TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Justifikasi: Pengertian, Teori, dan Contoh!

Sebuah penjelasan yang bagus

Ilustrasi berkomunikasi (unsplash.com/charlesdeluvio)

Beberapa dari kamu mungkin masih cukup asing dengan istilah justifikasi. Namun bagi kamu yang pernah belajar mengenai hukum, mungkin sudah familier. Secara sederhana, justifikasi adalah sebuah pembuktian akan sebuah proses.

Nah, bagi kamu yang ingin mengetahui lebih jauh, dalam artikel ini akan dibahas mulai dari pengertian sampai contohnya. Yuk, simak di bawah ini!

Baca Juga: Minta Perlindungan Hukum dan Keadilan, Siapa Sebenarnya Adelin Lis?

1. Pengertian justifikasi

ilustrasi membaca (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Mengutip Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, justifikasi adalah putusan, alasan, pertimbangan, dan sebagainya. Sedangkan menurut laman Cambridge Dictionary, justifikasi merupakan sebuah alasan atau penjelasan yang bagus untuk sesuatu.

Kemudian dalam laman Britannica, justifikasi dijelaskan sebagai alasan yang dapat diterima untuk melakukan sesuatu atau yang membenarkan suatu tindakan. Jadi jika coba disimpulkan, justifikasi seperti sebuah penjelasan yang baik tentang sesuatu maupun sebuah tindakan.

2. Teori dalam justifikasi

ilustrasi palu dan timbangan hukum (pixabay.com/succo)

Justifikasi sendiri memiliki beberapa teori. Tentunya setiap jenis teori ini memiliki peranan atau penjelasan yang berbeda-beda. Mengutip buku Jendela Epistemologi oleh Win Usuluddin, berikut beberapa teori justifikasi.

Fondasionalisme

Menyatakan bahwa untuk mempertanggungjawabkan suatu klaim kebenaran secara rasional, maka klaim itu harus punya dasar atau fondasi yang kuat, sudah pasti jelas, tidak diragukan kebenarannya, dan tidak membutuhkan perbaikan apa-apa lagi. Teori ini punya dua jenis, yaitu fondasionalisme ketat dan longgar.

  • Fondasionalisme ketat: Menuntut agar kepercayaan dasar yang dijadikan fondasi pembenaran sudah tidak dapat diragukan, tidak lagi keliru, dan tidak dikoreksi lagi.
  • Fondasionalisme longgar: Tidak menuntut kepercayaan dasar harus tidak dapat diragukan, tidak lagi keliru, dan tidak dikoreksi lagi.

Koherentisme

Memiliki arti menyelaraskan, berpadu, berpadanan, berkaitan, cocok, dan mirip. Menurut teorinya, koherentisme adalah suatu proposisi yang dikatakan benar jika proposisi itu konsisten dengan proposisi lain yang sudah diterima kebenarannya. Jadi jika proposisi tersebut masuk ke dalam sebuah sistem, tidak mengacaukan harmoni internal di dalamnya.

Internalisme

Teori berpandangan bahwa kebenaran bisa dipertanggungjawabkan berdasarkan introspeksi diri masing-masing individu, apakah pendapatnya bisa dipertanggungjawabkan atau tidak. Internalisme didasarkan pada kepercayaan bahwa manusia adalah makhluk rasional dan memiliki kewajiban untuk mempertanggungjawabkan secara rasional semua yang mereka percayai dan menjadi pendapatnya.

Eksternalisme

Teori sebagai jawaban atas kritik teori internalisme. Jika teori internalisme menekankan pada psikologi internal subjek, maka teori eksternalisme menekankan pada faktor-faktor eksternalnya. Faktor yang dilihat seperti, apakah proses pemerolehan informasi tersebut bisa diandalkannya, apakah sarana bagi subjek untuk mengetahui telah berfungsi sebagaimana mestinya, lingkungan, konteks sosial, dan lainnya.

Baca Juga: Demosi: Pengertian, Alasan, Tujuan, dan Dasar Hukum

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya