TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Biografi Douwes Dekker, Tokoh Tiga Serangkai Pendiri Indische Partij

Pemerintah menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional

potret Douwes Dekker dan Soewardi Soerjaningrat dalam acara sidang KNIP di Malang, Jawa Timur pada 1947 (dok. Historical)

Nama Douwes Dekker tentunya tak asing di telinga masyarakat atas perjuangan memerdekakan Indonesia lewat pemikirannya. Douwes Dekker atau dikenal dengan nama Danudirja Setiabudi, merupakan seorang politikus, wartawan, aktivis, dan penulis yang mengecam penindasan Belanda kepada pribumi.

Selain itu, bersama dengan Ki Hajar Dewantara dan Dokter Cipto Mangunkusumo, Douwes Dekker mendirikan partai politik nasional pertama di Indonesia dengan nama Indische Partij. Bahkan, kini ketiga tokoh tersebut dikenal sebagai Tiga Serangkai karena kebersamaannya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Untuk mengetahui secara jelas biografi Douwes Dekker, tokoh Tiga Serangkai serta pendiri partai politik nasional pertama di Indonesia, simak ulasannya berikut ini. Check this out!

Baca Juga: Profil dan Biodata Dalai Lama, Pemimpin Buddha yang Terlibat Skandal

1. Profil Douwes Dekker

potret tokoh Tiga Serangkai (dok. Wikimedia)

Douwes Dekker lahir dengan nama Ernest Francois Eugene Douwes Dekker atau acap ditulis EFE Douwes Dekker. Ia lahir di Pasuruan, Jawa Timur pada 9 Oktober 1879. Ayahnya adalah seorang Belanda sekaligus bankir bernama Auguste Henri Edouard Douwes Dekker, sedangkan ibunya seorang Indo dari ayah Jerman dan ibu Jawa bernama Louisa Margaretha Neumann.

Douwes Dekker (DD) merupakan keponakan Eduard Douwes Dekker yang dikenal dengan nama pena Multatuli, seorang tokoh pergerakan yang peduli kepada nasib pribumi. Diketahui, Multatuli dikenal lewat tulisannya yang berjudul Max Havelaar, yang mendorong pemerintah Belanda untuk menggulirkan politik etis di Hindia Belanda.

Ia menempuh pendidikan dasar di Europeesche Lagare School Batavia, sekolah khusus keturunan Eropa. Sayangnya, tempatnya menuntut ilmu harus berpindah-pindah karena ayahnya yang juga sering dipindahtugaskan. Setelah lulus sekolah, ia bekerja di perkebunan kopi Soember Doeren di Malang.

Dari situ, DD akhirnya melihat secara langsung penindasan yang dilakukan oleh orang Belanda dan Eropa kepada pekerja pribumi. Bahkan, ia sering memberikan pembelaan sehingga harus bersitegang dengan rekannya yang membuatnya dipecat.

2. Mendirikan Indische Partij

potret anggota Anggota Indische Partij (dok. Wikimedia)

Setelah dipecat, DD kemudian memutuskan pergi ke Afrika Selatan untuk ikut Perang Boer II melawan Inggris. Perang Boer adalah perang yang terjadi di antara Kekaisaran Britania melawan penduduk Boer, bangsa keturunan Belanda di dua negara merdeka, Republik Transvaal dan Negara Bebas Oranje.

Sayangnya, ia ditangkap dan sempat di penjara. Kemudian, ia dipulangkan ke Hindia Belanda. Sejak kala itu, dia semakin berjuang melawan penindasan kolonial Hindia Belanda terhadap pribumi.

DD kerap berkumpul dengan tokoh-tokoh pergerakan karena rumahnya di Batavia, dekat dengan STOVIA. Bahkan saat Boedi Oetomo didirikan, DD juga merupakan salah satu di dalamnya. Namun, ia kurang mendapat ruang karena pergerakan Boedi Oetomo terbatas pada kebudayaan Jawa.

Kemudian, DD, Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat mendirikan Indische Partij pada 1912, yang merupakan partai politik nasionalis pertama yang menyuarakan kemerdekaan dan pembebasan wilayah Hindia (Indonesia) dari Belanda. Kala itu, Indische Partij populer sehingga telah memiliki anggota lebih dari 5.000 orang dalam waktu kurang dari satu tahun.

Namun pada 1913, Indische Partij dibubarkan oleh pemerintah Hindia Belanda. DD dan Cipto Mangunkusumo yang mengkritik pemenjaraan Suwardi Suryaningrat atau Ki Hajar Dewantara pun, kena imbas. Tokoh Tiga Serangkai itu kemudian dibuang ke Belanda.

Baca Juga: Profil Masjid Kampus UGM, Berdiri Setelah Suharto Lengser

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya