Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Bahaya Toxic Productivity pada Kesehatan Mentalmu, Jangan Diabaikan!

ilustrasi laki-laki kelelahan (freepik.com/freepik)

Pernah gak sih kamu merasa bersalah kalau gak kerja seharian? Bahkan saat istirahat pun kamu mikir, “Aku harusnya bisa ngerjain ini itu.” Kalau kamu sering kayak gitu, bisa jadi kamu sedang terjebak dalam toxic productivity.

Toxic productivity itu kelihatan produktif dari luar, tapi diam-diam menyakiti mental. Kamu terus-terusan ngejar pencapaian, tanpa memberi ruang buat tubuh dan pikiran bernapas. Yuk, kenali dampak buruknya sebelum semuanya jadi lebih parah!

1. Merasa bersalah saat istirahat

ilustrasi perempuan lelah bekerja (freepik.com/benzoix)

Tanda paling umum dari toxic productivity adalah rasa bersalah saat kamu gak ngapa-ngapain. Padahal, waktu istirahat itu penting banget buat ngecas energi dan jaga kewarasan. Kalau kamu terus merasa harus produktif tiap saat, tubuh dan pikiran gak akan punya waktu pulih.

Lama-lama, kamu jadi makin cemas dan gak bisa menikmati waktu luang. Bahkan, liburan pun terasa seperti ‘wasting time’. Ini bikin kamu rentan stres dan jauh dari kebahagiaan yang seharusnya bisa kamu rasain.

2. Kualitas tidur menurun drastis

ilustrasi perempuan bangun tidur (freepik.com/benzoix)

Terlalu fokus sama kerjaan bisa bikin kamu begadang dan susah tidur nyenyak. Pikiran kamu terus aktif, ngerasa ada to-do list yang belum kelar. Ini bisa ganggu pola tidur dan bikin tubuh gampang lelah.

Tidur yang gak berkualitas bisa berdampak langsung ke kesehatan mental. Kamu jadi gampang marah, overthinking, dan mood juga gak stabil. Padahal, tidur cukup adalah kunci buat jaga kesehatan jiwa dan fisik.

3. Munculnya kecemasan berlebih soal pencapaian

ilustrasi perempuan cemas (freepik.com/freepik)

Toxic productivity bikin kamu terobsesi sama hasil, bukan proses. Kamu mulai takut gagal dan ngerasa gak pernah cukup, meskipun udah capek-capek kerja. Akhirnya, kamu hidup dalam tekanan terus-menerus.

Kecemasan kayak gini bisa berkembang jadi gangguan kecemasan yang serius. Kamu jadi gak bisa santai, selalu merasa ada yang kurang. Ini bikin hidupmu penuh ketegangan dan sulit menikmati momen.

4. Kehidupan sosial jadi terabaikan

ilustrasi perempuan lelah (freepik.com/tirachardz)

Karena sibuk ngejar produktivitas, kamu mulai ninggalin hal-hal penting kayak nongkrong bareng teman atau ngobrol santai sama keluarga. Semua waktu dan energi tercurahkan ke kerjaan dan pencapaian. Tanpa sadar, kamu mulai menjauh dari orang-orang terdekat.

Padahal, dukungan sosial itu penting banget buat jaga kesehatan mental. Tanpa interaksi sosial yang sehat, kamu bisa merasa kesepian dan hampa. Gak semua hal harus diselesaikan sendiri, lho!

5. Rentan alami burnout dan depresi

ilustrasi laki-laki burnout (freepik.com/prostooleh)

Toxic productivity bikin kamu terus-terusan menekan diri sendiri, sampai akhirnya kelelahan mental gak terhindarkan. Gejala burnout kayak lelah ekstrem, kehilangan semangat, dan rasa hampa mulai muncul. Kalau gak ditangani, kondisi ini bisa berkembang jadi depresi serius.

Banyak orang gak sadar kalau tekanan dari ambisi yang berlebihan bisa berbalik jadi bumerang. Kamu mungkin mulai ngerasa hidup gak berarti, meskipun terlihat produktif. Ini bahaya banget karena sering gak disadari sejak awal. Produktif itu bagus, tapi kalau sampai menghancurkan dirimu, jelas bukan sesuatu yang patut dibanggakan.

Saatnya sadar bahwa produktif tanpa henti bukanlah pencapaian, tapi bisa jadi beban. Produktif terus-menerus tanpa jeda bukan tanda kamu hebat, tapi bisa jadi tanda kamu sedang menyakiti diri sendiri secara perlahan. Jangan sampai ambisi bikin kamu kehilangan kewarasan dan kebahagiaan. Yuk, mulai sayangi diri sendiri dengan istirahat yang cukup dan menyeimbangkan hidupmu!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us