ilustrasi kata bajingan untuk mengumpat dan memaki (pexels.com/Liza Summer)
Hingga kini, kata bajingan mengalami pergeseran makna. Berawal dari sebutan bagi sebuah profesi hingga makanan, kini kata tersebut identik dengan konotasi negatif.
Kembali dilansir National Geographic, kata bajingan sebagai umpatan mulai digunakan dalam tulisan Multatuli. Diketahui dalam bukunya, ia pernah menggunakan kata bajingan sebagai bentuk umpatan. Berikut penggalan tulisan Multatuli dalam bukunya bertajuk Max Havelaar (1860).
"Nak, jika mereka memberitahumu bahwa aku adalah bajingan yang tidak memiliki keberanian melakukan keadilan, bahwa banyak ibu yang meninggal karena kesalahanku…"
Salah satu penyebab pergeseran makna kata bajingan berawal dari cara pengucapannya. Mungkin saat itu, kata bajingan diucapkan secara keras dan penuh emosi. Kata bajingan seperti itu kerap diucapkan sebagai simbol sopir gerobak sapi yang terlihat menakutkan, kasar, dan tidak beradab. Meski begitu, ternyata sikap sopir gerobak yang menakutkan di masa lalu bertujuan agar tidak dijarah begal.
Dengan demikian, arti kata bajingan dimaknai berbeda di setiap daerah. Mulai dari sebutan bagi profesi dan makanan hingga saat ini bergeser maknanya menjadi kata berkonotasi negatif.
Penulis: Fanny Haristianti