TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Perubahan Emosional Remaja saat Masa Pubertas, Emosi Labil

Orangtua harus paham perubahannya, biar gak muncul konflik

ilustrasi remaja yang beru mengenal cinta (pexels.com/PHOTOS by Corlette)

Pubertas merupakan masa transisi penting dalam kehidupan anak-anak ke remaja dan dewasa. Pada masa ini, mereka mengalami perubahan emosional, fisik, dan mental yang signifikan. Perubahan emosional yang dialami oleh anak-anak sering kali (?). Saat pubertas, remaja cenderung mempunyai emosional yang labil, sehingga orangtua dan pendidik perlu memahami mereka dengan lebih baik. 

Dengan pemahaman yang baik tentang perubahan emosional pada masa pubertas, orangtua jadi bisa memberikan dukungan yang lebih pada remaja dalam menghadapi tantangan ini. Yuk, cermati tujuh perubahan emosional remaja pada masa pubertas secara umum, seperti berikut ini!

1. Mood swings

ilustrasi habit and mood tracker (instagram.com/sofieelinastudio)

Salah satu tanda paling khas dari pubertas adalah perubahan suasana hati yang cepat dan gak terduga. Remaja sangat mudah merasa bahagia, sedih, marah, atau cemas dalam waktu yang singkat. Hal ini disebabkan oleh perubahan hormon yang terjadi dalam tubuh mereka. 

Untuk mengatasi mood swings, penting bagi remaja untuk belajar mengenali emosi mereka dan menemukan cara yang sehat untuk mengelola emosi tersebut, seperti dengan berolahraga, menulis jurnal, atau berbicara dengan seseorang yang dipercaya. Oh ya, sebaiknya tanyakan pada mereka apa yang disukai dan jangan paksakan cara tepat versi kita, ya.

2. Krisis identitas

ilustrasi anak remaja yang sedang merenung (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Pubertas sering kali menjadi waktu para remaja mulai mencari tahu siapa mereka sebenarnya dan apa yang diinginkan dalam hidup. Mereka bisa merasa bingung dan gak pasti tentang identitas dan peran mereka dalam masyarakat.

Untuk mengatasi krisis identitas, penting bagi remaja untuk menjelajahi minat serta nilai-nilai mereka sendiri. Ingat, ya, memahami perubahan identitas merupakan bagian normal dari proses tumbuh kembang manusia, kok. Jadi jangan takut dengan hal ini.

3. Tekanan dalam hubungan

ilustrasi remaja yang beru mengenal cinta (pexels.com/PHOTOS by Corlette)

Pubertas juga merupakan masa di mana remaja mulai tertarik pada hubungan romantis dan seksual. Mereka mungkin mengalami tekanan dari teman sebayanya atau media sosial untuk memulai hubungan, tapi penting untuk diingat bahwa setiap orang berkembang secara berbeda, lho.

Untuk mengatasi tekanan ini, penting bagi remaja untuk mengenal beberapa batas pribadi mereka dan belajar mengatakan gak jika mereka merasa gak nyaman. Batasan ini juga membuat mereka gak kebablasan saat berhubungan dengan lawan jenis.

Baca Juga: 5 Tips untuk Menghadapi Perubahan Emosi saat Pubertas

4. Sangat Sensitif

ilustrasi remaja yang sensitif (pexels.com/Mehmet Turgut Kirkgoz)

Perubahan hormonal yang terjadi selama pubertas bisa membuat remaja jadi lebih sensitif terhadap kritik atau penolakan, lho. Itulah mengapa orangtua perlu memberikan pengertian pada mereka bagaimana menanggapi hal-hal yang dirasa gak nyaman.

Kita juga perlu mengajarkan mereka bahwa perasaan mereka valid dan jangan menghindarinya. Setelah menerima, kita juga perlu melatih mereka cara mengembangkan keterampilan komunikasi yang sehat untuk mengatasi konflik dengan orang lain.

5.  Mudah merasa bingung

ilustrasi remaja yang merasa bingung (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Pubertas sering kali menjadi masa di mana remaja merasa bingung tentang diri sendiri dan dunia di sekitar mereka. Para remaja juga mungkin mengalami tekanan dari orangtua atau guru untuk membuat pilihan tentang pendidikan dan karier mereka. Nah, untuk mengatasi kebingungan ini, penting bagi remaja memperoleh mereka dukungan dan panduan dari orang dewasa yang dipercaya, serta melakukan eksplorasi tentang berbagai pilihan yang tersedia.

6. Perasaan tertekan

ilustrasi remaja yang merasa tertekan (pexels.com/Valeriia Miller)

Pubertas juga dapat menjadi masa yang menekan bagi beberapa remaja, terutama jika mereka mengalami tekanan dari sekolah, teman sebaya, atau keluarga. Jika para remaja ini gak bisa menghadapi tekanan ini dengan baik, resiko mengalami depresi jadi semakin besar. Karena itu, penting bagi mereka untuk mempunyai outlet untuk mengatasi stres, di antaranya berbicara dengan teman atau konselor, olahraga, atau melakukan aktivitas yang mereka nikmati. 

Verified Writer

Lathiva

Senang membaca dan menulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya