Dalam dunia kerja yang serba cepat, profesionalisme sering jadi topeng yang dipakai untuk membenarkan kebiasaan kerja yang ternyata gak sehat. Produktif itu bagus, tapi ketika seseorang mulai mengukur nilai diri dari seberapa sibuk dirinya, ada sinyal bahaya yang layak diperhatikan. Sayangnya, kebiasaan ini sering dianggap normal, bahkan dipuji. Padahal, di balik pujian itu, tersembunyi tekanan yang bisa bikin mental runtuh pelan-pelan.
Toxic productivity adalah kondisi di mana seseorang terdorong terus-menerus untuk menghasilkan sesuatu, bahkan saat tubuh dan pikirannya butuh jeda. Ironisnya, kebiasaan ini justru tumbuh subur di lingkungan kerja yang katanya profesional. Banyak yang terjebak dalam ilusi bahwa kerja keras tanpa henti adalah satu-satunya jalan menuju sukses. Padahal, batas antara dedikasi dan penghancuran diri itu sangat tipis.