IWF 2020: 5 Kendala Himpun Cerita Berbahasa Daerah bagi Difabel Netra
Sudah ada 30 cerita dari berbagai bahasa suku se-Nusantara
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Usaha mewujudkan inklusivitas sastra yang dilakukan penulis cerita fiksi cum pendiri Difalitera, Indah Darmastuti, patut beroleh apresiasi. Sebab ia bersama dengan timnya tidak hanya menyediakan ragam konten buku audio atau audiobook yang berkualitas tetapi juga turut mengenalkan kekayaan bahasa dari suku bangsa se-Nusantara kepada para difabel netra.
Dalam salah satu sesi di ajang Indonesia Writers Festival (IWF) 2020 yang diselenggarakan IDN Times pada Rabu (23/09/2020), Indah mengaku sudah menghimpun 30 cerita fiksi dari berbagai bahasa suku yang ada di Indonesia. Di antaranya berasal dari Toraja, Palopo, Poso, dan Manggarai. Meski begitu, prakarsa yang masih berlangsung dan dimulai sejak Juli 2020 ini menemui beberapa tantangan dalam perjalanannya. Apa saja tantangan yang mewarnai proses itu? Berikut ini ulasannya.
1. Kesulitan menemukan penutur asli yang mampu membaca teks bahasa sukunya
Salah satu tujuan menghimpun cerita fiksi dari berbagai daerah adalah agar para difabel netra bisa menikmati karya sastra dari suara penutur aslinya. Dengan begitu, mereka bisa mengenal sekaligus mempelajari lebih dalam bahasa sukunya dan kekayaan bahasa di Nusantara.
Namun upaya ini terkendala dengan sulitnya menemukan penutur asli yang bisa membaca teks bahasa sukunya. Menemukan penutur asli ini begitu penting sebab rasa bahasa suku akan lebih terasa jika diucapkan oleh penutur bahasanya sendiri.
Baca Juga: IWF 2020: 5 Kiat Pemberdayaan Difabel Netra Melalui Sastra
Baca Juga: IWF 2020: Ini 5 Harapan Difabel Netra agar Bisa Menikmati Karya Sastra
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.