Tari Gambyong: Sejarah, Gerak, dan Penggunaan
Sebagai tarian klasik Jawa
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tari gambyong adalah tarian klasik Jawa yang awal mulanya dari Surakarta. Biasanya tari ini digunakan untuk menyambut tamu penting atau ditampilkan dalam sebuah pertunjukan. Tarian ini juga terdiri dari berbagai koreografi, seperti tari gambyong pareanom dan tari gambyong pangkur.
Meski ada beberapa macamnya, gerak dasarnya tetap sama yaitu gerakan tarian tayub/tlèdhèk. Bagi kamu yang ingin mengenal lebih jauh mengenai tari gambyong, yuk simak di bawah ini!
Baca Juga: Tari Reog, Penampilan Angklung, Hingga Senam Sicita Ramaikan BBK 2023
1. Sejarah tari gambyong
Melansir laman JogjaProv, kitab yang ditulis pada masa pemerintahan Pakubuwana IV (1788-1820) dan Pakubuwana V (1820-1823), bernama Serat Centhini, menjelaskan adanya gambyong sebagai tarian tlèdhèk. Lalu seorang penata tari pada masa pemerintahan Pakubuwana IX (1861-1893), yaitu K.R.M.T. Wreksadiningrat, menggarap tarian rakyat ini agar bisa dipertunjukkan pada kalangan bangsawan atau priyayi.
Alhasil, tarian yang sudah diperhalus oleh Wreksadiningrat menjadi populer kala itu. Pada masa itu tari gambyong juga biasa ditampilkan di hadapan para tamu lingkungan Istana Mangkunegaran.
Kemudian tarian ini mengalami perubahan pada tahun 1950. Seorang pelatih tari Istana Mangkunegaran pada masa Mangkunegara VIII bernama Nyi Bei Mintoraras, membuat versi gambyong yang ‘dibakukan’ yang disebut Gambyong Pareanom. Tarian ini pertama kali diperunjukkan di upacara pernikahan Gusti Nurul, saudara perempuan MN VIII tahun 1951. Gambyong Pareanom pun disukai masyarakat hingga memunculkan versi lain yang terus dikembangkan untuk konsumsi masyarakat luas.
Baca Juga: 5 Jenis Tari Legong, Seni Tari Bali dengan Gerakan Indah