TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

8 Rekomendasi Novel Berdasarkan Negara yang Ingin Dikunjungi

Saatnya kamu melancong lewat buku!

rekomendasi novel kultural (instagram.com/occasionalreader)

Meski tak seseru menginjakkan kaki langsung di negara impian, menonton vlog atau ikut tur virtual sebenarnya tak kalah menarik. Selain menonton video, kamu bisa berjalan-jalan ke berbagai negara lewat buku. Pilihannya jauh lebih beragam dengan deskripsi rinci.

Tak hanya dapat gambaran tentang latarnya secara fisik, novel sering kali dilengkapi latar belakang sosial can politik dari hasil riset sang penulis. Hal ini tentu bakal memperkaya wawasanmu saat membaca.

Saatnya keliling dunia lewat buku, berikut delapan rekomendasi novel berdasarkan negara yang ingin dikunjungi. Siap-siap berimajinasi dengan liar, ya!

1. Disappearing Earth untuk yang penasaran dengan kehidupan di ujung timur Rusia

novel Disappearing Earth (instagram.com/shelf_discovery)

Di sebuah desa di Kamtchatka, salah satu provinsi di ujung Timur Rusia, dua gadis dilaporkan menghilang. Pencarian pun dilakukan di tengah kondisi alam yang ekstrem. 

Kejadian penculikan tersebut sebenarnya hanya kendaraan yang dipakai Julian Phillips, sang penulis, untuk membawa pembaca menjelajah pedesaan Rusia yang tak hanya berhiaskan tundra dan hutan, tetapi juga diisi ketegangan antar etnik, kecurigaan pada pendatang yang cukup kuat, serta suasana yang lesu menyelimutinya. Seru banget, kan?

2. The Promise adalah family saga berlatar di Afrika Selatan

novel The Promise (instagram.com/thesandbeat)

The Promise adalah novel pemenang Booker Prize 2021. Buku ini banyak dibaca karena mengangkat kehidupan warga kulit putih di Afrika Selatan. Hal yang cukup langka, karena dinamika kehidupan mereka lebih kompleks dengan trauma apartheid yang melekat. 

Damon Galgut menyusun cerita dari keluarga fiktif yang tinggal di Pretoria dengan segala aset mereka. Namun, ketika salah satu tetua di keluarga mereka meninggal, beberapa rahasia keluarga ikut terbongkar. Salah satunya janji yang sempat diucapkan keluarga tersebut pada salah satu pekerja kulit hitam di masa lalu. 

3. Tomb of Sand mengisahkan peristiwa partisi India-Pakistan yang menyisakan trauma

novel Tomb of Sand (instagram.com/grace_escapes)

Garis batas antara India dan Pakistan menyisakan trauma untuk seorang perempuan lansia. Di usianya yang memasuki 80 tahun, ia memilih untuk kembali ke Pakistan guna berdamai dengan masa lalunya. 

Tomb of Sand yang mengangkat tragedi partisi India-Pakistan ini berhasil memenangkan International Booker Prize pada 2021 untuk versi terjemahannya. Versi aslinya ditulis dalam bahasa India dan terbit perdana pada 2018. 

Baca Juga: 5 Pelajaran Tentang Cinta dalam Novel Sayap-Sayap Patah

4. The Colony bagi yang mengidamkan kehidupan pedesaan ala Irlandia

novel The Colony (instagram.com/lit_vox)

The Colony berlatarkan tahun 1979 di sebuah pulau fiktif di Irlandia. Ketika terjadi perpecahan sengit di daratan utama Irlandia,  pulau ini tetap tenteram karena lokasinya yang terpencil.

Namun, kenyamanan para penduduknya mulai terusik ketika dua pendatang dari Inggris dan Prancis tiba. Meski fiktif, peristiwa kerusuhan di daratan utama Irlandia diriset dengan baik oleh Maggee. Ditambah beberapa sindiran dan kritik pada kolonialisme yang ia kemas lewat interaksi antara pendatang dan penduduk asli yang bikin kamu lebih kritis.

5. Death in Spring membuka tabir perang sipil di Spanyol pada 1930-an

novel Death in Spring (instagram.com/searchingfororenda)

Sebenarnya banyak novel yang mengangkat kelamnya perang sipil Spanyol pada 1930-an yang menewaskan ribuan orang Catalan. Salah satu pelopornya adalah Death in Spring karya Mercè Rodoreda yang terbit perdana pada 1986. 

Ia membuka tabir gelap di masa itu lewat mitos dan horor. Salah satunya melalui sudut pandang seorang remaja 14 tahun yang harus menjadi saksi bahkan melakoni ritual mengerikan. Segala unsur mitos dan horor tersebut dijadikan Rororeda sebagai simbol atas opresi dan kekejaman rezim di masa lalu pada warga sipil. 

6. My Pen is the Wing of a Bird adalah kumpulan cerpen dengan konteks kultur Afghanistan

buku My Pen is the Wing of Bird (instagram.com/acquisitionofstories)

My Pen is the Wing of a Bird salah satu cara tercepat untuk menjelajah Afghanistan di tengah ketidakmungkinan keadaan saat ini. Buku ini ditulis oleh beberapa penulis perempuan yang juga mengangkat karakter-karakter perempuan di tulisan mereka. 

Mulai dari perempuan yang menyelamatkan desanya dari bencana alam, remaja yang mencari jati dirinya, seorang perempuan yang menginisiasi petisi untuk mendapatkan haknya, dan berbagai kisah menggugah lain. Semuanya dikemas dalam 250 halaman saja.

7. Kehidupan warga Tiongkok selama beberapa generasi dikupas di Do Not Say We Have Nothing

novel Do Not Say We Have Nothing (instagram.com/lettersinthemargins)

Novel ini sebenarnya family saga yang vibrasinya sama dengan novel Pachinko. Kisah keluarga dimulai dari generasi yang hidup di masa revolusi budaya di masa Mao Zedong. Dilanjut dengan generasi kedua yang menjadi saksi demo berdarah di Tiananmen Square hingga generasi berikutnya yang hidup di era Tiongkok modern. 

Kisah keluarga ini dijalin dari beberapa karakter yang saling berkaitan dan cerita yang berlapis. Ada 474 halaman yang bisa menemanimu berkeliling Tiongkok dari era ke era. 

Baca Juga: 7 Rekomendasi Novel Terjemahan Jepang, Berbagai Genre!

Verified Writer

Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya