Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Alasan Penulis Sangat Boleh Mengharapkan Uang dari Karyanya

ilustrasi mendapatkan uang (pexels.com/Karolina Grabowska)

Sebagai penulis, pernahkah kamu kesal gara-gara sejumlah teman meminta bukumu secara gratis? Padahal, kamu menulisnya susah payah dan buku itu tersedia di toko buku atau platform. Mereka juga meminta file cerita pendekmu yang sudah dimuat di media massa biar bisa membaca gratis.

Saat kamu bilang agar mereka membelinya, dirimu malah dicibir. Seakan-akan menjadi penulis seharusnya tidak mengharapkan uang. Penulis kudu ikhlas dalam menyebarkan pengetahuannya maupun memberikan hiburan pada pembaca.

Yuk, bagikan artikel ini pada mereka. Semoga setelah ini mereka gak salah paham lagi dengan kehidupan penulis dan kebutuhannya akan uang.

1. Hidup butuh biaya

ilustrasi penulis (pexels.com/Anna Shvets)
ilustrasi penulis (pexels.com/Anna Shvets)

Baik penulis atau bukan, hidupnya pasti memerlukan biaya yang tidak sedikit. Kalau orang tak boleh mengharapkan penghasilan dari karya tulisnya, bagaimana cara penulis memenuhi kebutuhan hidupnya bersama keluarga?

Sebagian orang mungkin akan berkata penulis harus punya pekerjaan lain sebagai sumber pendapatan. Menulis cukup dijadikan pekerjaan di waktu luang, seperti hobi. Padahal, menjalankan pekerjaan ganda sangatlah melelahkan.

Bila pekerjaan dobel memberikan pendapatan yang juga berlipat, tentu bukan masalah. Rasa lelah pun terbayar. Akan tetapi kalau 2 pekerjaan cuma menghasilkan 1 pemasukan, ini gak sebanding dengan rasa capeknya.

2. Menulis yang dilakukan secara profesional sama seperti pekerjaan lain

ilustrasi penulis (pexels.com/Geancarlo Peruzzolo)

Ada orang yang menulis semata-mata buat menyalurkan hobi. Bahkan sekadar untuk meluapkan unek-uneknya di media sosial, misalnya. Namun, banyak juga penulis profesional.

Ini ditandai dari kualitas karyanya yang di atas rata-rata. Mereka mengerjakannya dengan sepenuh hati. Mereka terus belajar untuk meningkatkan kemampuan menulis demi menghasilkan karya terbaik. 

Dalam bekerja pun, mereka menggunakan tenggat waktu dan riset. Hasil tulisannya benar-benar bermanfaat ketika dibaca. Penulis yang seprofesional ini tentu sangat layak mengharapkan uang. Mereka gak ada bedanya dari orang yang bekerja di bidang lain.

3. Menulis itu makan waktu

ilustrasi penulis (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Satu kata pun gak bisa dimunculkan di layar laptop tanpa usaha penulisnya. Seorang penulis harus berpikir keras agar kata-kata yang dirangkai betul-betul mewakili gagasannya. Tanpa terasa, menulis artikel pendek saja sudah menghabiskan beberapa menit atau jam.

Belum lagi menyuntingnya sampai rapi. Makin panjang naskah yang dikerjakan, makin lama pula waktu yang dibutuhkan. Sudah sepantasnya waktu yang hilang itu diganti dengan bayaran yang sesuai.

4. Banyak pihak diuntungkan dengan tulisanmu

ilustrasi penulis (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)
ilustrasi penulis (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Pihak yang diuntungkan dengan adanya tulisanmu bukan cuma pembaca yang memerlukan informasi atau hiburan. Namun juga klien, penerbit, atau media yang menggunakan jasa kepenulisanmu. Telah sewajarnya bila hubungan dikembangkan agar saling menguntungkan.

Bahwa sesekali kamu menggratiskan karyamu, itu hakmu. Mungkin kamu melakukannya sekalian buat promosi. Akan tetapi kapan pun dirimu merasa tulisanmu pantas diberi harga, jangan ragu melakukannya.

5. Tidak semua orang mampu menulis dengan baik

ilustrasi penulis (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi penulis (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Semua orang yang melek huruf memang dapat menulis. Akan tetapi, belum tentu tulisannya dapat dinikmati oleh orang banyak. Tata kalimatnya mungkin masih berantakan. 

Gagasan yang hendak disampaikan pun kabur. Informasi di dalamnya bahkan tidak akurat atau isinya berpengaruh buruk pada pembaca. Bila kemampuan menulismu telah melibas seluruh kekacauan di atas, kamu sangat pantas mendapatkan apresiasi berupa materi.

6. Menulis juga butuh modal

ilustrasi belanja buku (pexels.com/beytlik)

Di balik skill menulis yang tinggi pasti juga ada modal yang besar. Contohnya, kamu harus rajin membeli buku agar pengetahuanmu bertambah. Belum lagi modal gadget untuk mengetik, kuota internet, dan sebagainya.

Menulis bukan pekerjaan modal dengkul. Jauh sebelum sebuah tulisan jadi, penulis telah terlebih dahulu mengeluarkan uang yang tidak sedikit. Maka sama sekali gak salah apabila kerja kerasmu ditukar dengan sejumlah uang.

Agar produktivitas dan aliran pemasukanmu tak terganggu, abaikan saja komentar negatif orang. Katakan dengan tegas bahwa kamu memang menulis untuk mencari uang. Kamu ingin atau sudah menjadikannya sebagai pekerjaan utama bahkan satu-satunya untuk menopang kehidupanmu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us