6 Kegiatan Sekolah untuk Dukung Kesehatan Mental Remaja, Praktikkan!

Laporan UNICEF yang berjudul The State of the World's Children 2021; On My Mind: promoting, protecting, and caring for children’s mental health, mengungkap bahwa 1 dari 7 remaja berusia 10-19 tahun menderita penyakit mental, seperti burnout dan rasa cemas atau anxiety. Hal ini menunjukkan bahwa durasi fokus yang lama atau berkurangnya komunikasi tatap muka karena pandemik dapat memengaruhi keadaan siswa dan guru.
Dapat dikatakan bahwa baik guru maupun siswa rentan terhadap burnout dan rasa cemas bahkan jauh sebelum pandemik terjadi. Hal ini disampaikan oleh Kepala Pengajaran & Pembelajaran, Cambridge Assessment International Education, Paul Ellis.
"Beberapa siswa sudah menderita rasa cemas yang melelahkan dengan adanya tekanan dari sekolah. Dalam keseharian di sekolah, terdapat juga tuntutan yang perlu mereka penuhi, terutama saat mempersiapkan ujian penting," ujarnya.
Kinderfield Highfield School Bekasi, memperkenalkan berbagai cara untuk meningkatkan wellbeing siswa. Berikut beberapa di antaranya yang mungkin bisa menjadi referensi untuk sekolah lain praktikkan.
1. Konseling
Siswa mungkin menghadapi kesulitan di rumah atau merasa membutuhkan seseorang untuk diajak bicara. Oleh karena itu, penting untuk membentuk program konseling atau Bimbingan Konseling (BK) dengan konselor dan Psikolog.
Sekolah juga dapat mengintegrasikan kegiatan Pengembangan Pribadi dalam jadwal tertentu. Di mana, mereka dapat mendorong siswa untuk berdiskusi dengan konselor.
2. Mentoring
Beberapa siswa mungkin merasa mereka gak berkembang dan membutuhkan bimbingan individu dari guru mere. Di sinilah, guru dapat memainkan peran penting sebagai mentor.
Di sekolah, siswa dapat memilih seorang guru untuk menjadi mentor dari kelompok siswa yang terdiri dari tiga orang untuk melakukan sesi diskusi. Dalam pertemuan tersebut, guru dapat menggali lebih dalam untuk memahami kesulitan atau tantangan yang dihadapi siswa saat ini.
3. Hari motivasi atau motivation day
Siswa kelas 10 dan 12 berada di puncak kelelahan selama masa ujian. Ini bisa terjadi karena pelajaran tambahan dan belajar larut malam.
Dengan Hari Motivasi, sekolah dapat menyisihkan waktu untuk memberikan dukungan dan motivasi kepada siswa selama masa-masa yang penuh tekanan ini. Dengan begitu, siswa pun akan merasa lebih memiliki tujuan dan semangat untuk terus belajar.
4. Sesi mindfulness
Bahkan dengan tekad yang kuat sekalipun, guru terkadang gak dapat membantu siswa mengatasi masalah yang tengah dihadapi. Kinderfield Highfield School Bekasi, menjadikan sesi mindfulness ini sebagai sarana bagi siswa untuk menerapkan rasa syukur ke alam bawah sadar mereka.
Selain itu, sesi ini juga berguna untuk menenangkan pikiran mereka saat mempersiapkan diri saat masa ujian. Sesi ini bermanfaat untuk menjaga kesehatan mental semua orang, sehingga baik untuk mengundang guru dan siswa melakukannya secara bersama.
5. Klub hobi
Sekolah hendaknya berusaha menyeimbangkan kegiatan akademik dan non-akademik. Ini agar siswa dapat melepaskan stres sekaligus mengekspresikan perasaannya.
Siswa juga didorong untuk terlibat dalam perencanaan kegiatan. Berbagai klub didirikan oleh para siswa di Kinderfield Highfield School Bekasi, dari klub bisnis online, klub manga, klub jurnalistik, hingga klub film.
6. Penilaian terhadap siswa
Ini adalah waktu yang penting bagi guru untuk mengevaluasi kembali metode penilaian mereka. Tujuannya, untuk beradaptasi dengan masa-masa yang tidak pasti dan penuh tekanan yang dialami siswa.
Dalam merencanakan kegiatan untuk mengatasi kesehatan mental, Yasmine Hadiastriani, Koordinator Non-Akademik dan Petugas Ujian Kinderfield Highfield School Bekasi menggarisbawahi pentingnya bagi siswa untuk memiliki keseimbangan yang baik dalam semua aspek pendidikan, mulai dari fisik, kognitif, estetika, dan spiritual, tidak hanya di bidang akademik. Oleh karena itu, penting untuk mengevaluasi skor akademik dan perilaku.
Pembelajaran, pengajaran, dan penilaian harus menjadi perjalanan di mana guru dan siswa terus mencari tahu di mana mereka berada. Sehingga, mereka dapat ditantang untuk mengambil langkah selanjutnya.
"Dengan menilai peserta didik secara bertanggung jawab di usia muda, kami dapat membantu mereka mengembangkan semangat belajar seumur hidup dan mempromosikan kesehatan mental yang baik sehingga mereka dapat memenuhi potensi di setiap tahap," pungkas Jay Surti, Assessment Specialist untuk mata pelajaran STEM di Cambridge International.