TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

IWF 2020: 5 Kiat Wawancara untuk Tulisan Biografi ala Fenty Effendy

Wawancara adalah nyawa tulisan #IWF2020

youtube.com/IDN Times

Penikmat buku biografi di Indonesia tentu sudah akrab dengan nama Fenty Effendy. Penulis perempuan ini memang dikenal piawai menuliskan kisah perjalanan hidup tokoh inspiratif tanah air mulai dari politikus beken hingga wartawan senior dalam negeri. Beberapa judul karyanya, antara lain Mereka Bicara JK (2009) dan Karni Ilyas: Lahir untuk Berita (2012).

Dalam satu kesempatan di ajang Indonesia Writers Festival 2020 yang diselenggarakan IDN Times pada Senin (21/09/2020), Fenty menekankan pentingnya melakukan riset dan wawancara dalam penyusunan buku biografi. Baginya, kedua hal tersebut merupakan nyawa sebuah tulisan. Bahkan secara detail, ia menyebutkan lima kiat jitu agar sukses melakukan wawancara untuk penulisan biografi. Berikut ini ulasannya.

1. Batasi durasi waktu sesi wawancara

youtube.com/IDN Times

Wawancara yang baik bukan diukur dari panjang atau pendeknya durasi waktu yang dihabiskan. Bagi Fenty Effendy, wawancara yang baik harus berjalan efektif dan dilakukan dengan penuh konsentrasi.

Oleh karena itu, pembatasan durasi waktu wawancara merupakan hal penting yang harus dilakukan. Durasi waktu 2-3 jam dianggap ideal dalam sesi wawancara agar tema tetap fokus dan terhindar dari pembicaraan yang sering kali tidak diperlukan untuk keperluan penulisan biografi.

2. Jangan terpaku pada daftar pertanyaan

Rawpixel/Jira

Penyusunan daftar pertanyaan memang upaya yang wajib dilakukan saat hendak mewawancarai narasumber. Namun, terpaku pada daftar tersebut saat sesi wawancara berlangsung akan membuat pewawancara kehilangan informasi penting.

Cara terbaik agar wawancara menghasilkan informasi yang berguna, selain tetap membuat daftar pertanyaan, dengan senantiasa mengaktifkan common sense. Dengan cara ini, intuisi pewawancara dipaksa bekerja mengikuti jawaban narasumber yang mungkin memerlukan penjelasan lebih detail lewat pengajuan pertanyaan di luar daftar yang telah dibuat.

3. Upayakan agar wawancara dilakukan berdua saja

Unsplash/Bewakoof.com Official

Pada situasi tertentu, pewawancara perlu berani untuk mengajak narasumber agar mau melakukan wawancara secara berdua. Dengan cara ini, narasumber dapat lebih leluasa menyampaikan jawaban tanpa khawatir didengar oleh orang lain.

Selain narasumber bisa menjawab pertanyaan secara bebas, wawancara secara berdua ini juga dimaksudkan agar narasumber bisa fokus mengikuti wawancara. Meski begitu, menjaga kenyamanan tetap merupakan aspek penting dalam sebuah sesi wawancara.

4. Bijak saat menanyakan atau memperoleh informasi negatif

Pixabay/RobinHiggins

Saat wawancara berlangsung dengan sejumlah narasumber atau narasumber utama, tidak semua informasi yang keluar bernada positif. Adakalanya, informasi negatif diperoleh dan memerlukan respons yang bijak dalam menanggapinya.

Berbagai pertimbangan harus dibuat dalam merespons informasi negatif itu, seperti validitas sumber informasi dan seberapa penting informasi itu untuk bahan penulisan biografi. Namun begitu, setia pada kerangka dan tema penulisan menjadi pertimbangan utama dalam menanggapi informasi negatif tersebut.

Verified Writer

Asep Wijaya

Penikmat buku, film, perjalanan, dan olahraga yang sedang bermukim di Fujisawa, Kanagawa, Jepang

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya