TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Penyebab dan Latar Belakang Perang Padri, Beda Pandangan Antar Kaum!

Perang ini terjadi selama tiga masa

ilustrasi Perang Padri (commons.wikimedia.org/G.L. Kepper: Wapenfeiten van het Nederlandsch-Indisch leger)

Perang Padri merupakan bagian dari sejarah Indonesia. Perang ini terjadi dari tahun 1803 sampai 1838, lho. Penyebab perang Padri adalah perbedaan pandangan antar Kaum Padri dengan Kaum Adat.

Kata Padri sendiri diambil dari bahasa Spanyol padre, yang memiliki arti pendeta ataupun Rahib. Sedangkan, padri bisa diartikan sebagai orang yang berasal dari Pidie.

Dilansir buku Tokoh-Tokoh Gerakan Padri, Pidie adalah pelabuhan di Aceh yang dipakai orang Sumatera untuk berlayar melaksanakan ibadah haji ke Mekah. Padri juga diartikan sebagai masyarakat yang memeluk agama Islam dan taat pada syariat.

Kala perang Padri, orang-orang memakai pakaian berwarna putih, mulai dari baju, celana, dan serban. Namun, tentunya warna baju tidak menentukan perang padri, karena para datuk tetap berpakaian hitam saat mengikuti barisan Padri.

Lantas, apa penyebab dan latar belakang dari perang Padri? Untuk mengetahui lebih jelasnya, mari simak ulasan berikut ini. Check this out!

Baca Juga: Biografi Tuanku Imam Bonjol, Ulama Pemberani yang Tak Kenal Kompromi

1. Latar belakang perang Padri

ilustrasi Perang Padri (commons.wikimedia.org/G.L. Kepper: Wapenfeiten van het Nederlandsch-Indisch leger)

Tokoh-tokoh perang Padri terdiri dari Tuanku Imam Bonjol, Tuanku nan Cerdik, Tuanku Tambusai, dan Tuanku nan Alahan. Perang Padri terjadi akibat beberapa faktor seperti perselisihan dengan kaum Adat dan campur tangan Belanda.

Dikutip dari dari buku Intisari Pengetahuan Sosial Lengkap (IPSL) SMP, berikut ini latar belakang perang Padri:

  • Adanya gerakan Wahabi di Sumatera Barat yang dilakukan kaum Padri. Tujuan dari gerakan ini untuk mengajarkan syariah di Sumatera sesuai ajaran Islam
  • Ajaran agama ini ditentang oleh kelompok penghulu yang menganggap dirinya keturunan raja Minangkabau. Kelompok penentang ini adalah Kaum Adat
  • Kebiasaan dan tradisi kaum Adat bertentangan dengan hukum Islam. Sehingga, para ulama ingin menerapkan cara-cara Islam di masyarakat
  • Adanya campur tangan Belanda yang mengawali terjadinya perang Padri. Kolonial Belanda kala itu berpihak pada kaum Adat
  • Mereka mengadakan perjanjian antara Residen de Puy dan Tuanku Suruaso bersama 14 penghulu adat lain. Perjanjian ini dilaksanakan 10 Februari 1821 yang terdiri dari pasukan Belanda menduduki Sumatera Barat
  • Perjanjian dengan Belanda ini ditandatangani di Padang. Belanda mendapat keuntungan atas wilayah penguasaan pedalaman Minangkabau.

Baca Juga: 9 Potret Jadul Sepeda Motor Militer, Eksis Selama Perang Dunia I

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya