan fee
Gak perlu malu menanyakan tentang fee karena itu hakmu. Bahkan seharusnya sebelum dirimu bertanya, pemberi proyek telah terlebih dahulu memberitahukannya agar kamu tertarik.
Kalau dia diam saja, dirimu harus menanyakannya. Bila soal fee tak dibahas di awal, bisa-bisa orang lain mengira jasamu gratis. Padahal, kamu menggantungkan hidup dari menulis.
6. Ikat dengan perjanjian tertulis bila perlu
Bukan cuma pekerja kantoran yang perlu menandatangani kontrak kerja. Freelancer termasuk penulis juga kadang membutuhkan perjanjian hitam di atas putih. Terlebih terkait hak cipta, hak publikasi, royalti, dan sebagainya.
Misalnya, ketika kamu mendapatkan proyek menulis buku. Kerja kerasmu menyelesaikan ratusan halaman naskah perlu diamankan dengan adanya perjanjian tertulis. Jangan cukup dengan rasa saling percaya meski kamu dan pemberi proyek berteman.
Proyek itu harus menjadi pengalaman yang menyenangkan baik bagi pemberi proyek maupun bagi penulis lepas. Kalau kamu sudah menerimanya, bekerjalah dengan sungguh-sungguh. Akan tetapi, bereskan dulu keenam hal di atas untuk menghindarkanmu dari proyek menulis yang gak jelas.