ilustrasi masyarakat Suku Sunda (kebudayaan.kemdikbud.go.id)
Aksara Sunda memiliki sebuah sistem penulisan tersendiri. Hal ini karena Aksara Sunda memiliki beberapa jenis yang punya kegunaan maupun fungsi yang berbeda. Masih mengutip e-jurnal yang sama, berikut ini beberapa jenisnya yang perlu kamu tahu jika ingin belajar aksara Sunda.
1. Aksara Swara
Aksara Swara berbeda dengan huruf vokal pada bahasa Indonesia atau Latin yang hanya memiliki lima vokal. Di bahasa Sunda terdiri dari 7 huruf vocal. Selain a, i, u, e, dan o, juga ada tambahan é dan eu.
2. Aksara Ngalagena
Untuk huruf mati/konsonannya berjumlah sebanyak 25 huruf. Ngalagena ini merupakan elemen konsonan atau huruf mati dalam Sunda. Setiap huruf aksara Ngalagena pada hakikatnya berbunyi "a". Contohnya ga, ba, ca, da, pa, dan seterusnya. Aksara Ngalagena terdiri dari 18 huruf untuk bunyi utama (bahasa Sunda asli). Ditambah dengan tujuh bunyi serapan dari bahasa asing, seperti va, fa, xa, dll.
3. Aksara Rarangkén
Rarangken sangat penting untuk membentuk sebuah kata dengan huruf Sunda yang sempurna. Dalam aksara Sunda Kaganga ini setidaknya ada 14 jenis Rarangken atau sisipan untuk membentuk sebuah kata. Rarangken ini dibagi dalam tiga kategori berdasarkan letak penulisannya dalam huruf konsonan (Ngalagena). Berikut penjelasannya:
1. Rarangkén Luhur
Terletak di atas huruf dan Rarangken Luhur ini terdiri dari 5 jenis yang semuanya dituliskan di atas huruf konsonan (Ngalagena). Kelima Rarangken tersebut antara lain:
- Panghulu: Fungsinya untuk mengubah bunyi “a” menjadi bunyi “i”.
- Pamepet: Berfungsi mengubah bunyi “a” menjadi bunyi “e”.
- Paneuleung: Untuk mengubah bunyi “a” jadi “eu”.
- Panglayar: Berfungsi untuk menjadikan/menambahkan bunyi “+r” di akhir kata. Contohnya dari “ga” menjadi "gar".
- Panyecek: Berfungsi untuk menambahkan bunyi “+ng” di akhir kata. Contoh dari “ka” menjadi “kang”.
2. Rarangkén Handap
Terletak di bawah huruf yang dituliskan di bawah konsonan (Ngalagena). Terdiri dari 3 jenis, Rarangken Handap memiliki fungsi berbeda-beda dalam mengubah bunyi. Ketiga Rarangken tersebut, antara lain sebagai berikut:
- a. Panyuku: Berfungsi untuk mengubah bunyi konsonan "a” menjadi “u”. Contohnya dari “ka” menjadi “ku”.
- Panyakra: Berfungsi menambahkan sisipan “+r” di antara konsonan dan vokal. Contoh dari “ka” menjadi “kra”.
- Panyiku: Berfungsi menambahkan bunyi sisipan “+l” di antara konsonan dan vokal. Contoh dari “ka” menjadi “kla”.
3. Rarangkén Sajajar
Terletak sejajar dengan huruf yang ditulis sebelah kiri huruf dan sejajar sebelah kanan. Rarangken sajajar terdiri dari lima jenis dengan fungsi yang berbeda-beda. Berikut adalah nama-nama kelima Rarangken Sajajar.
- Panéléng: Berfungsi untuk mengubah bunyi “a” menjadi bunyi “e”.
- Panolong: Untuk mengubah bunyi “a” menjadi bunyi “o”.
- Pamingkal: Untuk menambahkan bunyi sisipan “+y” di antara konsonan dan vokal. Contoh dari “ka” menjadi “kya”.
- Pangwisad: Berfungsi menambahkan bunyi “+h” di akhir kata/huruf. Contoh dari “ka” menjadi “kah”.
- Pamaéh atau Patén: Berfungi membuat huruf konsonan menjadi bersifat mati (tanpa vokal). Dalam bahasa Arab, Rarangken Pamaéhini serupa dengan sukun yang juga berfungsi mematikan huruf hijaiyah tanpa harakat. Contoh dari bunyi “ka” setelah diberi Rarangken Pamaéh menjadi “k” (huruf mati).
4. Aksara Wilangan
Selain huruf, aksara Sunda juga punya bilangan yaitu aksara Wilangan atau angka. Penulisannya seperti dengan sistem angka Arab, yaitu lambang angka puluhan, ratusan, dan seterusnya ditulis berderet dari kiri ke kanan.
5. Aksara Tanda Baca
Penerapan penulisan aksara Sunda juga layaknya aksara Latin. Jadi, menggunakan tanda baca umum, seperti titik, koma, tanda tanya, tanda titik dua, strip, tanda seru, kurung, dan lainnya.