TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

4 Alasan untuk Tidak Menyunting saat Menulis Draf 

Jangan gabungkan penulisan draf dengan penyuntingan!

ilustrasi belajar bersama teman (pexels.com/Armin Rimoldi)

Banyak penulis kerap merumuskan draf sebelum membuat sebuah tulisan. Jika kamu sedang membaca artikel ini, ada kemungkinan kamu juga termasuk salah satu dari penulis-penulis itu. Memang, draf dianggap dapat memberikan banyak manfaat bagi penulis. Baik untuk tulisan fiksi maupun non fiksi, penulisan draf dianggap sebagai salah satu tahap krusial yang dapat memudahkan proses menulis dan mematangkan tulisan.

Draf pada dasarnya dibuat sebagai coret-coretan pertama. Karenanya, draf tidak seharusnya berbentuk sempurna. Namun, ada banyak penulis masih tergoda untuk melakukan penyuntingan dalam tahap penulisan draf. Padahal kegiatan itu dipandang bisa merugikan penulis sendiri. Yuk, ketahui alasan-alasan kenapa kita sebaiknya tidak menyunting ketika sedang menulis draf awal!

1. Menghindari kebingungan

ilustrasi seseorang sedih (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Tujuan utama dibuatnya draf adalah untuk menuangkan semua ide yang ada di pikiran. Kamu didorong untuk menulis semua hal yang terpikir tanpa adanya jeda. Ketika proses penulisan draf sedang berjalan, kamu tidak boleh diganggu oleh pikiran-pikiran lain.

Kalau kamu menulis draf sambil menyunting, berarti kamu sudah menyalahi tujuan utama dibuatnya draf. Kamu melakukan dua hal secara bersamaan, yaitu menuangkan pikiran dan menyunting. Tidak adanya perbedaan waktu yang jelas antara kapan harus menuangkan pikiran dan kapan harus menyunting bisa membuatmu menjadi kebingungan sendiri. Akhirnya, pikiranmu jadi tidak terfokus ke satu pekerjaan dan hasil pekerjaan menulis draf menjadi tidak maksimal.

2. Menghindari writer’s block

ilustrasi kelelahan (pexels.com/Edward Jenner)

Kamu pasti sudah pernah berhadapan dengan musuh bebuyutan setiap penulis, yaitu writer’s block. Masalah ini pernah dialami semua penulis dan dapat dipicu oleh alasan yang berbeda-beda. Beberapa penulis mendapatkan writer’s block karena tidak memiliki inspirasi tulisan. Writer’s block juga bisa disebabkan sifat perfeksionisme penulis.

Itulah mengapa penulisan draf sering dianggap dapat membantu penulis menghilangkan writer’s block. Dengan menulis draf, kamu didorong untuk mengeluarkan semua isi pikiran tanpa peduli dengan kesempurnaan. Karenanya, jika kamu mengedit sambil menulis draf, maka akan ada kemungkinan kamu bisa tersedot pada sifat perfeksionisme dan justru mengalami writer’s block.

Baca Juga: 6 Alasan Editor Butuh Waktu Lama untuk Menyunting Artikel

3. Mempercepat proses menulis

ilustrasi seseorang bekerja (pexels.com/ROMAN ODINTSOV)

Menulis adalah proses yang panjang. Dalam perjalanan menghasilkan sebuah tulisan, setiap tahapannya punya waktunya sendiri-sendiri. Akan ada waktu di mana kamu harus menulis draf, membuat tulisan kasar, menyunting tulisan kasar tersebut, kemudian menerbitkannya.

Menggabungkan dua proses dalam waktu bersamaan mungkin terlihat sebagai cara menghemat waktu. Padahal, trik itu justru bisa memberikan efek sebaliknya. Jika kamu menulis draf sambil menyunting tulisan, waktu yang kamu habiskan untuk menulis draf akan menjadi lebih lama dibandingkan kalau kamu membuat draf tanpa menyunting. Selain itu, kamu juga tetap akan menghabiskan waktu menyunting lagi ketika tulisan kasarmu sudah selesai. Dengan menulis draf sambil menyunting, kamu akan melakukan penyuntingan lebih dari yang dibutuhkan.

Verified Writer

Helmi Elena

Writer | Reader | Cat lover Yuk, mengobrol dengan saya di Instagram @coffeeandgraphite

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya