5 Plus Minus Memasang Terakota di Dinding dan Lantai Hunian

Terra cotta atau terakota merupakan salah satu material yang kini banyak dicari karena bisa memperkuat kesan earthy di sebuah bangunan atau hunian. Terbuat dari tanah liat yang dibakar, terakota memiliki nuansa warna yang mirip dengan batu bata.
Fungsinya sama dengan keramik yaitu untuk melapisi lantai atau dinding. Meski estetik dan dipercaya ramah lingkungan, ia juga punya beberapa kelemahan yang wajib diperhatikan. Sebelum memasangnya di beberapa bagian rumah, kenali seluk beluk dan plus minus terakota berikut ini.
1. Kemunculan terakota
Merujuk tesis yang ditulis Kelly R. Atwood dari University of Pennsylvania dengan judul "An Assessment of Terra Cotta Replacement and Recommendations for the Belmont Pumping Station, East Fairmount Park, Philadelphia", terakota adalah material bangunan yang sudah ada sejak awal peradaban manusia di Persia, Yunani, Mesir, Romawi, dan Tiongkok.
Sempat ditinggalkan, material ini kembali dilirik di Eropa pada abad pertengahan, terutama di kawasan Italia. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, terakota mulai diimpor ke seluruh penjuru dunia dan cukup diminati.
Sama seperti masa sebelumnya, terakota mengalami pasang surut sampai kini kembali mencuat seiring dengan kemunculan konsep arsitektur ramah lingkungan. Ide-ide kembali ke alam seakan membuat terakota jadi salah satu material wajib dalam bangunan. Terakota menduduki posisi yang sama dengan kayu dan batuan alam yang kini juga kembali dilirik.