3 Alasan Desain Mebel Skandinavia Bisa Mendunia
Menandai berakhirnya aliran ornamentalis
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Beberapa tahun belakangan, desain Skandinavia menciptakan benchmark baru dalam pasar mebel dunia. Kehadiran mereka pasti ada di berbagai bangunan bergaya modern. Meski baru terlihat beberapa tahun terakhir, terutama di Indonesia, proses "invasi" mebel Skandinavia itu tidak terjadi secara instan. Menurut tulisan Teilmann-Lock berjudul "History and Current Status of Design in Scandinavia" di jurnal Social Science Research Network, mebel Skandinavia mulai mengglobal sejak 1940--1960-an lewat pameran-pameran seni di Amerika Serikat dan Eropa.
Namun, untuk mencapai negara-negara berkembang seperti Indonesia memang butuh proses yang tak sebentar. Seperti yang ditulis Jamaludin, dkk dalam Journal of Arts and Humanities yang berjudul "The Influence of Scandinavian Furniture Design in the Development of Modern Rattan Furniture in Indonesia", butuh waktu lama sampai Indonesia mencapai level kesejahteraan tertentu yang dapat mendukung daya beli mebel Skandinavia.
Terlepas dari itu, sebenarnya apa yang membuat desain mebel Skandinavia disukai dan mendunia? Apa nilai plus yang mereka miliki sampai bisa dapat label populer? Ulik sederet alasannya melalui ulasan ini, yuk!
Baca Juga: 5 Tips Sederhana dari Shea McGee dalam Memilih Furnitur yang Tepat!
1. Desain yang memprioritaskan fungsi
Melansir tulisan Teilmann-Lock, desain Skandinavia hadir pada 1920--1930-an, mendobrak tren ornamental yang masih merajai dunia saat itu. Para desainer asal Skandinavia menggunakan prinsip-prinsip mirip yang sejalan dengan aliran seni Bauhaus di Jerman yang mengutamakan fungsi ketimbang ornamen atau elemen dekoratif belaka. Ketiadaan ornamen jadi nilai plus karena membuat mebel jadi ringan, ringkas, dan mudah dirawat.
Hanya saja, beda dengan aliran Bauhaus yang lebih lekat elemen industrialnya, desain Skandinavia jauh lebih lembut dan dekat dengan keseharian karena adanya pengaruh desain Jepang. Masih melansir sumber yang sama, masuknya elemen estetik khas Jepang ke Skandinavia dimulai pada 1880-an lewat pameran-pameran seni. Melalui itu, desainer, seniman, dan pengrajin Skandinavia mulai mengenal teknik lacquer dan pencetakan gambar di kain serta penggunaan bahan-bahan tertentu seperti keramik, kayu, hingga bambu.
Baca Juga: 9 DIY Membersihkan Berbagai Furnitur Rumah Pakai Cuka, Simak!
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.