TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sejarah Awal Paskibraka, Banyak Perubahannya Loh! 

Perintah langsung dari presiden Soekarno 

ilustrasi paskibraka (shutterstock.com/Wisnu Bangun Saputro)

Setiap peringatan kemerdekaan Indonesia, Pasukan Pengibar Bendera Pusaka alias Paskibraka selalu menjadi sorotan dalam upacara Hari Kemerdekaan. Perwakilan pemuda-pemudi terbaik dari tiap-tiap provinsi ini pastinya amat bangga menjadi bagian dari Paskibraka yang bertugas di Istana negara.

Paskibraka diliputi dengan sejarah yang cukup panjang dimulai dari awal kemerdekaan Indonesia. Lalu seperti apa sejarahnya? Simak di bawah ini yuk!

1. Upacara kemerdekaan pertama, lahirnya pasukan pengibar Bendera Pusaka 

Pengibaran bendera merah putih (dok. Wikimedia Commons)

Dalam Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga RI Nomor 14 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Nomor 0065 Tahun 2015 tentang Penyelanggaran Kegiatan Pengibar Bendera Pusaka tertuang sejarah awal pembentukan yang dimulai ketika upacara Proklamasi Kemerdekaan.

Aturan tersebut menyebutkan bahwa Paskibraka lahir bersamaan dengan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang dikumandangkan di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta, pada Jumat, 17 Agustus 1945 tepat pukul 10.00 pagi. Setelah Proklamasi untuk kali pertama diperdengarkan secara resmi, bendera kebangsaan Merah Putih dikibarkan oleh tiga muda mudi yakni Latief Hendraningrat, Suhud Sastro Kusumo dan SK. Trimurti.

2. Ibukota terpaksa dipindah ke Yogyakarta  

Mayor Husein Mutahar (dok. Wikimedia Commons)

Meskipun proklamasi kemerdekaan telah dikumandangkan pada tahun 1945, situasi di Indonesia kian tidak kondusif akibat keinginan pendudukan kembali oleh Belanda maupun Inggris. Akibatnya upacara kenegaraan peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1946 dilaksanakan di halaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta.   

Mayor Husein Mutahar, ajudan dari Presiden Soekarno mendapatkan mandat untuk mempersiapkannya. Mengutip Kompas, Terbesit dalam benak Mayor Husein Mutahar bahwa untuk menumbuhkan rasa persatuan bangsa, pengibaran Bendera Pusaka sebaiknya dilakukan oleh para pemuda Indonesia. Lantaran masih alam keadaan darurat, maka Husein Mutahar hanya menunjuk 5 orang pemuda yang terdiri dari 3 orang putri dan 2 orang putra sebagai perwakilan daerah yang berada di Yogyakarta untuk mengibarkan Sang Saka Merah Putih.

3. Siti Dewi Sutan Assin, pembawa baki pertama 

Siti Dewi Sutan Assin di pojok kanan (www.geni.com)

Siti Dewi Sutan Assin atau akrab disapa Titik merupakan salah satu dari lima orang anggota pengibar Bendera Sang Saka Merah Putih yang ditugaskan oleh Mayor (Laut) Husein Mutahar. Ia mendapatkan tugas sebagai pembawa baki, sekaligus menjadi pembawa baki pertama dalam sejarah rangkaian Upacara Kemerdekaan Indonesia.

Titik lahir pada 5 Oktober 1926 di Manado, Sulawesi Utara merupakan putri dari pasangan Sutan Assin dan Rangkayo Limbak Tjahaja. Ia sempat bersekolah di Yogyakarta setelah ayahnya yang berprofesi sebagai dokter berpindah tugas dari Manado.

Ia cukup aktif sebagai relawan di Palang Merah, kepanduan, dan dapur umum. Setelah ibu kota Indonesia kembali di Jakarta, tepatnya pada tahun 1950, perempuan yang menguasai bahasa Belanda, Inggris dan Prancis ini melanjutkan pendidikannya di bidang keguruan dan pendidikan di Belanda, sesuai dengan cita-citanya yang ingin memajukan pendidikan di Tanah Air.

4. Seleksi pemilihan pemuda-pemudi terbaik tiap provinsi di Indonesia 

ilustrasi paskibraka (shutterstock.com/Dhodi Syailendra)

Pada tahun 1967, Husein Mutahar mendapatkan mandat yang sama oleh Presiden Soeharto sebab menjabat sebagai Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan Pramuka Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Dengan ide dasar dan pelaksanaan tahun 1946 di Yogyakarta, pasukan pengibaran terdiri atas 3 kelompok yakni, kelompok 17 sebagai pengiring depan, kelompok 8 sebagai pembawa bendera, dan kelompok 45 sebagai pengawal yang merupakan simbol tanggal Proklamasi Indonesia.

Berawal dari gagasan upacara proklamasi tahun 1946, untuk melibatkan pemuda-pemudi dalam serangkaian upacara proklamasi dilakukan pemilihan setiap daerah di Indonesia. Proses ini baru dilaksanakan tahun 1969, sekaligus ditetapkan bahwa untuk petugas pengibar Bendera Pusaka adalah para pemuda utusan provinsi yang diwakili oleh sepasang putra putri siswa SLTA.

Baca Juga: 26 September Hari Statistik Nasional: Sejarah BPS di Indonesia

Verified Writer

Dina Stevany

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya