Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi berantakan (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi berantakan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Intinya sih...

  • Mainan anak-anak sering hanya menjadi pajangan karena anak cepat bosan. Solusinya adalah menerapkan sistem rotasi mainan dan meminta keluarga memberikan pengalaman sebagai hadiah.

  • Peralatan dapur unik jarang dipakai dan memenuhi ruang. Sebelum beli, pastikan benar-benar bisa pakai alat tersebut secara rutin, bukan hanya sekali lalu disimpan di lemari.

  • Produk tren cenderung jadi clutter. Lebih baik skip barang-barang yang terlalu trendi karena tren akan terus berganti, dan rumahmu bisa cepat penuh kalau ikut semua.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Punya rumah rapi dan nyaman pasti jadi impian banyak orang. Namun kenyataannya, rumah sering terasa penuh bukan karena ukurannya kecil, melainkan karena kebiasaan kita belanja barang-barang yang sebenarnya gak terlalu dibutuhkan. Awalnya mungkin terlihat seru atau berguna, tapi lama-lama justru jadi beban karena menumpuk di sudut ruangan.

Barang ini memang memberi rasa puas saat pertama kali dibeli, tapi begitu hype-nya hilang, kamu hanya punya tambahan “sampah visual” di rumah. Menurut para profesional organizer, kebiasaan belanja tanpa pikir panjang bisa memicu rumah jadi semakin semrawut. Supaya kamu lebih hati-hati sebelum checkout keranjang belanja, yuk kenali tujuh barang yang sering bikin rumah cepat berantakan berikut ini.

1. Mainan anak-anak

ilustrasi toko mainan anak (pexels.com/Erik Mclean)

Kalau punya anak kecil, rasanya selalu tergoda buat beli mainan baru setiap lihat lucu-lucu di toko. Masalahnya, anak cepat bosan dan sering beralih ke mainan lain, meninggalkan tumpukan yang jarang disentuh. Profesional organizer Michelle Hobgood pernah menyebutkan bahwa anak mudah kehilangan perhatian, jadi banyak mainan hanya berakhir jadi pajangan.

Cara mengurangi penumpukan mainan adalah menerapkan sistem rotasi. Kamu bisa menyimpan sebagian mainan dan menukarnya secara berkala agar anak merasa punya “mainan baru” tanpa harus beli lagi. Selain itu, minta keluarga atau kerabat untuk memberikan pengalaman, bukan barang, saat memberi hadiah.

2. Peralatan dapur yang jarang dipakai

ilustrasi alat masak bikin wafel (freepik.com/pressfoto)

Peralatan dapur unik memang kelihatan praktis, apalagi kalau sering muncul di iklan dengan klaim bikin masak lebih cepat. Sayangnya, sebagian besar alat ini hanya berfungsi untuk satu tugas kecil saja. Akhirnya, dapur dipenuhi barang yang jarang dipakai.

Annie Schmidt, seorang organizer profesional, menekankan bahwa kebanyakan orang justru melupakan alat-alat ini dan tetap kembali ke peralatan dasar yang lebih multifungsi. Jadi sebelum beli, pastikan dulu kamu benar-benar bisa pakai alat tersebut secara rutin, bukan hanya sekali lalu disimpan di lemari.

3. Barang tren

ilustrasi gelas mug lucu (freepik.com/freepik)

Produk viral sering bikin kita penasaran, entah itu gelas minum berukuran jumbo atau cetakan es batu berbentuk karakter lucu. Namun setelah rasa penasaran hilang, barang-barang ini hanya menuh-menuhin lemari.

Katrina Teeple, pendiri Operation Organization, menegaskan bahwa produk yang terlalu trendi lebih berpotensi jadi clutter. Kalau kamu bukan tipe orang yang betul-betul butuh atau suka, lebih baik skip. Lagipula tren akan terus berganti, jadi rumahmu bisa cepat penuh kalau ikut semua.

4. Makeup dan skincare berlebihan

ilustrasi skincare (pexels.com/Sora Shimazaki)

Godaan skincare dan makeup baru memang besar, apalagi dengan janji hasil yang “lebih ampuh”. Namun kenyataannya, banyak produk akhirnya jarang dipakai dan bahkan kedaluwarsa sebelum habis.

Teeple menjelaskan bahwa kosmetik dan skincare punya masa pakai terbatas, biasanya hanya sekitar satu tahun. Artinya, semakin banyak kamu beli, semakin besar kemungkinan produk terbuang percuma. Lebih baik fokus pada produk yang memang cocok dengan kulitmu daripada memenuhi meja rias dengan tumpukan yang tidak terpakai.

5. Pakaian fast fashion

ilustrasi lemari pakaian berantakan (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Belanja baju murah dengan model kekinian memang menggoda, apalagi kalau sering muncul di timeline media sosial. Sayangnya, baju fast fashion cepat rusak dan sering hanya dipakai sekali dua kali saja.

Menurut pengalaman Hobgood, belanja tanpa mencoba dulu malah memperbesar risiko pakaian tidak terpakai. Triknya, coba cek isi lemari dulu sebelum belanja. Dengan begitu, kamu bisa lebih selektif memilih baju yang benar-benar dibutuhkan, bukan sekadar ikut tren.

6. Belanja dalam jumlah besar

ilustrasi belanja di supermarket (vecteezy.com/Valeriia Karpenko)

Membeli barang dalam jumlah besar sering dianggap lebih hemat. Namun bagi keluarga kecil, strategi ini justru bisa jadi bumerang.

Rempah-rempah, mi instan, atau bahan makanan tertentu memiliki masa kedaluwarsa. Tanpa perencanaan yang matang, kamu justru akan membuang banyak makanan yang sudah kedaluwarsa.

Schmidt menekankan pentingnya bijak saat belanja grosir. Kalau memang dipakai rutin dan pasti habis, gak masalah. Tapi kalau hanya tergoda harga murah, ujung-ujungnya malah mubazir dan bikin dapur penuh.

7. Suvenir liburan

ilustrasi snow globe suvenir liburan (pexels.com/RDNE Stock project)

Setiap kali liburan, godaan beli oleh-oleh atau suvenir pasti besar. Mulai dari kaus, gantungan kunci, hingga snow globe yang lucu. Masalahnya, barang-barang ini jarang berguna dan malah menumpuk jadi pajangan berdebu.

Hobgood menyarankan untuk mengubah cara pandang terhadap suvenir. Kenangan liburan bisa tetap diabadikan lewat foto atau barang kecil yang fungsional, seperti magnet kulkas atau perhiasan sederhana. Jadi rumah tetap rapi tanpa kehilangan memori indah perjalananmu.

Rumah berantakan sering kali bukan karena kekurangan ruang, melainkan karena kebiasaan belanja barang yang sebenarnya gak terlalu diperlukan. Mulai dari mainan anak, peralatan dapur, hingga suvenir, semuanya bisa berubah jadi beban kalau gak dipikirkan matang-matang sebelum dibeli.

Dengan lebih selektif, kamu gak hanya menjaga rumah tetap rapi, tapi juga bisa menghemat uang. Jadi, sebelum klik tombol checkout, coba tanya lagi ke diri sendiri: “Apakah aku benar-benar butuh barang ini, atau cuma keinginan sesaat?”

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team