TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Menilik Berbagai Teori Masuknya Islam ke Indonesia

Teori mana yang menurutmu paling benar?

ilustrasi santri (Pexels/Pok Rie)

Sebelum menjadi agama mayoritas di Indonesia, tentunya pengetahuan tentang agama Islam masuk terlebih dahulu ke Indonesia. Indonesia memiliki sejarah yang panjang mengenai bagaimana Islam masuk ke negara ini.

Berbagai macam teori hadir untuk menjelaskan bagaimana Islam masuk ke Indonesia. Teori-teori tersebut dikemukakan oleh berbagai ahli sehingga banyak dipercaya sebagai penjelasan bagaimana Islam masuk ke Indonesia. Penasaran dengan teori-teorinya? Yuk, simak artikel berikut ini!

Baca Juga: Tasamuh adalah? Ini Penjelasan dan Contohnya dalam Islam

Teori Gujarat

ilustrasi batu nisan Sultan Malik Al-Saleh (wikipedia.org/Iqbalhafidh)

Melansir Buku Paket Sejarah Indonesia Kelas X, Islam masuk ke Kepulauan Indonesia dibawa oleh para pedagang dari Gujarat sekitar abad ke-13 M atau abad ke-7 H. Pendapat ini mengasumsikan bahwa Gujarat terletak di India bagian barat, berdekatan dengan Laut Arab.

Letaknya sangat strategis, berada di jalur perdagangan antara timur dan barat. Orang yang menyebarkan Islam ke Indonesia menurut Pijnapel bukanlah dari orang Arab langsung, melainkan para pedagang Gujarat yang telah memeluk Islam dan berdagang ke dunia Timur.

Pendapat J. Pijnapel kemudian didukung oleh C. Snouck Hurgronye, dan J.P. Moquetta (1912). Bukti dari teori ini adalah adanya batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yang wafat pada 17 Dzulhijjah 831 H atau 1297 M di Pasai, Aceh.

Menurutnya, batu nisan di Pasai dan makam Maulana Malik Ibrahim yang wafat tahun 1419 di Gresik, Jawa Timur, memiliki bentuk yang sama dengan batu nisan yang terdapat di Kambay, Gujarat.

Baca Juga: Akhlak adalah Budi Pekerti, Ini Penjelasan dalam Pandangan Islam

Teori Persia

ilustrasi tradisi tabot di bengkulu (wikimedia commons/Muhammad Ikhsan)

Teori selanjutnya adalah bahwa Islam dibawa oleh orang-orang dari Persia (Iran). Menurut  Hoesein Djajadiningrat, terdapat kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia. 

Tradisi tersebut antara lain: tradisi merayakan 10 Muharram atau Asyuro sebagai hari suci kaum Syiah atas kematian Husein bin Ali. Hal ini memiliki kesamaan dengan tradisi tabot yang berkembang di Pariaman di Sumatra Barat dan Bengkulu. 

Baca Juga: Teori Abiogenesis: Teori Asal Usul Kehidupan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya