Ilustrasi belajar di malam hari (pexels.com/Ron Lach)
Pendekatan belajar deep learning kerap dikaitkan dengan metode serupa yang disebut surface learning. Surface learning sendiri merupakan pembelajaran statis dengan merujuk pada sebuah referensi. Keduanya memiliki perbedaan yang cukup signifikan, sebagaimana dipaparkan dalam publikasi "Deep Learning as Constructed in Mathematics Teachers’ Written Discourses".
Model pembelajaran deep learning fokus untuk menggabungkan pengetahuan ke sistem konseptual yang saling terkait. Sementara surface learning menuntut siswa untuk mempelajari materi pendidikan yang baru sebagai sesuatu yang terpisah dari pengalaman para pelajar.
Penerapan surface learning, memungkinkan pelajar untuk menghafal suatu materi tanpa memahami proses pengetahuan tersebut diciptakan. Selain itu, hafalan yang dilakukan oleh siswa tidak merefleksikan tujuan yang hendak dicapai.
Permasalahannya, siswa akan mengalami kesulitan untuk memahami suatu konsep yang berbeda dengan apa yang mereka dapatkan dari buku pelajaran. Sebab, mereka melihat ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang statis dan diturunkan oleh pihak yang memiliki otoritas. Maka, akan terjadi kebingungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan pemahaman konseptual dalam kehidupan sehari-hari.
Berbeda dengan deep learning yang mendorong pelajar untuk memahami pola dan prinsip-prinsip secara mendasar. Pendekatan pembelajaran deep learning akan memberi ruang evaluasi terhadap ide untuk menarik sebuah kesimpulan dengan mengaitkannya pada pengalaman yang dimiliki atau realitas yang dihadapi.
Belajar secara mendalam juga melibatkan dialog mengenai proses bagaimana pengetahuan tercipta, serta menguji logika suatu argumen secara kritis. Sebab, melalui proses belajar ini, murid akan merefleksikan pemahaman dan proses belajar secara personal.