ilustrasi kain Cual digunakan sebagai bahan pakaian pengantin tradisional Bangka Belitung (youtube.com/Me Hoa Bangka Tengah)
Pada pertengahan abad ke-20, popularitas kain Cual sempat mengalami penurunan akibat masuknya budaya dan produk tekstil modern. Akan tetapi, pada tahun 1990-an, pemerintah daerah mulai melakukan upaya revitalisasi untuk melestarikan kain ini sebagai bagian dari warisan budaya. Nah, salah satu upaya yang dilakukan adalah membangun Kampung Petenun di Muntok, yang menjadi sentra produksi dan pelatihan pembuatan kain Cual. Di sini, para pengrajin dapat memproduksi kain dengan teknik tradisional serta berbagi keterampilan kepada generasi muda.
Selain Kampung Petenun, terdapat juga museum di Pangkal Pinang yang menampilkan berbagai jenis kain Cual, termasuk yang berusia puluhan tahun. Museum ini menjadi sarana edukasi sekaligus pelestarian budaya bagi masyarakat dan wisatawan yang tertarik untuk mengenal kain Cual lebih dekat. Upaya pelestarian ini menunjukkan bahwa kain Cual bukan hanya bagian dari sejarah, tetapi juga aset budaya yang harus dijaga dan dilestarikan agar tetap hidup di tengah masyarakat, ya.
Guys, kain Cual gak hanya menjadi kebanggaan masyarakat Bangka Belitung, tetapi juga simbol kekayaan budaya Indonesia yang sangat berharga. Dengan sejarah panjangnya, kain ini mencerminkan keberagaman dan kreativitas bangsa dalam menghasilkan karya seni tenun yang indah dan berkualitas. Fakta kain Cual ini membuktikan kalau tradisi lokal dapat bertahan dan berkembang meski di tengah tantangan modernisasi, ya.