dinding dan ubin terakota (instagram.com/rwoodts)
Masih merujuk sumber yang sama, terakota terbuat dari tanah liat, terutama jenis fireclay atau tanah liat tahan api yang biasanya dipakai untuk membuat batu bata. Pada masa lampau, tanah liat tersebut harus dijemur terlebih dahulu selama beberapa hari bahkan beberapa bulan guna mengurangi kandungan alkali dan memecah partikelnya. Baru kemudian digiling dan dibersihkan dari kotoran yang tersisa.
Tanah liat tersebut kemudian dicampur dengan grog (sisa porselen, keramik, atau batu bata yang sudah melalui pembakaran). Gunanya untuk memperkuat ketahanannya saat dibakar. Sebelum diproses ke tahap selanjutnya, campuran ini biasanya didiamkan dulu selama beberapa waktu. Di masa lalu, prosesnya bisa mencapai satu tahun.
Setelah itu, cetakan disiapkan dan campuran tanah liat terakota harus ditekan dan dikeringkan sampai kadar airnya berkurang. Ukurannya akan menciut saat memasuki proses ini. Pengrajin biasanya juga akan melakukan beberapa perlakuan seperti memotong bagian yang berlebih, menghaluskan permukaan, dan menyempurnakan bentuknya.
Setelah itu baru terakota bisa masuk ke tahap pembakaran atau pemanggangan. Prosesnya bisa mencapai beberapa hari sampai beberapa minggu dengan suhu dan posisi yang harus tepat. Pembakarannya pun dibagi dalam beberapa tahap.
Prosedur pembuatan terakota tidak berubah sejak dulu. Hanya saja kini manusia sudah bisa menemukan mesin yang mempercepat prosesnya.