TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

9 Kesalahan Berbahasa Indonesia yang Biasa Dilakukan Saat Menulis

Yang benar dimana atau di mana? #ANGPON #IDNTimesLife

bendera Indonesia (unsplash.com/@nickgunner)

Sebagai warga Indonesia yang memakai bahasa Indonesia, kita tentu akan membuat sebuah tulisan, baik artikel, esai, maupun karya tulis dengan memakai bahasa Indonesia. Untuk membuat tulisan yang baik dan berbobot, kita tentu harus menguasai materi yang hendak kita tuliskan. Namun, ada banyak dari kita yang hanya terfokus pada materi dan melupakan tata bahasa.

Tata bahasa adalah hal penting yang harus dikuasai sebelum mulai menulis. Di samping materi apa yang hendak dituliskan, tata bahasa memegang peranan yang tidak kalah penting agar tulisan kita nyaman untuk dibaca dan minim kesalahan. Berikut kesalahan berbahasa Indonesia yang sering dilakukan saat menulis.

1. Tidak bisa membedakan bahasa tulis dan lisan

ilustrasi bercakap-cakap (unsplash.com/@iamdarosaa)

Bahasa tulis dan bahasa lisan adalah dua hal yang sangat berbeda. Bahasa lisan cenderung lebih informal dibandingkan bahasa tulis. Ada banyak kata yang biasa digunakan dalam percakapan, tetapi tidak tepat jika digunakan dalam bahasa tulis. Kebiasaan melisankan apa yang hendak kita tulis akan menyebabkan tulisan kita lebih bernada cakapan sehingga tulisan kita menjadi kurang baku, bahkan sulit dipahami.

2. Mengabaikan kohesi dan koherensi

ilustrasi tulisan (unsplash.com/@christianw)

Sebuah wacana terdiri atas beberapa kalimat, bahkan beberapa paragraf. Oleh karena itu, kepaduan bentuk dan isi dari tulisan kita (kohesi dan koherensi) sangat penting agar tulisan kita tidak terkesan “lari” ke sana kemari. Keterkaitan antara satu kalimat atau paragraf dengan yang lainnya harus jelas sehingga tulisan kita membentuk satu wacana yang utuh dan tersambung.

3. Tidak bisa membedakan kalimat baku dan tidak baku 

ilustrasi belajar bahasa (unsplash.com/@siora18)

Saat menulis, kita pasti ingin semua ide yang ada di kepala kita tertuang dalam tulisan. Namun, kadang ide tersebut tidak dibarengi dengan munculnya kalimat yang baku. Alih-alih menuangkan ide dalam kalimat yang baku dan sesuai dengan aturan berbahasa, kita malah menuangkan ide dalam kalimat yang tidak baku karena keterbatasan pengetahuan kita terhadap kosakata baku dan tata bahasa Indonesia.

Baca Juga: Beda Tipis, 7 Kata Bahasa Turki Ini Mirip dengan Bahasa Indonesia

4. Tidak paham kapan harus mengganti paragraf

ilustrasi menulis (unsplash.com/@dancounsell)

Lazimnya, sebuah paragraf memiliki satu ide pokok, tidak lebih. Jika ada lebih dari satu ide pokok, buatlah paragraf baru. Jangan sampai ada lebih dari satu informasi menumpuk pada sebuah paragraf.

5. Salah dalam memakai konjungsi

ilustrasi menulis (unsplash.com/@aaronburden)

Konjungsi adalah kata penghubung antarkata, antarfrasa, antarklausa, antarkalimat, dan antarparagraf. Setiap konjungsi memiliki fungsinya masing-masing. Kebiasaan kita dalam menulis adalah memakai konjungsi yang tidak sesuai dengan fungsinya. Pahami terlebih dahulu hubungan antara dua unsurnya, lalu gunakan konjungsi yang tepat untuk menghubungkannya.

6. Tidak bisa membedakan di dan di-

ilustrasi menulis (unsplash.com/@hannaholinger)

Di dan di- adalah dua hal yang berbeda, baik dari fungsi maupun penulisan. Di adalah kata depan. Penulisan di harus dipisah dengan kata yang mengikutinya. Di biasanya akan diikuti oleh kata yang merujuk pada tempat, arah, atau posisi. Di sisi lain, di- adalah imbuhan. Di- ditulis tersambung dengan kata yang mengikutinya. Untuk membedakannya, coba saja ganti di- dengan me-, contohnya dibaca yang bisa diganti menjadi membaca.

7. Tidak memahami fungsi tanda baca

ilustrasi tanda baca (unsplash.com/@emilymorter)

Tidak sedikit penulis yang menggunakan tanda baca tidak sesuai dengan fungsi yang sebenarnya. Padahal, ada banyak tanda baca yang berpengaruh pada pemaknaan suatu kalimat. Jika salah dalam menggunakan tanda baca, tentu kalimat yang kita tulis akan sulit dipahami oleh pembaca, terutama editor.

8. Enggan membaca ulang tulisan sendiri

ilustrasi membaca (unsplash.com/@thoughtcatalog)

Membaca ulang tulisan sendiri sangat penting sebagai suntingan awal sebelum tulisan tersebut dilempar ke pembaca. Dengan membaca ulang tulisan kita, kesalahan dapat lebih diminimalkan. Membaca tulisan setelah diterbitkan pun sangat penting agar kita mengetahui kesalahan apa yang dikoreksi oleh editor terhadap tulisan kita.

Baca Juga: 8 Kosakata dalam Bahasa Jambi yang Masuk Kamus Besar Bahasa Indonesia

Verified Writer

Atqo F Sy

Penulis, Editor, Penikmat Film

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya