TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sekilas Sama, Inilah Bedanya Biksu, Bhante, dan Bhikku!

Hanya sebutannya yang beda!

Biksu (unsplash.com/Shivam Dewan)

Hampir setiap orang menyebut biksu jika merujuk pada pemuka agama Buddha. Eits, ternyata masih ada beberapa sebutan untuk pemuka agama Buddha lainnya. Antara lain, Bhante dan Bhikku.

Lantas, apa sih perbedaan antara biksu, bhante dan bhikku? Untuk, lebih jelasnya ada pada artikel ini. Keep reading, guys!

Baca Juga: 5 Teori Masuknya Hindu Budha ke Indonesia

1. Walau beda istilahnya, maknanya tetap sama

Biksu Buddha (buddhazine.com)

Biksu, Bhante dan bhikku hanya beda istilah kata saja. Maknanya, tetap sama kok yaitu, sama-sama pemuka agama Buddha laki-laki. Hanya tergantung aliran dan kebiasaan yang dianut saja. Tapi, panggilan Bhante bisa digunakan agar lebih akrab.

Di beberapa negara ada menggunakan beberapa panggilan yang berbeda. Antara lain, biksu digunakan bagi para penganut aliran Buddha Mahayana (aliran Shidarta Gautama) kebanyakan di Tiongkok, Jepang, Korea, Vietnam dan India.

Sedangkan, bhikku digunakan para penganut aliran theravada (aliran para bhikku di Sri Lanka yakni, Mahāvihāra, Abhayagiri Vihāra, dan Jetavana Vihāra). Lagipula, dalam dunia internasional sekalipun tidak ada aturan khusus mengenai panggilan untuk para pemuka agama Buddha.

2. Cerita dibalik ritual jalan kaki para Biksu

Candi Borobudur (unsplash.com/Eugenia Clara)

Setiap tahun, pasti ada kabar para Biksu berjalan kaki berpuluh hingga ratusan kilometer menuju lokasi utama untuk merayakan hari besar Waisak. Salah satunya para biksu dari negara seperti, Thailand berjalan kaki menuju Candi Borobudur, Indonesia.

Ternyata, hal ini merupakan bagian dari perjalanan spiritual para pemuka agama Buddha. Ketua Yayasan Pancaran Tridharma Ronny Hermawan mengatakan, bahwa ini merupakan thudong yakni, berjalan kaki berpuluh ribu kilometer. Selama, perjalanan para biksu akan tidur di wihara terdekat yang mereka singgahi. Tradisi ini sudah ada sejak Sang Buddha karena pada saat itu belum tersedia wihara dan alat transportasi.

Meski begitu untuk perjalanan antar negara tetap menggunakan pesawat. Cuma, hanya sampai bandara saja, setelah itu mereka tetap berjalan kaki.

Baca Juga: 10 Fakta Leshan Giant Buddha, Patung Buddha Mengagumkan di China 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya