Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi ngobrol dengan teman
Ilustrasi ngobrol dengan teman (pexels.com/Keira Burton)

Intinya sih...

  • Aksen gak menentukan kemampuan bahasa

  • Dunia internasional kini makin menghargai beragam aksen

  • Fokus pada kejelasan, bukan pada tiruan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bagi banyak orang yang belajar bahasa Inggris, aksen sering menjadi sumber kekhawatiran tersendiri. Ada yang merasa minder karena aksennya terdengar 'terlalu lokal', ada pula yang berusaha keras meniru aksen British atau American demi terdengar lebih 'profesional'. Padahal, pertanyaan penting yang seharusnya diajukan bukan 'aksen mana yang paling bagus', melainkan 'perlukah punya aksen tertentu agar dianggap jago bahasa Inggris?'. Jawabannya ternyata gak sesederhana yang dibayangkan.

Aksen adalah bagian alami dari cara berbicara seseorang. Ia menunjukkan dari mana kita berasal, bagaimana kita belajar bahasa, dan dengan siapa kita sering berinteraksi. Namun, dalam konteks global, aksen gak selalu menjadi ukuran kemampuan berbahasa. Orang bisa berbicara dengan aksen khas Indonesia, India, atau Filipina, tetapi tetap jelas, fasih, dan percaya diri. Jadi, seberapa penting sebenarnya aksen dalam kemampuan berbahasa Inggris? Yuk, kita bahas bersama dalam tujuh sudut pandang berikut ini.

1. Aksen gak menentukan kemampuan bahasa

ilustrasi seseorang berbicara (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Banyak orang salah kaprah menganggap bahwa seseorang yang punya aksen British atau American otomatis lebih jago bahasa Inggris. Padahal, aksen hanyalah cara pengucapan bunyi, bukan bukti penguasaan tata bahasa, kosakata, atau kelancaran berbicara. Kamu bisa punya aksen lokal yang kental, tapi tetap bisa berkomunikasi dengan jelas dan efektif. Sebaliknya, ada orang yang meniru aksen tertentu dengan sempurna, tapi masih sering salah grammar atau terbata-bata saat berbicara.

Tujuan utama dari belajar bahasa adalah untuk berkomunikasi, bukan untuk meniru suara orang lain. Selama lawan bicara bisa memahami maksudmu tanpa kesulitan, itu sudah cukup. Bahkan banyak penutur asli pun memiliki beragam aksen yang berbeda satu sama lain. Jadi, daripada terobsesi ingin 'terdengar seperti bule', lebih baik fokus pada cara menyampaikan pesan dengan jelas dan percaya diri.

2. Dunia internasional kini makin menghargai beragam aksen

ilustrasi seseorang berbicara (pexels.com/fauxels)

Di era globalisasi, bahasa Inggris bukan lagi milik negara tertentu. Bahasa ini telah menjadi alat komunikasi lintas budaya di seluruh dunia. Oleh karena itu, semakin banyak orang menyadari bahwa gak ada satu aksen pun yang lebih 'benar' dari yang lain. Orang dari Jepang, India, atau Nigeria bisa berbicara dengan gaya masing-masing dan tetap dipahami oleh banyak orang. Keberagaman aksen kini justru dianggap sebagai bagian dari identitas dan keunikan penutur.

Bahkan dalam lingkungan kerja internasional, yang paling penting bukan seberapa 'bule' aksenmu, melainkan seberapa efektif kamu bisa berkomunikasi. Perusahaan multinasional lebih menghargai orang yang bisa menjelaskan ide dengan jelas dan sopan, daripada yang hanya terdengar keren karena aksennya. Jadi, memiliki aksen lokal bukanlah kelemahan, itu hanya salah satu warna dalam spektrum bahasa Inggris dunia yang luas.

3. Fokus pada kejelasan, bukan pada tiruan

ilustrasi seseorang sedang berbicara (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)

Kalau kamu merasa aksenmu terlalu 'Indonesia banget', jangan buru-buru ingin menghapusnya. Yang lebih penting adalah memastikan bahwa cara pengucapanmu tetap jelas dan mudah dipahami. Banyak pembelajar bahasa terlalu sibuk meniru nada dan gaya bicara penutur asli, sampai lupa melatih artikulasi yang benar. Akibatnya, justru ucapan mereka terdengar aneh dan susah dimengerti.

Fokuslah pada pelafalan bunyi yang penting agar pesanmu bisa tersampaikan dengan baik. Misalnya, bedakan antara 'ship' dan 'sheep', atau 'live' dan 'leave'. Hal-hal kecil seperti ini jauh lebih berarti daripada berusaha terdengar seperti orang Amerika atau Inggris. Kalau ucapanmu jelas dan ritmemu alami, lawan bicara gak akan peduli aksenmu berasal dari mana.

4. Aksen bisa menunjukkan identitas dan keunikanmu

ilustrasi seseorang berbicara (pexels.com/nappy)

Bicara dengan aksen khas bukanlah hal yang memalukan. Justru itu menandakan bahwa kamu adalah bagian dari komunitas global yang beragam. Misalnya, aksen India atau Singapura kini sangat dikenali di dunia internasional, dan penuturnya tetap dihormati karena keahliannya berbahasa Inggris. Begitu juga dengan aksen Indonesia, yang makin sering terdengar di konferensi, media, dan forum global.

Menjaga aksen lokal bukan berarti kamu gak mahir, melainkan kamu bangga dengan asalmu. Bahasa Inggris adalah alat komunikasi, bukan alat untuk menghapus jati diri. Jadi, berbicaralah dengan aksenmu sendiri asalkan tetap jelas dan sopan. Justru itu bisa jadi ciri khas yang membuatmu lebih mudah diingat oleh orang lain.

5. Menguasai intonasi dan ritme lebih penting daripada aksen

ilustrasi pasangan berbicara (pexels.com/Samson Katt)

Alih-alih mengejar aksen tertentu, kamu sebaiknya fokus melatih intonasi dan ritme berbicara. Intonasi adalah naik-turunnya nada saat berbicara, sedangkan ritme adalah kecepatan dan pola tekanan dalam kalimat. Dua hal ini sangat berpengaruh terhadap seberapa alami kamu terdengar saat berbicara bahasa Inggris. Seseorang dengan aksen lokal pun bisa terdengar profesional jika intonasi dan ritmenya tepat.

Misalnya, ketika kamu mengucapkan kalimat tanya seperti 'Are you coming today?', naikkan sedikit nada di akhir agar terdengar seperti pertanyaan. Jika gak, orang bisa salah paham dan mengira itu pernyataan. Dengan memahami pola-pola seperti ini, kamu bisa berbicara dengan lancar dan mudah dipahami tanpa harus meniru aksen siapa pun. Jadi, bukan aksennya yang harus diubah, tapi cara mengatur nada dan tekanan dalam berbicara.

6. Aksen bisa dilatih, tapi jangan dijadikan beban

Ilustari orang berbicara ( Pixel.com/Alex Green)

Kalau kamu memang tertarik mempelajari aksen tertentu, misalnya British atau American, gak ada yang salah dengan itu. Belajar aksen bisa menjadi latihan menyenangkan untuk meningkatkan kemampuan mendengar dan menirukan bunyi. Namun, pastikan tujuanmu bukan untuk pamer, melainkan untuk memperluas keterampilan berkomunikasi. Jangan sampai usaha memperbaiki aksen justru membuatmu gak percaya diri saat berbicara.

Ingat bahwa aksen adalah hasil dari kebiasaan dan lingkungan. Kamu gak bisa mengubahnya dalam semalam. Jika ingin melatih pelafalan tertentu, lakukan secara bertahap, dengar, tirukan, dan rekam suaramu untuk mengevaluasi. Namun tetaplah realistis: aksen sempurna bukan ukuran keberhasilan belajar bahasa. Yang terpenting adalah kamu bisa berbicara dengan lancar, alami, dan penuh keyakinan.

7. Yang terpenting adalah keberanian untuk berbicara

ilustrasi pasangan ngobrol (pexels.com/Gary Barnes)

Sebagus apa pun aksenmu, gak akan berarti jika kamu takut membuka mulut. Banyak orang yang sebenarnya punya kemampuan bahasa Inggris cukup baik, tapi gak berani berbicara karena khawatir aksennya terdengar aneh. Padahal, semua penutur bahasa kedua pasti punya ciri khas masing-masing, dan itu hal yang wajar. Keberanian berbicara jauh lebih penting daripada kesempurnaan pengucapan.

Cobalah ubah pola pikir: berbicara dengan aksen lokal bukan berarti salah, tapi menunjukkan bahwa kamu berusaha berkomunikasi menggunakan bahasa internasional. Justru dari kesalahan dan percobaan itulah kemampuanmu akan meningkat. Jadi, berhenti menunggu aksenmu sempurna untuk mulai berbicara. Mulailah sekarang, dengan cara bicaramu sendiri, dan biarkan kepercayaan diri menjadi aksen terbaikmu.

Jadi, apakah accent penting untuk dianggap jago bahasa Inggris? Jawabannya: gak. Aksen hanyalah bagian dari cara berbicara, bukan ukuran kemampuan. Yang lebih penting adalah seberapa efektif kamu menyampaikan ide dan memahami orang lain. Dunia kini semakin menghargai keberagaman, dan aksen bukan lagi penghalang untuk diakui sebagai pengguna bahasa Inggris yang baik.

Fokuslah pada kejelasan, kelancaran, dan kepercayaan diri. Kalau kamu bisa berbicara dengan jelas, menggunakan kosakata yang tepat, dan berani mengungkapkan pikiran, itu sudah cukup untuk dianggap mahir. Jadi, biarkan aksenmu tetap jadi bagian dari dirimu, dan gunakan bahasa Inggris sebagai jembatan, bukan tembok pembatas. Karena pada akhirnya, bukan aksenmu yang membuatmu 'jago', melainkan keberanianmu untuk berbicara.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team