Belajar Aksara Sunda, Kenali Jenis-jenis hingga Pedomannya!

Melestarikan bahasa leluhur

Zaman yang semakin modern, tradisi dan kebudayaan daerah yang awalnya dipegang teguh kini semakin terlupakan. Tak terkecuali aksara Sunda yang merupakan warisan dari leluhur masyarakatnya. Saat ini masyarakat pada umumnya sudah mulai melupakan, terutama generasi-generasi sekarang. Itulah kenapa aksara Sunda perlu untuk dikenalkan kembali.

Meskipun saat ini generasi muda mulai terpapar budaya asing, tetap saja kita tidak boleh melupakan identitas kita, termasuk bahasa Sunda. Bagi kamu yang ingin belajar aksara Sunda, berikut ini penjelasan lengkapnya.

1. Mengenal aksara Sunda

Belajar Aksara Sunda, Kenali Jenis-jenis hingga Pedomannya!Potret seni Sunda kacapi suling di Desa Wisata Taraju, Tasikmalaya (instagram.com/wisata_taraju)

Mengutip e-jurnal Implementasi Finite State Automata pada Aplikasi Pembelajaran Aksara Sunda oleh M. Yusuf Fajar Universitas Muhammadiyah Sukabumi, aksara Sunda adalah huruf yang berasal dari tanah Sunda atau masyarakatnya. Aksara ini digunakan untuk menulis bahasa Sunda pada zaman dahulu.  

Aksara Sunda juga bisa dibilang sebagai salah satu ciri kemajuan peradaban suku Sunda. Sebelum mengenal aksara Sunda, kehidupan sehari-hari masyarakatnya masih tergolong sederhana. Tapi setelah mengenalnya, kehidupan masyarakat Sunda menjadi lebih maju dan berkembang.

Baca Juga: Fakta Aksara Paku Cuneiform, Sistem Penulisan Tertua di Dunia

2. Jenis-jenis aksara Sunda

Belajar Aksara Sunda, Kenali Jenis-jenis hingga Pedomannya!ilustrasi masyarakat Suku Sunda (kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Aksara Sunda memiliki sebuah sistem penulisan tersendiri. Hal ini karena Aksara Sunda memiliki beberapa jenis yang punya kegunaan maupun fungsi yang berbeda. Masih mengutip e-jurnal yang sama, berikut ini beberapa jenisnya yang perlu kamu tahu jika ingin belajar aksara Sunda.

1. Aksara Swara

Aksara Swara berbeda dengan huruf vokal pada bahasa Indonesia atau Latin yang hanya memiliki lima vokal. Di bahasa Sunda terdiri dari 7 huruf vocal. Selain a, i, u, e, dan o, juga ada tambahan é dan eu.

2. Aksara Ngalagena

Untuk huruf mati/konsonannya berjumlah sebanyak 25 huruf. Ngalagena ini merupakan elemen konsonan atau huruf mati dalam Sunda. Setiap huruf aksara Ngalagena pada hakikatnya berbunyi "a". Contohnya ga, ba, ca, da, pa, dan seterusnya. Aksara Ngalagena terdiri dari 18 huruf untuk bunyi utama (bahasa Sunda asli). Ditambah dengan tujuh bunyi serapan dari bahasa asing, seperti va, fa, xa, dll.

3. Aksara Rarangkén

Rarangken sangat penting untuk membentuk sebuah kata dengan huruf Sunda yang sempurna. Dalam aksara Sunda Kaganga ini setidaknya ada 14 jenis Rarangken atau sisipan untuk membentuk sebuah kata. Rarangken ini dibagi dalam tiga kategori berdasarkan letak penulisannya dalam huruf konsonan (Ngalagena). Berikut penjelasannya:

1. Rarangkén Luhur

Terletak di atas huruf dan Rarangken Luhur ini terdiri dari 5 jenis yang semuanya dituliskan di atas huruf konsonan (Ngalagena). Kelima Rarangken tersebut antara lain:

  • Panghulu: Fungsinya untuk mengubah bunyi “a” menjadi bunyi “i”.
  • Pamepet: Berfungsi mengubah bunyi “a” menjadi bunyi “e”.
  • Paneuleung: Untuk mengubah bunyi “a” jadi “eu”.
  • Panglayar: Berfungsi untuk menjadikan/menambahkan bunyi “+r” di akhir kata. Contohnya dari “ga” menjadi "gar".
  • Panyecek: Berfungsi untuk menambahkan bunyi “+ng” di akhir kata. Contoh dari “ka” menjadi “kang”.

2. Rarangkén Handap

Terletak di bawah huruf yang dituliskan di bawah konsonan (Ngalagena). Terdiri dari 3 jenis, Rarangken Handap memiliki fungsi berbeda-beda dalam mengubah bunyi. Ketiga Rarangken tersebut, antara lain sebagai berikut:

  • a. Panyuku: Berfungsi untuk mengubah bunyi konsonan "a” menjadi “u”. Contohnya dari “ka” menjadi “ku”.
  • Panyakra: Berfungsi menambahkan sisipan “+r” di antara konsonan dan vokal. Contoh dari “ka” menjadi “kra”.
  • Panyiku: Berfungsi menambahkan bunyi sisipan “+l” di antara konsonan dan vokal. Contoh dari “ka” menjadi “kla”.

3. Rarangkén Sajajar

Terletak sejajar dengan huruf yang ditulis sebelah kiri huruf dan sejajar sebelah kanan. Rarangken sajajar terdiri dari lima jenis dengan fungsi yang berbeda-beda. Berikut adalah nama-nama kelima Rarangken Sajajar.

  • Panéléng: Berfungsi untuk mengubah bunyi “a” menjadi bunyi “e”.
  • Panolong: Untuk mengubah bunyi “a” menjadi bunyi “o”.
  • Pamingkal: Untuk menambahkan bunyi sisipan “+y” di antara konsonan dan vokal. Contoh dari “ka” menjadi “kya”.
  • Pangwisad: Berfungsi menambahkan bunyi “+h” di akhir kata/huruf. Contoh dari “ka” menjadi “kah”.
  • Pamaéh atau Patén: Berfungi membuat huruf konsonan menjadi bersifat mati (tanpa vokal). Dalam bahasa Arab, Rarangken Pamaéhini serupa dengan sukun yang juga berfungsi mematikan huruf hijaiyah tanpa harakat. Contoh dari bunyi “ka” setelah diberi Rarangken Pamaéh menjadi “k” (huruf mati).

4. Aksara Wilangan

Selain huruf, aksara Sunda juga punya bilangan yaitu aksara Wilangan atau angka. Penulisannya seperti dengan sistem angka Arab, yaitu lambang angka puluhan, ratusan, dan seterusnya ditulis berderet dari kiri ke kanan.

5. Aksara Tanda Baca

Penerapan penulisan aksara Sunda juga layaknya aksara Latin. Jadi, menggunakan tanda baca umum, seperti titik, koma, tanda tanya, tanda titik dua, strip, tanda seru, kurung, dan lainnya.

3. Pedoman pemenggalan suku kata Sunda

Belajar Aksara Sunda, Kenali Jenis-jenis hingga Pedomannya!Ilustrasi suku Sunda (pexels.com/Ache Surya)

Setelah tahu jenis-jenisnya, ketika belajar aksara Sunda kamu juga perlu tahu bagaimana pemenggalan suka katanya. Pedoman pemenggalan suku kata yang secara umum digunakan adalah sebagai berikut:

  • Apabila kata memiliki dua huruf vokal berturutan, maka pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf vokal tersebut.
  • Apabila kata memiliki huruf konsonan di antara dua huruf vokal, maka pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan tersebut.
  • Apabila kata memiliki dua huruf konsonan berurutan, maka pemenggalan dilakukan setelah huruf konsonan pertama.
  • Apabila kata memiliki tiga huruf konsonan berurutan atau lebih, maka pemenggalan dapat dilakukan di antara huruf konsonan pertama dan kedua.
  • Apabila kata mendapatkan imbuhan yang mengalami perubahan bentuk, maka pemenggalan dilakukan sebagai satu kesatuan.

Itulah tadi pembahasan lengkap untuk kamu yang ingin mengenal dan belajar aksara Sunda. Tentunya sebagai generasi muda gak boleh melupakan warisan leluhur atau nenek moyang kita. Tapi gak hanya Sunda, melainkan daerah lain juga demikian. Pasalnya, setiap daerah di Indonesia pasti punya aksara peninggalan zaman terdahulu yang wajib dilestarikan.

Baca Juga: Pasangan Aksara Jawa, Lengkap dengan Fungsi dan Contohnya

Topik:

  • Pinka Wima
  • Stella Azasya

Berita Terkini Lainnya