TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Cara Chat Mahasiswa yang Kurang Sopan, Pantas Dosenmu Marah

#IDNTimesLife Perhatikan caramu mengetik pesan dan waktunya

ilustrasi memegang smartphone (pexels.com/Karolina Grabowska)

Saat ini berkomunikasi dengan dosen tak hanya bisa dilakukan ketika kamu berada di kampus. Mahasiswa dapat menghubungi dosen dengan chat sehingga banyak keperluan terselesaikan tanpa perlu bertemu secara langsung. Ini sangat memudahkanmu, khususnya apabila dosen mengajar di banyak tempat sehingga sulit ditemui.

Kamu bisa janjian dulu bila perlu berkonsultasi atau membutuhkan tanda tangannya. Jika sudah ada kesepakatan tempat serta waktu, kecil kemungkinan dosen mendadak tidak datang. Meski menghubungi dosen makin mudah dan ia tidak melarang mahasiwa buat chat, pastikan dirimu tetap sopan.

Tata bahasa tulis mahasiswa harus diperhatikan betul. Jangan menyamakan chat dengan dosen seperti dengan kawan. Hindari tujuh hal berikut yang bisa bikin dosen marah atau sulit memahami maksudmu.

1. Banyak singkatan

ilustrasi menggunakan smartphone (pexels.com/Gülşah Aydoğan)

Usia sebagian besar dosenmu tentu jauh di atasmu. Walaupun menyingkat beberapa kata dalam tulisan sudah biasa dilakukan orang, makin sedikit kamu menggunakan singkatan akan makin baik. Ini membuat tulisanmu jauh lebih mudah dimengerti.

Dosen yang membacanya gak perlu berpikir lebih keras tentang suatu singkatan yang asing baginya. Jangan malas mengetik sehingga banyak singkatan dalam chat-mu. Bila pesanmu mengandung terlalu banyak singkatan, dosen dapat enggan membacanya dan langsung menutup aplikasi. Chat-mu dibaca sampai selesai saja tidak, apalagi dibalas.

2. Tidak memperkenalkan diri terlebih dahulu

ilustrasi menggunakan smartphone (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Setiap dosen mengajar banyak sekali mahasiswa dari berbagai angkatan, jurusan, fakultas, dan strata. Bahkan sebagian dosen mengajar di beberapa kampus. Sedekat apa pun dirimu dengan seorang dosen saat di kampus, jangan berpikir ia pasti tahu kalau kamu yang mengirim pesan.

Seandainya pun dulu dirimu sudah pernah chat sambil memperkenalkan diri, kecil sekali kemungkinan dosen menyimpan nomormu. Di setiap angkatan, dosen paling cuma menyimpan nomor koordinator tingkat untuk memudahkan komunikasi saat ia berhalangan mengajar dan perlu memberikan tugas. Ini pun tidak dilakukan semua pengajar sebab mereka masih dapat menghubungi bagian tata usaha buat menyampaikan pesan ke mahasiswanya.

Maka dari itu, tetaplah memperkenalkan diri setiap dirimu perlu chat dosenmu. Ada beberapa hal utama yang harus disebutkan setelah salam. Yaitu nama lengkap, jurusan, fakultas, universitas, serta tahun angkatanmu baru kemudian keperluanmu dengannya. Ini memudahkan dosen memahami konteks pesanmu serta lebih mungkin untuknya bersedia membalas.

3. Mendesak untuk segera dibalas

ilustrasi ruang kuliah (pexels.com/RDNE Stock project)

Kebiasaan chat sama pacar jangan diterapkan saat kamu menghubungi dosen atau orang lain. Ketika chat pacar, kamu pasti ingin segera dibalas. Balasan yang sedikit lebih lama daripada ekspektasi sudah membuatmu overthinking hingga marah-marah. 

Dosenmu gak bisa diperlakukan seperti ini. Setiap hari kesibukannya tinggi sekali. Tugas utama dosen bukan membalas chat mahasiswa melainkan mengajar, meneliti, serta melakukan pengabdian pada masyarakat. Oleh sebab itu, kamu harus bersabar menunggu balasan dalam beberapa jam bahkan sampai keesokannya.

Selama chat-mu sopan dan memang penting, pasti dibalas, kok. Selain alasan kesibukan, lambatnya dosen membalas pesanmu juga dapat disebabkan ia harus mengecek jadwal terlebih dahulu dengan cermat. Misalnya, ketika kamu minta waktu buat bertemu. 

Baca Juga: 5 Tips Cepat Adaptasi di Lingkungan Kampus untuk Mahasiswa Baru

4. Seperti memerintah

ilustrasi menggunakan smartphone (pexels.com/George Pak)

Orang membaca tidak hanya dengan mencerna arti setiap kata dalam sebuah kalimat. Namun, juga merasakan serta membayangkan caramu mengatakannya secara langsung. Kamu harus sangat berhati-hati dalam mengetik pesan.

Saat dirimu perlu berkonsultasi secara langsung dengan dosen pembimbing skripsi misalnya, jangan tahu-tahu kamu menyebutkan hari, jam, dan tempat yang diinginkan. Ini mengesankan dirimu menyuruh dosen datang pada waktu tersebut. Sampaikan dulu keperluanmu berkonsultasi, lalu tanyakan kapan dosenmu ada waktu. Kamu yang menyesuaikan diri dengan jadwal yang diberikannya, bukan terbalik.

5. Pakai stiker dan emotikon

ilustrasi melihat smartphone (pexels.com/Ono Kosuki)

Penggunaan keduanya dalam chat-mu dengan teman tentu hal yang biasa. Bahkan kalian bisa berbalas stiker serta menyimpan stiker yang dianggap menarik. Adanya emotikon dan stiker dalam chat  juga bisa membuat tulisanmu lebih ekspresif.

Namun, hindari memakainya ketika kamu chat dengan dosen. Meski dosenmu masih muda dan kalian cukup akrab, sebaiknya gak usah menambahkan emotikon atau stiker karena dapat dimaknai secara berbeda olehnya dan dianggap kurang sopan. Nantinya cara chat seperti ini juga dapat diterapkan ketika kamu bekerja, contohnya pada atasan dan klien.

6. Mengirim pesan terlalu malam atau pagi sekali

ilustrasi menggunakan smartphone (pexels.com/Alexander Suhorucov)

Berbeda dengan telepon yang mendesak untuk diangkat atau suara deringnya akan mengganggu, chat memang bisa dibaca nanti-nanti. Pun sebagai mahasiswa, mungkin kamu terbiasa bergadang sehingga mengirim pesan malam-malam terasa sebagai hal biasa. Dirimu gak mempermasalahkan kapan dosen akan membalasnya.

Namun, coba pahami sudut pandang dosenmu yang tentu ingin mahasiswa lebih menghargainya. Terlepas dari isi chat-mu, notifikasinya saja barangkali telah terasa mengganggu. Apalagi kalau banyak mahasiswa yang sepertimu, chat dosen tanpa melihat-lihat jam.

Ia seperti terus diganggu dengan urusan pekerjaan. Rasa capek dan stresnya dapat meningkat. Kirimlah pesan paling pagi pukul 07.00 dan paling malam pukul 19.30 dan hanya di hari kerja, bukan hari libur. Di jam-jam tersebut orang umumnya masih beraktivitas atau belum masuk ke waktu istirahat yang gak bisa diganggu.

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Penulis fiksi maupun nonfiksi. Lebih suka menjadi pengamat dan pendengar. Semoga apa-apa yang ditulis bisa memberi manfaat untuk pembaca. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya