TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bambang Sampurno Sebut Kreativitas Sebagai Tantangan Menulis Ilmiah

Dan masih ada yang lainnya. Bisakah kamu mengatasinya?

IDN Times/Febriyanti Revitasari

Jumat (3/5), presentasi Writing Competition Beswan Djarum Regional Surabaya diadakan di kantor Djarum Foundation. Diikuti sepuluh finalis yang berasal dari universitas-universitas di Surabaya, Madura, hingga Kendari, semuanya menunjukkan karya-karya inovatif dan kreatif.

Hadir sebagai juri, Dr. Ir. Bambang Sampurno MT (Dosen Teknik Mesin dan Industri Institut Teknologi Surabaya) sempat berbagi dan sebut kreativitas sebagai tantangan menulis ilmiah. Bagaimana selengkapnya? Dari manakah kita bisa belajar soal inspirasi penulisan karya ilmiah? Simak laporan tim IDN Times dari presentasi sekaligus tahap final regional Writing Competition Beswan Djarum Regional Surabaya berikut!

1. Menurut Bambang Sampurno, tantangan menulis karya ilmiah masa kini adalah harus mampu mengidentifikasi persoalan dan solusinya

IDN Times/Febriyanti Revitasari

"Saya kira, tantangan ke depan, hampir semua mahasiswa di Indonesia harus mampu mengidentifikasi persoalan," ungkap pria yang saat itu mengenakan kemeja berwarna cokelat tua. Namun tidak sampai di situ saja. Identifikasi persoalan seharusnya diikuti dengan pemecahan masalahnya juga.

"Mengidentifikasi persoalan tidak cukup. Harus memberikan solusi," tambahnya. Setelah keduanya berhasil ditemukan, sejatinya kita juga harus membuat sebuah formula yang tertulis agar solusi tidak menguap begitu saja. Kalau dalam hal akademik, formula tadi bisa berwujud makalah. Sementara yang non akademik, bisa dengan menulis di koran atau website tertentu.

2. Kreativitas juga jadi tantangan lainnya. Sebab karya ilmiah sebaiknya jangan biasa-biasa saja dan mahasiswa dituntut punya kemampuan yang lain

IDN Times/Febriyanti Revitasari

Selain tantangan mengidentifikasi masalah, mencari solusi, dan menuliskan gagasan, masih ada satu hal lagi tantangan dalam menulis karya ilmiah. Tantangan itu adalah kreativitas. "Jadi, harus terbiasa mahasiswa Indonesia itu harus mengidentifikasi persoalan dan tentunya dengan kreativitas," ucapnya.

Bisa dipahami, jika karya ilmiah menggunakan ide yang biasa-biasa saja, bisa jadi sudah banyak yang mengerjakannya. Bagi pembacanya pun, hal ini jadi tidak terlalu menarik. "Kalau biasa-biasa, sudah banyak solusi yang sudah diberikan," sebut sosok yang acap kali jadi juri pekan ilmiah mahasiswa tingkat nasional ini.

Baca Juga: Beasiswa MEXT dari Pemerintah Jepang Sudah Dibuka, Daftar Yuk!

3. Dari tantangan tadi, kamu bisa jadikan Sudarlin sebagai inspirasi. Mahasiswa Universitas Halu Oleo ini, menulis solusi atasi limbah logam berat di sungai

IDN Times/Febriyanti Revitasari

Cowok yang berasal dari Sulawesi Tenggara ini, melihat tambang emas di Sungai Tahi Ite, Kabupaten Bombana telah tercemar timbal dan merkuri. Ia pun tergerak mengurangi kadar logam tersebut dengan adsorpsi menggunakan biomassa kulit biji mete (pernah dilakukan) dan adsorpsi limbah cangkang pokea (akan dilakukan).

Cangkang pokea diketahui punya kandungan kalsium karbonat yang tinggi. Karena itulah, ia bisa dimanfaatkan untuk mengatasi pencemaran ion logam berat dalam air.

4. Ada juga Terannisa Nabilah Balqis. Mahasiswa Psikologi Institut Teknologi Sepuluh November ini, membuat karya tentang bank sampah

IDN Times/Febriyanti Revitasari

Bank sampah barangkali sudah cukup familiar di telinga kita. Namun Terannisa punya sentuhan berbeda lewat tulisan ilmiahnya. Melalui aplikasi SAMPAHQU besutannya, masyarakat yang menjadi nasabah punya akses ke dalam database tabungan sampah secara online.

Selain itu, mereka juga mendapatkan layanan ojek sampah (pengambilan sampah ke rumah warga). Dengan demikian, sistem bank sampah yang lebih efisien akan tercipta.

Baca Juga: Buat Calon Mahasiswa, Ini 8 Beasiswa Kuliah yang Layak Kamu Coba

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya