TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Untuk Mahasiswa Baru, Ini 4 Hal yang Akan Kamu Temui di Jurusan Sosiologi

Jangan ragu memilih jurusan sosiologi

Pexels.com/Startup Stock Photos

Ketika melihat pengumuman hasil SNMPTN yang baru saja keluar, saya turut merasakan euforia seperti para calon mahasiswa baru lainnya–meskipun saya sudah lulus 2 tahun lalu. Tulisan ini merupakan salah satu bentuk euforia saya dan semoga bisa memberi manfaat bagi adik-adik, calon mahasiswa baru, khususnya yang memilih jurusan Sosiologi.

1. Bersiaplah melakukan tugas penelitian lapangan

id.pinterest.com

Awal mula saya memilih jurusan sosiologi saat baru lulus SMA adalah sosiologi saya anggap sebagai mata pelajaran yang mudah, selain itu saya juga senang dengan pelajaran hafalan ketimbang hitungan. Perkiraan saya tentang sosiologi itu perlahan tergoyahkan ketika saya sudah duduk di bangku kuliah.

Ketika menginjak semester awal tugas yang menanti cukup mudah seperti: meresensi buku, menjawab pertanyaan dari dosen, dan diskusi ringan. Tapi, ketika mulai menginjak semester pertengahan, bersiaplah dengan tugas-tugas lapangan seperti penelitian. Jurusan sosiologi memang menuntut kita untuk meneliti gejala-gejala yang ada di masyarakat. Hal ini sesuai dengan namanya sosiologi yang tersusun dari dua kata dalam bahasa Yunani: socius dan logosSocius artinya kawanan atau kelompok dan logos artinya pengetahuan.

Tujuan adanya  penelitian ini agar para mahasiswa sosiologi bisa melakukan identifikasi tentang suatu gejala yang ada di masyarakat dan hasil penelitianya, diharapkan, bisa menjadi rujukan bagi berbagai pihak. Saya ambil contoh tentang gejala kecanduan masyarakat terhadap gim berbasis Android. Dalam penelitian tersebut mahasiswa sosiologi diharapkan bisa mengidentifikasi penyebab kecanduan tersebut, melihat dampaknya kepada si pecandu dan orang sekitarnya, dan memberikan saran dan solusi.

Mungkin Jurusan Sosiologi terdengar berat, khususnya bagi kalian yang pemalu karena harus bertatap muka dan berinteraksi langsung dengan masyarakat. Saya sarankan jangan takut dahulu, justru jurusan ini sesuai untuk kamu, khususnya bagi yang memiliki sifat pemalu berlebihan, untuk melatih keberanian kalian. Selain itu dengan memilih jurusan ini kalian bisa mengenal banyak orang.

2. Sosiologi membuatmu mengenal beragam teori

Unsplash/Sarah Noltner

Auguste Comte (1798-1857), salah satu tokoh sosiologi, pernah berujar bahwa sosiologi adalah induk ilmu pengetahuan sosial. Perkataan tokoh penemu istilah sosiologi ini ada benarnya. Ketika saya menginjak semester pertama hanya ada tiga pemikiran tokoh sosiologi yang wajib dipelajari: Emile Durkheim, Karl Marx, dan Max Weber. Lambat laun teori yang harus kami pelajari semakin bertambah, bahkan tidak hanya teori tokoh-tokoh sosiologi saja yang wajib dipelajari, kami juga harus sedikit banyak memahami teori psikoanalisis (Sigmund Freud), teori media (Jean Baudrillard), filsafat, dan lainya. Tidak heran kajian sosiologi sering beririsan dengn kajian ilmu sosial lainya.

Banyaknya teori dalam sosilogi bukan bermaksud agar mahasiswanya hanya mahir seputar teori, dan hanya menggunakan teori sebagai pemanis ketika ngobrol dengan lawan diskusi. Teori-teori tersebut berguna untuk menunjang para mahasiswa sosiologi ketika melakukan penelitian. Misalnya, masih dengan contoh yang sama seputar kecanduan gim, salah satu fungsi teori adalah untuk menentukan fokus penelitian kita. Jika kita fokus pada dampak kecanduan gim terhadap subjek penelitian kita  bisa menggunakan teori psikoanalisis untuk menunjang penelitian kita, kalau fokus kita soal penyebab kecanduanya kita bisa menggunakan teori media, dan masih banyak lagi.

3. Memilih Jurusan Sosiologi berarti harus cinta dengan buku

Flickr.com

Sebenarnya tidak hanya Sosiologi saja, semua jurusan idealnya menuntut para mahasiswanya gemar membaca buku. Jadikan buku sebagai sahabat paling dekat dan membaca harus menjadi kebiasaan, ketika kalian memutuskan memilih jurusan sosiologi atau apapun. Pentingnya membaca buku ini karena ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, terus berkembang seiring berjalanya waktu. ilmu sosial berkembang begitu pesat karena ilmu ini sejalan dengan kondisi masyarakat yang selalu dinamis; dahulu masyarakat belum mengenal gadget, hampir semua obrolan dan interaksi dilakukan dengan tatap muka secara langsung, tapi sekarang orang bisa saling berinteraksi secara real time meskipun dipisahkan jarak yang jauh dengan bantuan teknologi.

Jadi bagi pembaca, khususnya para calon mahasiswa baru, hilangkan stigma bahwa membaca buku itu kebiasaan orang cupu dan tidak gaul, karena sejatinya seorang mahasiswa tidak boleh alergi dengan buku dan membaca. Lebih baik mana, menjadi anak gaul yang alergi buku tapi kesulitan mengerjakan skripsi, atau menjadi kutu buku tapi mudah mengerjakan skripsi dan tugas? Kalau saya sih memilih tetap menjadi orang yang mudah bergaul, tapi doyan membaca buku. Hahahaha.

Writer

Achmad Soefandi

Alumnus Universitas Negeri Surabaya. Penggemar kopi hitam dan hobi baca buku

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya